Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.85.0
Konten dari Pengguna
Makna Lagu Sluku-Sluku Bathok dari Daerah Jawa
26 Oktober 2024 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makna lagu Sluku-Sluku Bathok mencerminkan kebijaksanaan dan filosofi hidup yang mendalam dalam budaya Jawa. Lagu yang sering dinyanyikan dalam permainan anak-anak ini bukan sekadar hiburan, tetapi mengandung pesan moral yang berkaitan dengan hidup.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, lagu ini menjadi sarana untuk mengenalkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda sekaligus mengingatkan akan hidup yang tidak abadi.
Memahami Makna Lagu Sluku-Sluku Bathok
Lagu "Sluku-Sluku Bathok" adalah salah satu lagu dolanan (lagu permainan) dari Jawa yang memiliki makna filosofis dan simbolik. Walaupun lagu ini terkenal di kalangan masyarakat Jawa, sejarah awal lagu ini konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah Islam di masa lalu.
Sejak zaman Mataram kuno, lagu ini sering dinyanyikan, ketika budaya Jawa sangat kental dengan ajaran kebijaksanaan dan nilai-nilai spiritual. "Sluku-Sluku Bathok" digunakan dalam permainan anak-anak di Jawa, diiringi gerakan tertentu yang menyenangkan.
Permainan ini adalah bagian dari budaya Jawa yang memanfaatkan lagu-lagu untuk mengenalkan anak-anak pada bahasa, irama, dan nilai-nilai yang diwariskan nenek moyang mereka.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Mengukir Nilai Karakter Melalui Tembang Dolanan Anak, Elisabeth Suratinem, (2023), inilah lirik lagu tersebut.
Dari liriknya, makna lagu Sluku-Sluku Bathok sering dikaitkan dengan perjalanan hidup manusia dan pemahaman akan kehidupan dan kematian. Berikut adalah penjelasannya dari kalimat pada liriknya.
1. "Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo"
Bathok (tempurung kelapa) dalam lagu ini dianggap mewakili kepala atau simbol tubuh manusia. Frasa ini mengisyaratkan bahwa tubuh manusia bersifat sementara dan hidup hanyalah perputaran waktu.
2. "Si Rama menyang Solo, oleh-olehe payung mutha"
“Rama” diyakini sebagai perlambang tokoh bijak atau pemimpin. Kata Solo bisa merujuk pada Kota Surakarta (Solo) sebagai pusat budaya Jawa, atau bisa diartikan sebagai perjalanan spiritual. Payung mutha berarti payung besar, yang melambangkan perlindungan atau pengayoman spiritual.
ADVERTISEMENT
3. "Mak jenthit lolo lobah, wong mati ora obah"
Bagian ini mengingatkan akan kefanaan manusia, bahwa setiap orang pada akhirnya akan mati dan tidak bisa bergerak lagi. Ini adalah nasihat tentang kehidupan yang tidak abadi.
4. "Yen obah kena kutuk"
Kalimat ini memberi peringatan untuk berhati-hati dalam menjalani hidup agar tidak berbuat salah, karena setiap tindakan buruk akan mendatangkan akibat.
Baca Juga: 5 Lagu Daerah Jawa Tengah yang Penuh Makna