news-card-video
27 Ramadhan 1446 HKamis, 27 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Hikmah Sakit di 10 Hari Terakhir Puasa

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
24 Maret 2025 17:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sakit di 10 Hari Terakhir Puasa. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sakit di 10 Hari Terakhir Puasa. Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio
ADVERTISEMENT
Ramadan adalah bulan penuh berkah yang dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia. Pada 10 hari terakhirnya, umat Islam berlomba-lomba meningkatkan ibadah demi meraih malam kemuliaan, Lailatul Qadar. Namun, tidak jarang pada 10 hari ini, ujian berupa sakit di 10 hari terakhir puasa dapat menguji kesabaran dan keikhlasan.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, sakit di penghujung Ramadan mungkin terasa berat dan mengecewakan. Namun, di balik musibah tersebut, terdapat hikmah dan pelajaran berharga yang dapat memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Hikmah dan Arti Sakit di 10 Hari Terakhir Puasa

Ilustrasi Sakit di 10 Hari Terakhir Puasa. Sumber: Pexels/Cottonbro Studio
Mengutip buku Ilmu Tauhid Menurut Dr. Zakir Naik, Ramadhani, dkk (2019:109), 10 hari Ramadan merupakan hari dimana umat muslim biasanya harus melakukan lebih banyak ibadah. Oleh karenanya, pada 10 hari terakhir Ramadan ini banyak ibadah-ibadah tambahan yang dilakukan.
Sakit adalah salah satu hal yang dikhawatirkan terjadi pada hari-hari terakhir Ramadan ini. Namun, ternyata terdapat hikmah dan juga arti dari sakit di 10 hari terakhir puasa. Berikut ini berbagai hikmah yang terkandung saat mengalami sakit dalam 10 hari terakhir Ramadan.
ADVERTISEMENT

1. Meningkatkan Keikhlasan dalam Beribadah

Sakit pada 10 hari terakhir Ramadan menjadi ujian untuk mengukur keikhlasan dalam beribadah. Pada kondisi sehat, ibadah terasa ringan dan dilakukan secara rutin tanpa banyak berpikir.
Namun, ketika tubuh lemah dan tidak bertenaga, melaksanakan ibadah, seperti salat, zikir, atau membaca Al-Qur’an menjadi lebih sulit.
Keadaan ini menjadi momen untuk menguji seberapa tulus dalam beribadah hanya karena Allah Swt, bukan karena rutinitas atau kebiasaan semata.
Sakit juga mengajarkan bahwa kekuatan dan kemampuan dalam beribadah sepenuhnya berasal dari Allah. Dengan memahami hal ini, keikhlasan dalam beribadah akan semakin meningkat meskipun dalam kondisi yang sulit.

2. Melatih Kesabaran dan Keikhlasan

Sakit merupakan ujian kesabaran yang nyata. Tidak mudah bagi siapa pun untuk menghadapi rasa sakit tanpa mengeluh atau merasa putus asa. Dalam kondisi tubuh yang lemah, kesabaran diuji untuk tetap bersikap tenang dan menerima keadaan dengan lapang dada.
ADVERTISEMENT
Kesabaran dalam menghadapi sakit bukan hanya soal menahan rasa sakit fisik, tetapi juga menjaga hati dan lisan dari keluh kesah yang berlebihan.
Sabar adalah bagian dari iman, dan sakit menjadi cara Allah Swt mendidik agar tetap teguh dalam keimanan. Sakit menguatkan jiwa untuk selalu bergantung kepada Allah dan menerima segala ketetapan-Nya dengan penuh kerelaan.

3. Menghapus Dosa-Dosa Kecil

Salah satu hikmah besar dari sakit adalah penghapusan dosa-dosa kecil. Dalam hadis disebutkan bahwa setiap musibah, termasuk sakit, dapat menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah Swt kepada hamba-Nya. Sakit bukan hanya penderitaan, tetapi juga anugerah yang penuh berkah.
Dengan kesabaran dalam menghadapi sakit, dosa-dosa kecil terhapus, sehingga menjadi lebih bersih dari kesalahan-kesalahan masa lalu. Oleh karena itu, daripada meratapi sakit, lebih baik bersyukur karena ada peluang untuk membersihkan diri dari dosa-dosa kecil dan kembali mendekat kepada Allah dengan hati yang lebih bersih.
ADVERTISEMENT

4. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Tawakal

Sakit mengajarkan pentingnya rasa syukur atas nikmat kesehatan yang sering kali diabaikan. Ketika tubuh kuat, banyak aktivitas duniawi yang dilakukan tanpa memikirkan betapa berharganya nikmat tersebut. Namun, ketika sakit datang, kesadaran akan nikmat kesehatan semakin terasa.
Sakit mengajarkan untuk bersyukur atas setiap detik kesehatan yang diberikan Allah Swt. Selain itu, tawakal juga semakin kuat karena memahami bahwa segala kesembuhan dan kekuatan sepenuhnya berada dalam kuasa Allah. Dengan begitu, rasa syukur dan tawakal menjadi semakin kokoh dalam menghadapi setiap ujian hidup.

5. Memperkuat Doa dan Hubungan dengan Allah

Sakit pada 10 hari terakhir Ramadan menjadi momentum untuk memperkuat doa dan mendekatkan diri kepada Allah. Doa orang sakit lebih mustajab, sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk memohon ampunan, rahmat, dan kesembuhan.
ADVERTISEMENT
Terlebih pada malam-malam penuh keberkahan, seperti Lailatulqadar, doa-doa yang dipanjatkan dengan penuh ketulusan dapat membawa perubahan besar dalam hidup. Dengan demikian, sakit menjadi kesempatan untuk meningkatkan kualitas hubungan spiritual dengan Allah Swt.
Dengan memahami arti dan hikmah sakit di 10 hari terakhir puasa ini secara lebih mendalam, dapat membantu untuk lebih tenang, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi sakit, terutama pada 10 hari terakhir Ramadan. Terus berdoa dan berserah diri, karena Allah selalu bersama hamba-Nya yang bersabar dan bertawakal. (BAI)