Konten dari Pengguna

Gaya Bahasa Hikayat Bunga Kemuning

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
27 Oktober 2024 18:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gaya bahasa hikayat bunga kemuning - Sumber: pexels.com/@suzyhazelwood
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gaya bahasa hikayat bunga kemuning - Sumber: pexels.com/@suzyhazelwood
ADVERTISEMENT
Gaya bahasa Hikayat Bunga Kemuning mencerminkan keindahan dan keunikan sastra klasik yang kaya akan makna dan simbolisme. Dalam hikayat ini, penggunaan bahasa yang puitis dan berirama tidak hanya memperkaya narasi, tetapi juga membawa pembaca merasakan nuansa emosional dan budaya yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Melalui pilihan kata yang indah dan penggambaran yang khas, penulis berhasil mengekspresikan adat dan tradisi masyarakat pada masa itu, sekaligus menyampaikan pesan moral yang relevan.

Gaya Bahasa Hikayat Bunga Kemuning

Ilustrasi gaya bahasa hikayat bunga kemuning - Sumber: pixabay.com/pexels
Jika membaca ceritanya dengan cermat dan perlahan, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa Hikayat Bunga Kemuning menggunakan gaya bahasa khas Melayu klasik. Ini adalah gaya bahasa yang memperlihatkan keindahan dan menyampaikan adat serta budaya pada zamannya.
Berdasarkan cerita yang ada pada Dongeng Seru!! Untuk Si Kecil Agar Lelap & Mimpi Indah, zeneqy, (2020), dalam kisah tersebut penulis menyusun kalimat-kalimat yang berirama dengan kata-kata indah, memilih diksi yang pas untuk menyampaikan perasaan dan emosi secara mendalam.
Beberapa ciri dari gaya bahasa khas Melayu klasik adalah:
ADVERTISEMENT

1. Bahasa Kiasan atau Majas

Ada banyak penggunaan perumpamaan, majas, dan kiasan yang memperkaya makna, seperti menggambarkan sifat atau keadaan dengan cara yang puitis.

2. Irama dan Ritme

Kalimat-kalimat disusun dengan ritme tertentu, sering kali menghasilkan alunan yang enak didengar, sehingga mendukung aspek lisan dalam tradisi sastra Melayu.

3. Pemilihan Kata yang Indah

Kata-kata yang digunakan cenderung memiliki makna yang dalam dan indah, memberikan nuansa puitis yang khas.

4. Pengulangan

Penggunaan repetisi kata atau frasa untuk menekankan ide atau perasaan, menciptakan efek dramatis dalam narasi.

5. Struktur Berlapis

Penceritaan seringkali memiliki lapisan makna yang mendalam, menyiratkan pesan moral atau filosofi yang dapat ditafsirkan oleh pembaca.

6. Ungkapan Emosi

Gaya bahasa ini mengekspresikan perasaan dengan sangat kuat, membuat pembaca merasakan emosi yang terkandung dalam karya sastra.
Gaya bahasa ini tidak hanya menonjolkan keindahan estetika, tetapi juga menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan moral masyarakat pada masa itu.
ADVERTISEMENT

Penggunaan Majas yang Ada Pada Hikayat Bunga Kemuning

Ilustrasi gaya bahasa hikayat bunga kemuning - Sumber: pixabay.com/dglodowska
Penggunaan majas adalah salah satu hal yang khas dalam bahasa Melayu klasik. Dalam Hikayat Bunga Kemuning, beberapa majas yang dapat ditemukan antara lain:

1. Personifikasi

Penulis memberikan sifat manusia pada objek mati, seperti ketika tanaman dijelaskan memiliki "bau yang wangi," sehingga memberikan kehidupan pada deskripsi tanaman tersebut.

2. Metafora

Penggunaan perbandingan langsung tanpa kata penghubung, seperti menyebutkan "batangnya seperti jubah putri," yang memberikan gambaran visual yang kuat tentang keindahan tanaman tersebut.

3. Hiperbola

Penekanan pada perasaan dan keadaan, misalnya saat menggambarkan kesedihan sang raja yang "begitu heran" dan merasa "kesepian," menunjukkan betapa dalamnya emosinya.

4. Asonansi dan Aliterasi

Pengulangan bunyi vokal atau konsonan dalam kalimat, yang menciptakan irama dan keindahan dalam pembacaan, misalnya dalam nama-nama putri yang memiliki bunyi serupa.
ADVERTISEMENT

5. Kiasan

Ungkapan yang tidak literal banyak digunakan oleh penulis untuk menggambarkan situasi atau perasaan dengan cara yang lebih indah dan mendalam.
Penggunaan gaya bahasa Hikayat Bunga Kemuning ini memperkaya cerita dan memberikan nuansa yang lebih mendalam tentang tema dan karakter dalam hikayat tersebut. (DNR)