4 Contoh Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana Alam

Ilustrasi Contoh Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana Alam. Sumber: Unsplash/Anggri Yulio

Terdapat sejumlah contoh kearifan lokal dalam penanggulangan bencana alam. Hal ini tidak terlepas dari kondisi suatu wilayah yang rawan terkena bencana alam.

Kearifan lokal sendiri merupakan ide-ide yang muncul dari hasil olah pikir masyarakat lokal yang bersifat bijak, penuh kearifan, dan bernilai baik. Kearifan lokal dapat digunakan untuk berbagai hal, termasuk untuk beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungannya.

Mengenal Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

Ilustrasi Contoh Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana Alam. Sumber: Unsplash/Anggri Yulio

Pada dasarnya, kearifan lokal dapat berbentuk nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Hal ini termasuk upaya untuk melindungi dan mengelola lingkungan sekitar agar dapat bertahan hidup sekaligus hidup beriringan dengan lingkungan.

Dikutip dari buku Geografi untuk SMA/MA Kelas XI, Hariyanto (2022:124), penanggulangan bencana alam melalui kearifan lokal diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengololaan Lingkungan Hidup.

Pada undang-undang tersebut, disebutkan bahwa kearifan lokal sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Adapun pelestarian lingkungan ditujukan dalam bentuk kebijakan penanggulangan bencana alam yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Baca juga: 10 Contoh Pemberdayaan Komunitas Berbasis Kearifan Lokal

Contoh Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana Alam

Ilustrasi Contoh Kearifan Lokal dalam Penanggulangan Bencana Alam. Sumber: Pixabay/Hengkylesmana

Agar lebih terbayang, berikut sejumlah contoh kearifan lokal dalam penanggulangan bencana alam di Indonesia.

1. Oma Hoda dan Kearifan Lokal Pelaut oleh Masyarakat Nias

Kepulauan Nias merupakan wilayah yang rawan terjadi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir. Oleh karena itu, masyarakatnya membuat rumah adat tahan gempa, yang disebut dengan Oma Hoda.

Selain itu, para pelaut dan nelayan Nias juga memiliki kemampuan dalam membaca arah angin, bintang di langit, dan memahami gerak gelombang laut.

2. Rumah Gadang oleh Masyarakat Minangkabau

Sumatera Barat adalah wilayah yang rawan terjadi gempa bumi. Hal ini membuat masyarakatnya membuat Rumah Gadang tanpa memakai paku, tetapi menggunakan pasak sebagai perekat dan penyambungan kayu.

Pembuatan Rumah Gadang bertujuan untuk mengurangi dampak dari bencana gempa bumi, karena Rumah Gadang akan ikut berayun sehingga tidak akan roboh. Adapun desain rumahnya mengikuti kondisi alam tropis dan faktor geologi yang tidak stabil.

3. Rumoh Aceh oleh Masyarakat Aceh

Kondisi geografis wilayah Aceh yang rawan gempa bumi dan tsunami membuat masyarakatnya membuat rumah ramah gempa dan tsunami bernama Rumoh Aceh.

Rumoh Aceh merupakan rumah yang terbuat dari kayu tanpa menggunakan kayu dan atapnya berasal dari daun rumbia. Bentuk dan sambungan antara bagian rumah dapat bergerak bersamaan jika terjadi gempa, sehingga akan meminimalisir keruntuhan.

4. Rumah Panggung dan Pelestarian Repong Damar oleh Masyarakat Lampung

Masyarakat yang tinggal di kabupaten bagian pesisir barat di Provinsi Lampung membuat Rumah Panggung setinggi 2-3 meter. Rumah ini mampu dilewati air pada saat banjir maupun saat tsunami terjadi.

Untuk mitigasi bencana longsor, masyarakat Lampung melestarikan pohon Repong Damar. Pohon ini dipilih karena mempunyai akar yang kuat dan besar sehingga mampu menahan laju tanah apabila terjadi longsor.

Sekian penjelasan mengenai 4 contoh kearifan lokal dalam penanggulangan bencana alam. Ulasan di atas menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya dengan setiap wilayahnya memliki keunikan dan kearifan lokal tersendiri. (YAS)