Konten dari Pengguna

8 Contoh Perjuangan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
24 November 2023 17:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sumber: Pixabay/Thekurupi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sumber: Pixabay/Thekurupi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain melakukan perjuangan dengan senjata, perjuangan bangsa Indonesia lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan adalah dengan perjuangan diplomasi. Contoh perjuangan diplomasi salah satunya, yaitu perjanjian Linggarjati.
ADVERTISEMENT
Perjuangan diplomasi merupakan perjuangan melalui meja perundingan tanpa adanya kekerasan fisik. Perundingan yang dilakukan ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan bersama antara pihak penjajah dengan pihak Indonesia.

Contoh Perjuangan Diplomasi

Ilustrasi perjuangan diplomasi. Sumber: Pixabay/StartupStockPhotos
Salah satu alasan Indonesia menggunakan diplomasi sebagai bentuk perjuangan, yaitu karena kondisi Indonesia saat itu masih jauh dari kata stabil. Alasan lain mengapa Indonesia menggunakan perjuangan jenis ini, yaitu agar bisa menarik simpati dari dunia internasional.
Dalam buku Tragedi Westerling, Agus N. Cahyo (2014:26-34), contoh perjuangan diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di antaranya, yaitu sebagai berikut.

1. Pertemuan Soekarno-Van Mook

Pertemuan ini merupakan pertemuan untuk menjajaki kesepakatan kedua belah pihak yang berselisih. Presiden Soekarno mengemukakan kesediaan pemerintah RI untuk berunding atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Van Mook ingin Indonesia menjadi negara persemakmuran berbentuk federal yang memiliki perintah sendiri di lingkungan kerajaan Belanda. Pertemuan ini diprakarsai oleh Letnan Jenderal Sir Philip Cristion pada tanggal 25 oktober 1945.

2. Pertemuan Sjahrir-Van Mook

Dalam pertemuan ini, pihak sekutu diwakili oleh letnan Jenderal Christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook. Sedangkan delegasi Indonesia, yaitu Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 1945 di Markas Besar Tentara Inggris, Jakarta. Cristison bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda.

3. Perundingan Sjahrir-Van Mook

Pada tanggal 10 Februari 1946 Van Mook menyampaikan pernyataan politik pemerintah Belanda, antara lain, yaitu
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada tanggal 12 Maret 1946, Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi, antara lain sebagai berikut.
Usul dari pihak Indonesia tidak diterima oleh Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946, Sutan Sjahrir mengajukan usul baru, yaitu

4. Perundingan di Hooge Veluwe

Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14-25 April 1946 di Hooge Veluwe Belanda yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan yang telah disepakati Sjahrir dan Van Mook.
ADVERTISEMENT
Perundingan ini tidak membawa hasil karena Belanda menolak memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatera. Namun, hanya Jawa dan Madura serta dikurangi daerah yang diduduki oleh pasukan sekutu.

5. Perundingan Linggarjati

Walaupun perundingan Hooge Veluwe mengalami kegagalan, tetapi dalam prinsipnya bentuk-bentuk kompromi antara Indonesia dan Belanda sudah diterima dan dunia memandang bahwa bentuk tersebut sudah pantas.
Hasil Perundingan Linggarjati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

6. Perundingan Renville

Perundingan Renville dimulai pada tanggal 8 desember 1947 namun hasil perundingan ini baru ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, yang intinya, yaitu

7. Persetujuan Roem-Royen

Wakil tinggi Mahkota Belanda di Indonesia yaitu Dr. Beel mempunyai pandangan yang berbeda dengan Van Mook. Pandangannya, yaitu Indonesia harus dilaksanakan pemulihan kekuasaan pemertintah kolonial dengan tindakan militer.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, tanggal 19 Desember 1948, Dr. Beel melanjutkan tindakan agresi militernya dengan menyerang ibu kota RI yang ada di Yogyakarta.
Pada tanggal 7 Mei 1949, Mr. Moh. Roem selaku ketua delegasi Indonesia dan Dr. Van Royen selaku ketua delegasi Belanda akhirnya masing-masing membuat pernyataan.

8. Konferensi Meja Bundar (KMB)

Salah satu pernyataan Roem-Royen adalah segera diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB). Pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949, diadakanlah Konferensi Meja Bundar di Den Haag (Belanda).
Pada tanggal 2 November 1949, berhasil ditandatangani persetujuan KMB. Isi dari persetujuan ini, yaitu
ADVERTISEMENT
Dari hasil KMB itu, dinyatakan bahwa pada akhir bulan Desember 1949, Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda. Oleh karena itu, pada tanggal 27 Desember 1949 diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negara Belanda.
Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda, maka Indonesia berubah bentuk negaranya menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).
Dapat disimpulkan bahwa contoh perjuangan diplomasi di atas merupakan bentuk perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahanan kemerdekaan Indonesia dari negara Belanda melalui perundingan atau musyawarah. (MRZ)