Konten dari Pengguna

4 Gaya Bahasa Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
15 November 2024 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gaya bahasa cerpen robohnya surau kami - Sumber: pixabay.com/pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gaya bahasa cerpen robohnya surau kami - Sumber: pixabay.com/pexels
ADVERTISEMENT
Bagi orang-orang yang sudah membacanya, pastinya memahami gaya bahasa cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Gaya bahasa dalam cerita adalah cara seorang penulis menggunakan bahasa untuk menyampaikan pesan, emosi, dan makna dalam karya sastra.
ADVERTISEMENT
Gaya bahasa mencakup pilihan kata, struktur kalimat, serta berbagai teknik bahasa yang digunakan untuk menciptakan kesan tertentu pada pembaca. Dalam cerita, gaya bahasa sangat penting karena dapat memengaruhi suasana, karakterisasi, dan alur pada cerita.

Gaya Bahasa Cerpen Robohnya Surau Kami

Ilustrasi gaya bahasa cerpen robohnya surau kami - Sumber: pixabay.com/ri_ya
"Robohnya Surau Kami" adalah sebuah cerita pendek (cerpen) karya A.A. Navis yang pertama kali terbit pada tahun 1956. Cerita ini mengangkat tema kritik sosial terhadap masyarakat Minangkabau, khususnya mengenai ketidakseimbangan antara nilai-nilai agama dan kemajuan zaman.
Melalui alur cerita yang sederhana tapi penuh makna, penulisnya menggambarkan konflik antara tradisi dan modernisasi yang terjadi dalam masyarakat. Salah satu hal yang menarik untuk dicermati dan dipelajari dari cerpen ini adalah gaya bahasa yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Gaya bahasa cerpen Robohnya Surau Kami bukan hanya satu, melainkan ada beberapa gaya. Mulai dari gaya bahasa perbandingan, pertautan, pertentangan, sampai gaya bahasa pengulangan (asonansi).

1. Gaya Bahasa Perbandingan

2. Gaya Bahasa Pertautan

ADVERTISEMENT

3. Gaya Bahasa Pertentangan

4. Gaya Bahasa Perulangan

Asonansi: Pengulangan bunyi vokal yang sama dalam kata-kata yang berdekatan, seperti dalam "pada malam yang gelap gulita."
Berdasarkan buku Diksi dan Gaya Bahasa, Gorys Keraf, Dr., (2009), gaya bahasa yang dipilih oleh penulis dapat menciptakan atmosfer tertentu, seperti ketegangan, kebahagiaan, atau kesedihan. Selain itu juga digunakan untuk membentuk karakter dalam cerpen.
Demikian penjelasan gaya bahasa cerpen Robohnya Surau Kami. Gaya bahasa memberikan kekayaan makna dan emosi dalam cerita, serta memudahkan pembaca untuk merasakan kedalaman perasaan atau situasi yang digambarkan oleh penulis. (DNR)
ADVERTISEMENT