Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Cerita Rawa Pening Semarang Singkat dan Pesan Moralnya
26 Maret 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rawa Pening merupakan danau yang memiliki luas 2.670 hektare. Danau ini berada di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang , yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Dibalik keindahannya terdapat cerita Rawa Pening yang cukup terkenal.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Indonesia memiliki berbagai cerita ataupun legenda yang terkenal di setiap daerah. Berbagai cerita rakyat, legenda ataupun mitos bahkan ditayangkan di televisi dan memiliki pesan moralnya tersendiri.
Cerita Rawa Pening
Mengutip buku Be Smart Bahasa Indonesia karya Ismail Kusmayadi (2008:56) legenda adalah dongeng yang berhubungan dengan asal mula terjadinya suatu benda atau tempat. Salah satu legenda yang cukup terkenal adalah cerita Rawa Pening yang ada di Semarang.
Tiap legenda ataupun dongeng pada umumnya memiliki pesan moral tersendiri. Pesan moral itu dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca. Berikut adalah cerita legenda Rawa Pening dan juga pesan moral yang dapat diambil dari ceritanya.
Legenda Rawa Pening
Legenda Rawa Pening berawal dari sebuah desa yang bernama Desa Ngasem, terletak di kaki Gunung Telomoyo. Desa tersebut dipimpin oleh kepala desa yang arif dan bijaksana yang bernama Ki Sela Gondang. Ia memiliki seorang putri berparas cantik yang bernama Endang Sawitri.
ADVERTISEMENT
Pada suatu hari, desa membutuhkan tolak bala berupa pusaka sakti sebagai syarat agar penyelenggaraan acara merti desa dapat berjalan lancar. Lalu, Endang Sawitri diutus untuk meminjam pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara, sahabat Ki Sela Gondang.
Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri supaya ia tidak meletakkan pusaka di atas pangkuannya. Namun di tengah perjalanan, Endang Sawitri melanggar pesan sahabat ayahnya itu. Akibatnya, Endang Sawitri hamil.
Ki Sela Gondang memohon supaya Ki Hajar Salokantara mau menikahi putrinya untuk menutup aib keluarga. Dengan berat hati, Ki Hajar Salokantara menerima Endang Sawitri sebagai istrinya.
Saat melahirkan, ternyata anak yang dilahirkan berupa naga yang diberi nama Baro Klinting. Untuk melepas kutukan pusaka, Baro harus menemui Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di Gunung Telomoyo.
ADVERTISEMENT
Di Gunung Telomoyo, Baro Klinting harus bertapa melilitkan tubuhnya sampai ke puncak Gunung Telomoyo. Malangnya, ada sekumpulan warga Desa Pathok yang tengah berburu tidak melihat wujud keseluruhan Baro Klinting. Mereka melihat ekor Baro Klinting dan memotong-motong daging ekornya.
Setelah selesai bertapa, Baro mendatangi warga Pathok untuk meminta makanan dan minuman. Namun, keadaan tubuhnya lusuh penuh luka, sehingga ia ditolak warga. Hanya, seorang janda tua bernama Nyai Latung yang memberinya makanan dan minuman. Setelah itu, Baro Klinting menancapkan lidi. Ia mengadakan sayembara, siapa yang berhasil mencabut lidi maka ia adalah orang hebat. Tidak ada satu pun penduduk desa yang sanggup mencabut lidi. Hanya, Baro Klinting yang berhasil mencabut.
Saat lidi dicabut, air menyembur sangat deras seperti air bah, penduduk memukul kentongan tanda bahaya. Mendengar kentongan, Nyai Latung naik ke atas lesung sesuai pesan Baro Klinting.
ADVERTISEMENT
Lama-kelamaan, air bah menjadi genangan luas berbentuk rawa-rawa dengan air yang bening. Nyai Latung menamakan desa yang tenggelam tersebut dengan Rawa Pening. Genangan air bening yang membentuk rawa.
Pesan Moral Cerita Rawa Pening
Oleh karenanya, penting untuk tidak bersikap angkuh atau sombong terhadap apa yang sudah dimiliki. Selain itu, sebagai manusia juga tidak boleh membeda-bedakan seseorang berdasarkan penampilan fisik yang tidak sempurna.
Itulah cerita Rawa Pening yang terletak di Semarang beserta dengan pesan moralnya. Banyaknya cerita rakyat ataupun legenda di Indonesia menambah keunikan yang ada di Indonesia menjadi semakin beragam. (BAI)
ADVERTISEMENT