Konten dari Pengguna

Mengenal Empat Tahapan dalam Konsep dan Teori Filsafat

Ragam Info
Akun yang membahas berbagai informasi bermanfaat untuk pembaca.
13 Oktober 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Empat Tahapan dalam Konsep dan Teori Filsafat. Sumber: Pexels/Anne O Sullivan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Empat Tahapan dalam Konsep dan Teori Filsafat. Sumber: Pexels/Anne O Sullivan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan konsep dan teori filsafat memiliki empat tahap diantaranya adalah tahapan logis. Dengan adanya tahapan ini memberikan kerangka kerja sistematis bagi filsafat untuk mengembangkan konsep dan teori.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, filsafat adalah disiplin yang berfokus pada pemikiran kritis, logis, dan sistematis tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai kehidupan, realitas, pengetahuan, etika, dan keberadaan. Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "philosophia", yang berarti "cinta kebijaksanaan"

Empat Tahapan dalam Konsep dan Teori Filsafat

Ilustrasi Empat Tahapan dalam Konsep dan Teori Filsafat. Sumber: Pexels/Pixabay
Mengutip buku Filsafat Logika: Pemikiran, Konsep, Teori, dan Penyimpulan karya Krinus Kum (2023:7) filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Berdasarkan konsep dan teori filsafat memiliki empat tahap diantaranya adalah logis, sistematis, radikal dan universal.
Tahapan-tahapan ini merupakan langkah sistematis yang digunakan filsuf untuk membangun argumen dan pemikiran yang matang tentang suatu fenomena. Berikut ini penjelasan mengenai empat tahapan yang ada dalam konsep dan teori filsafat.

1. Logis

Logika adalah landasan utama dalam filsafat. Pemikiran filosofis harus bersifat logis, artinya berdasarkan penalaran yang konsisten dan tidak bertentangan secara internal. Setiap argumen atau konsep dalam filsafat harus dirumuskan dengan cara yang mengikuti aturan-aturan logika formal.
ADVERTISEMENT
Prinsip ini membantu memastikan bahwa ide-ide yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas dan terstruktur. Dalam tahap ini, filsuf berusaha menghindari kontradiksi dan membangun argumen yang solid dan koheren.

2. Sistematis

Filsafat tidak hanya berurusan dengan gagasan-gagasan terisolasi, tetapi dengan keseluruhan yang saling terkait. Artinya, pemikiran filosofis harus disusun secara sistematis, di mana setiap konsep atau argumen memiliki tempat dalam sistem yang lebih besar.
Ini berarti bahwa filsafat mencoba menciptakan gambaran utuh tentang kenyataan atau pengetahuan, di mana berbagai gagasan dan ide saling mendukung dan menjelaskan satu sama lain. Pemikiran sistematis mengacu pada usaha untuk membangun teori atau sistem yang terstruktur dan menyeluruh.

3. Radikal

Dalam filsafat, "radikal" berasal dari kata Latin radix, yang berarti "akar". Berpikir secara radikal berarti berusaha untuk menyelami hingga ke akar dari suatu masalah atau pertanyaan. Filsafat tidak berhenti pada permukaan, melainkan berusaha untuk memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan paling mendasar.
ADVERTISEMENT
Filsuf mencoba mengupas sampai ke inti atau esensi dari sebuah fenomena atau ide. Tahap ini menggambarkan keberanian filsafat untuk mempertanyakan segala sesuatu, bahkan hal-hal yang diterima begitu saja dalam kehidupan sehari-hari.

4. Universal

Filsafat mencari kebenaran yang universal atau berlaku untuk semua orang, di segala tempat, dan pada segala waktu. Tidak seperti disiplin ilmu lain yang mungkin fokus pada bidang tertentu, filsafat mencoba memahami konsep-konsep mendasar yang berlaku secara global.
Misalnya, pertanyaan tentang hakikat kebenaran, keadilan, atau eksistensi manusia adalah pertanyaan yang berlaku di semua konteks budaya dan sejarah. Pemikiran filosofis berusaha untuk mencapai wawasan yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga menghasilkan prinsip-prinsip yang dapat diaplikasikan secara umum.
Dengan ini dapat diketahui berdasarkan konsep dan teori filsafat memiliki empat tahap diantaranya adalah logis, sistematis, radikal dan universal. Dengan proses ini, filsuf dapat membangun argumen yang lebih matang dan teruji, sekaligus memungkinkan untuk mengajukan pandangan yang lebih komprehensif tentang dunia dan realitas. (BAI)
ADVERTISEMENT