Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Hustle Culture, Dampak Buruk, dan Cara Mengatasinya
7 Agustus 2023 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nampaknya belakangan ini istilah hustle culture mulai populer dikalangan anak muda. Hustle culture adalah gaya hidup yang mendorong diri untuk bekerja terlalu keras. Orang-orang biasa menyebutnya dengan sebutan gila kerja.
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari, zaman sekarang para pekerja dituntut oleh kebutuhan dan keinginan materi yang membuat mereka bekerja tanpa henti. Padahal fisik dan mental mereka juga harus diberi ruang untuk beristirahat
Apa itu Hustle Culture?
Hustle jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah kesibukan. Lalu, culture artinya adalah budaya. Jika diartikan dalam makna psikologi dapat berarti budaya yang membuat orang menganut workaholic atau gila kerja (Setyawati, 2020).
Kesibukan yang dimaksud adalah kondisi ketika seorang pekerja hingga tidak memiliki waktu luang selain bekerja itu sendiri. Seluruh aktivitas setiap harinya akan diisi oleh pekerjaan. Hal ini tentunya ada pengaruh dari lingkungan kerja.
Menurut buku Managing Employee Burnout, Shauna Moran (2022:116), hustle culture menyuarakan bahwa karir merupakan prioritas tertinggi untuk para pekerja dalam hidupnya sebagai manusia. Sehingga waktu untuk hobi, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri kerap dikesampingkan.
ADVERTISEMENT
Tak jarang ditemui pada sebuah perusahaan, pemimpin selalu menanamkan hal yang sama kepada para pekerja untuk melakukan budaya yang sama terus menerus sampai generasi pekerja selanjutnya.
Dampak Hustle Culture
Tentunya budaya kerja keras berlebihan ini dapat memberikan dampak buruk. Bukan hanya kesehatan namun juga mental. Lalu, apa saja dampal hustle culture pada kehidupan seseorang? Berikut ulasan lengkapnya.
1. Menumpulkan Kreativitas dan Produktivitas
Bekerja dalam waktu lebih lama belum tentu dapat meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Menurut analisis Pencavel, bekerja lebih dari 48 jam per minggu membuat produktivitas turun.
Begitu juga dengan kreativitas, ketika dipaksa untuk bekerja dengan otak dan pikiran selama lebih dari jam normal, maka yang terjadi adalah otak tidak sanggup memberi ide dan gagasan baik dan akan menumpulkan kreativitas atau biasa disebut burnout .
ADVERTISEMENT
2. Kesehatan Mental dan Fisik Terganggu
Budaya ini jika masih diteruskan maka akan membuat fisik semakin lemah karena jam kerja yang berlebihan, dan paksaan untuk berpikir hingga kelelahan.
Tentunya hal ini dapat menyebabkan fisik mudah terkena penyakit. Memaksakan fisik dan mental untuk kuat padahal sebenarnya tidak, sangat berdampak pada kehidupan.
Setelah mengerti dampak buruk dari budaya ini. Berikut cara menghindari hustle culture yang dapat diterapkan dalam diri masing-masing.
Jadi, hustle culture adalah gaya hidup yang sebaiknya dihindari, karena sebenarnya bekerja dan hidup sebagai manusia yang memiliki kehidupan lain haruslah seimbang. Jika tidak, maka akan merugikan diri sendiri dan orang lain. (DVA)
ADVERTISEMENT