5 Contoh Sikap Intoleransi di Sekolah dan Dampak Negatifnya

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
Konten dari Pengguna
2 Januari 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh sikap intoleransi. Sumber: Pexels/Arthur Krijgsman
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh sikap intoleransi. Sumber: Pexels/Arthur Krijgsman
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Contoh sikap intoleransi di sekolah harus diketahui anak melalui pembelajaran dan guru wajib memberitahunya bahwa sikap tersebut tidak baik dan termasuk perilaku tercela. Dengan begitu anak akan menghindari pertikaian maupaun bullying antar sesama di sekolah.
ADVERTISEMENT
Sikap intoleransi di sekolah merupakan bentuk sikap anak yang tidak tenggang rasa atau tidak toleransi antar teman yang terjadi di lingkup sekolah. Sikap ini tidak hanya akan terjadi antar sesama teman, namun bisa terjadi antara anak dengan guru.

Contoh Sikap Intoleransi di Sekolah

Ilustrasi contoh sikap intoleransi. Sumber: Pexels/Pixabay
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), intoleransi adalah ketiadaan tenggang rasa atau tidak toleran. Secara bahasa, toleransi dimaknai sebagai kemampuan setiap orang untuk bersabar dan menahan diri terhadap hal-hal yang tidak sejalan dengannya.
Dalam buku Masa Depan Pendidikan: “Suara Mahasiswa dari NUNI untuk Keberagaman dan Kesatuan Indonesia” oleh Benny D. Setianto (2021:11) sikap intoleransi dapat membuat seseorang tidak bisa memahami suatu keadaan yang terjadi pada orang lain atau kelompok atau golongan tertentu.
ADVERTISEMENT
Selain di rumah, sikap intoleransi dapat terjadi di lingkungan sekolah. Ada berbagai contoh sikap intoleransi di sekolah. Adapun contohnya sebagai berikut.

1. Merundung Teman

Perundungan atau bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya. Bullying adalah perilaku yang bersifat merendahkan, mengintimidasi, atau mengganggu orang lain secara terus-menerus.
Bullying perlu diwaspadai karena bisa memengaruhi kesehatan mental anak maupun pelaku. Contohnys seperti memicu timbulnya gangguan emosi, masalah mental, gangguan tidur, penurunan prestasi, dan lain sebagainya.

2. Tidak Menghargai Sesama Teman atau Guru

Sikap tidak menghargai sesama teman ataupun guru dapat muncul akibat tidak bisanya anak dalam menyikapai perbedaan yang mungkin akan ditemui di sekolah. Mulai dari perbedaan pendapat, latar belakang, hingga agama.
ADVERTISEMENT
Saat anak tidak memiliki sikap saling menghargai maka akan mudah terjadi perselisihan hingga permusuhan. Tentu hal itu bisa menjadi pemicu konflik yang berbahaya. Karena itu, penting bagi anak untuk tahu cara menghargai atau menghormati setiap perbedaan yang ada.

3. Tidak Acuh dan Tidak Mau Membantu Sesama Teman

Tindakan tolong-menolong menciptakan perasaan nyaman dan bahagia di dalam diri seseorang. Tindakan ini menciptakan suasana hati yang positif. Tindakan ini bisa membangun persahabatan yang erat.
Namun jika anak memiliki sikap tidak acuh dan rasa tidak ingin saling tolong-menolong maka akan terjadi pertengkaran dan perselisihan, tidak tercipta kerukunan, dan pekerjaan yang dilakukan akan terasa berat karena dikerjakan sendiri.

4. Sombong

Sikap sombong pada anak salah satunya akibat orang tua yang suka memberikan barang yang berbeda dan terlalu mencolok di sekolah. Hal ini akan menciptakan kesenjangan sosial antar anak.
ADVERTISEMENT
Sifat sombong atau tinggi hati akan berdampak negatif pada anak. Secara pribadi akan tumbuh sikap mau menang sendiri, sulit berempati, dan kerap merendahkan orang lain.

5. Tidak Menaati Peraturan dan Tata Tertib di Sekolah

Tidak menaati peraturan dan tata tertib merupakan salah satu contoh intoleransi di sekolah. Saat anak tidak taat terhadap peraturan di sekolah, tandanya anak sudah tidak menghargai apa yang sudah ditetapkan dalam suatu lingkungan.

Dampak Negatif Sikap Intoleransi di Sekolah

Ilustrasi contoh sikap intoleransi. Sumber: Pixabay/olia danilevich
Sikap intoleransi di sekolah adalah hal yang dapat mengancam ketertiban, keamanan, dan ketrentaman lingkungan. Sikap ini memiliki dampak negatif yang merugikan anak. Adapun dampak negatifnya sebagai berikut.

1. Tidak Adanya Rasa Nyaman dan Aman

Sikap toleransi akan memberikan situasi aman dan nyaman. Namun jika sikap sudah tergantikan dengan sikap intoleransi maka keamanan lingkungan sekolah akan terganggu. Bahkan, hal ini bisa menjadi ancaman bagi masyarakat sekolah.
ADVERTISEMENT

2. Memicu Terjadinya Perpecahan

Sikap intoleransi dapat menciptakan ketegangan dan konflik sosial di lingkungan sekolah. Ketika anak tidak menerima perbedaan dan lebih memilih untuk memojokkan atau mengucilkan teman lain hal ini dapat menyebabkan perpecahan dan pertentangan.

3. Membentuk Prasangka Buruk

Sikap intoleransi dapat memperkuat prasangka negatif terhadap sekelompok anak. Ketika anak tidak mau membuka diri memahami dan menghargai perbedaan di lingkungan sekolah, anak cenderung menggeneralisasi karakteristik negatif kepada teman lainnya.

4. Menghambat Kemajuan Sekolah

Ketika anak tidak menghargai dan menerima perbedaan serta membangun kerjasama, hal ini akan menghambat kemajuan sekolah karena partisipasi anak untuk bekerjasama akan sangat minim. Toleransi adalah kunci agar menciptakan lingkungan yang harmonis.

5. Retaknya Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Anak sebagai generasi muda memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jika anak memiliki sikap intoleransi maka menjadi sumber perpecahan dan retaknya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT

6. Tidak Adanya Rasa Persaudaraan

Sikap toleransi antar anak secara langsung akan meningkatkan rasa persaudaraan. Sementara sikap tidak toleransi di lingkungan sekolah hanya akan menyisakan rasa individualis. Pada akhirnya, hanya akan memicu pertikaian dan kesalahpahaman.
Dengan mengetahui contoh sikap intoleransi di sekolah dan dampak negatifnya melalui ulasan di atas, semoga orang tua lebih memperhatikan sikap anak, jangan sampai anak memiliki sikap tersebut. (MRZ)