Konten dari Pengguna

8 Contoh Sikap Materialisme dalam Keseharian

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
6 September 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh sikap materialisme. Sumber: www.unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh sikap materialisme. Sumber: www.unsplash.com
ADVERTISEMENT
Materialisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada pentingnya kepemilikan benda-benda atau kekayaan materi sebagai sumber kebahagiaan dan kesuksesan. Contoh sikap materialisme dalam keseharian antara lain lebih memilih untuk berteman dengan teman yang dinilai sebagai orang kaya dibanding teman lainnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Kupas Tuntas Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rizem Aizid, (hal. 62), materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu, termasuk kehidupan manusia di alam kebendaan dengan mengesampingkan alam indra.

Contoh Sikap Materialisme yang Mengutamakan Kebendaan

Ilustrasi contoh sikap materialisme. Sumber: www.unsplash.com
Materialisme dianggap merupakan pandangan filsafat yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata. Dalam kehidupan sehari-hari, sikap materialisme sering kali muncul secara tidak disadari.
Berikut ini adalah contoh sikap materialisme yang sering dijumpai dalam keseharian.

1. Menilai Orang Berdasarkan Harta

Seseorang yang memiliki sikap materialistis cenderung menilai orang lain berdasarkan apa yang mereka miliki, seperti mobil mewah, rumah besar, atau pakaian bermerek.
Dalam interaksi sosial, orang lebih dihargai karena harta benda daripada kepribadian atau kebaikan seseorang.
ADVERTISEMENT

2. Konsumsi Berlebihan untuk Menunjukkan Status

Sikap materialisme tampak ketika seseorang membeli barang-barang mewah semata-mata untuk menunjukkan status sosialnya.
Contohnya, membeli ponsel terbaru setiap tahun bukan karena kebutuhan, tetapi untuk mempertahankan citra sebagai orang yang "berkelas" di mata orang lain.

3. Mengukur Kebahagiaan dari Kepemilikan Benda

Kebahagiaan seseorang yang materialistis sering kali bergantung pada kepemilikan barang-barang mewah. Ada yang merasa bahagia ketika bisa membeli barang mahal, namun kebahagiaan tersebut hanya sementara karena akan selalu ada keinginan untuk memiliki lebih banyak lagi.

4. Terobsesi dengan Merek dan Barang Branded

Materialisme juga terlihat dalam obsesi seseorang terhadap barang-barang bermerek. Mereka lebih memilih pakaian, sepatu, atau aksesoris dari merek terkenal walaupun harganya jauh lebih mahal daripada produk lain dengan kualitas yang sama.

5. Mengorbankan Nilai-Nilai Moral untuk Uang

Orang yang menganut sikap materialistis terkadang rela mengorbankan nilai-nilai moral atau prinsip hidup demi mendapatkan keuntungan materi.
ADVERTISEMENT
Misalnya, bersedia melakukan tindakan tidak jujur atau tidak etis demi mendapatkan uang lebih banyak.

6. Sikap Boros dan Tidak Peduli pada Penghematan

Seseorang dengan sikap materialisme sering kali menghabiskan uang secara berlebihan untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu penting.

7. Tidak Pernah Puas dengan Apa yang Dimiliki

Sikap materialistis cenderung membuat seseorang selalu merasa kurang dengan apa yang sudah dimilikinya. Meskipun sudah memiliki banyak harta benda, selalu ingin memiliki lebih banyak lagi, sehingga hidup mereka dipenuhi oleh ambisi untuk terus menambah kekayaan.

8. Memprioritaskan Karir dan Uang di Atas Keluarga

Sikap materialisme juga tampak dalam tindakan seseorang yang terlalu fokus pada karir dan uang sehingga mengabaikan waktu bersama keluarga.
Orang dengan sikap ini lebih memprioritaskan pekerjaan demi mendapatkan gaji yang lebih besar, tanpa menyadari bahwa waktu dan perhatian untuk keluarga adalah hal yang tak ternilai.
ADVERTISEMENT
Contoh sikap materialisme dalam keseharian dapat memengaruhi cara pandang seseorang terhadap kebahagiaan dan kesuksesan. Ketika harta benda dan kekayaan menjadi ukuran utama kebahagiaan, nilai-nilai lain seperti kejujuran, kebersamaan, dan rasa syukur sering kali diabaikan.
Tentunya, penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan materi dan nilai-nilai kehidupan agar tidak terjebak dalam sikap materialistis yang berlebihan.(VAN)