Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
3 Tradisi Lebaran di Surabaya yang Dinantikan Oleh Masyarakat Setempat
28 Maret 2025 11:40 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ada beberapa tradisi Lebaran di Surabaya yang dinantikan oleh masyarakat setempat. Lebaran di Surabaya selalu disambut dengan semangat dan keceriaan yang khas.
ADVERTISEMENT
Sebagai kota metropolitan dengan kekayaan budaya, Surabaya memiliki berbagai tradisi unik yang mewarnai perayaan Idulfitri. Masyarakatnya memadukan nilai-nilai keagamaan dengan adat istiadat lokal.
Tradisi Lebaran di Surabaya yang Unik
Dikutip dari buku Makna Filosofi Tradisi Wiwitan, Villa (2021: 12), tradisi ialah suatu yang diwariskan atau disalurkan berasal dari masa lampau ke saat ini atau sekarang. Tradisi ini menciptakan suasana Lebaran yang meriah dan penuh makna.
Setiap sudut kota dipenuhi dengan aktivitas yang mencerminkan kebersamaan dan kegembiraan. Dari tradisi turun-temurun hingga adaptasi modern, semua berpadu harmonis dalam perayaan ini.
Anak-anak hingga orang dewasa turut serta dalam berbagai kegiatan yang mempererat tali silaturahmi. Hidangan khas tersaji di meja-meja, menambah kehangatan suasana.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah beberapa tradisi Lebaran di Surabaya yang dinantikan oleh masyarakat setempat.
1. Galak Gampil
Salah satu tradisi yang khas di Surabaya adalah ‘Galak Gampil’. Tradisi ini telah ada sejak tahun 1970-an dan menjadi momen yang paling dinantikan oleh anak-anak.
Setelah melaksanakan salat Idulfitri, anak-anak akan bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga atau kerabat, mengucapkan salam dan meminta maaf. Sebagai balasannya, tuan rumah biasanya memberikan uang baru.
Hal ini sebagai tanda kasih sayang. Anak-anak sering kali dengan antusias berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan ‘sangu riyoyo’ atau uang Lebaran ini.
2. Takbir Keliling
Malam sebelum Idulfitri, masyarakat Surabaya mengadakan takbir keliling sebagai ungkapan rasa syukur. Dengan membawa obor, bendera, dan alat musik tradisional.
ADVERTISEMENT
Misalnya rebana, masyarakat berjalan kaki menyusuri jalan-jalan sambil mengumandangkan takbir. Tradisi ini memperlihatkan semangat kebersamaan dan mempererat tali persaudaraan antarwarga.
3. Prepegan
Menjelang Idulfitri, dahulu masyarakat Surabaya memiliki tradisi ‘Prepegan’, yaitu berbelanja kebutuhan pokok dan pakaian di pasar tradisional yang berlangsung beberapa hari sebelum Lebaran.
Istilah ‘Prepegan’ berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘berdesak-desakan’, menggambarkan keramaian pasar saat itu. Namun, seiring perkembangan zaman dan munculnya pusat perbelanjaan modern, sehingga tradisi ini mulai memudar.
Itulah beberapa tradisi Lebaran di Surabaya yang dinantikan oleh masyarakat setempat. Meskipun beberapa tradisi mulai memudar, semangat kebersamaan dan silaturahmi tetap menjadi inti dari perayaan Idulfitri di Kota Pahlawan ini. (Msr)
ADVERTISEMENT