Konten dari Pengguna

50 Contoh Tembung Kawi dalam Karya Sastra Jawa

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
2 Maret 2024 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh tembung kawi. Sumber: www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh tembung kawi. Sumber: www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
Tembung Kawi merupakan kosakata bahasa Jawa Kuno dalam karya sastra Jawa. Penggunaan tembung Kawi memberikan kesan estetis, puitis, dan mendalam, hingga sering digunakan untuk nama seseorang. Salah satu contoh tembung Kawi adalah bayu yang berarti angin.
ADVERTISEMENT
Menurut buku Filologi Nusantara: Pengantar ke Arah Penelitian Filologi, Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. (2021:106), akar bahasa Jawa adalah bahasa Jawa Kuno, yang berakar dari bahasa Sanskerta. Dalam naskah Jawa Baru, pengaruhnya berupa kata-kata serapan atau biasa disebut tembung kawi “kata pujangga”.

Contoh Tembung Kawi yang Unik dan Indah

Ilustrasi contoh tembung kawi. Sumber: www.unsplash.com
Bahasa dalam tembung Kawi dinilai sebagai kunci untuk mengungkapkan kehidupan kebudayaan bangsa Indonesia. Bahasa dan sastra Kawi bisa dikatakan menjadi sumber kekayaan dan pengetahuan bagi perkembangan kebudayaan bangsa, karena sudah ada sejak 804 M dari temuan prasasti Sukabumi.
Menggunakan tembung Kawi di masa sekarang, artinya memperpanjang usia bahasa dan sastra Jawa sekaligus menghargai budaya bangsa. Berikut contoh tembung Kawi yang menarik untuk dapat digunakan.
ADVERTISEMENT

Lahirnya Tembung Kawi melalui Perjalanan Sejarah Sastra Jawa

Ilustrasi contoh tembung kawi. Sumber: www.unsplash.com
Tembung Kawi dalam sejarah sastra Jawa muncul melalui perjalanan yang sangat panjang. Dimulai pada zaman sebelum abad ke IX, di mana pada zaman ini, bentuk karya sastra yang berbahasa Kawi masih diwariskan secara lisan.
ADVERTISEMENT
Kemudian memasuki zaman Mataram, yang dimulai sekitar abad ke-9 hingga abad ke-10. Saat itu kerajaan Mataram berada di bawah pemerintahan Mpu Sindok (925-962 M) hingga pemerintahan Raja Dharwangsa Teguh (991-1007 M) melahirkan karya sastra tulisan berupa prosa dan Kakawin Ramayana.
Karya sastra tulisan ini semakin berkembang pada zaman kerajaan Kediri dengan kepimimpian Prabu Airlangga (1019 - 1049 M) hingga pemerintahan Raja Kertanegara (1268 - 1292 M) di Singasari, mulai muncul karya Kawi dengan karya sastra jenis tembang atau lagu.
Di zaman Majapahit I yang berkuasa dari tahun 1239 – 1389 M, karya sastra Kawi tulisan yang terkenal hingga saat ini lahir, yaitu Sutasoma, Parthayajna, dan Brahmaodapuraoa.
Hingga runtuhnya kerajaan Majapahit pada tahun 1518 M, kembali lahir karya besar sastra Jawa tulisan yang berjudul Kakawin Nitisastra, Nirartha Prakerta, Dharmasunya, dan Hariwangsa. Sejak itulah, tembung Kawi semakin dikenal dan digunakan secara turun temurun.
ADVERTISEMENT
Kehadiran tembung Kawi dalam karya sastra Jawa memberikan warna tersendiri dan menunjukkan kekayaan bahasa serta budaya Jawa yang patut dilestarikan.
Melalui pemahaman terhadap contoh tembung Kawi dan sejarah singkatnya, diharapkan akan dapat lebih mengapresiasi keindahan serta kedalaman makna dalam karya sastra Jawa. (VAN)