Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Scaffolding Sebagai Metode Pembelajaran
20 November 2024 17:25 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Scaffolding adalah salah satu metode pembelajaran yang dinilai efektif baik untuk guru maupun siswa. Istilah ini berasal dari analogi scaffolding (perancah) yang digunakan dalam konstruksi bangunan, yang memberikan struktur sementara hingga bangunan dapat berdiri sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, metode pembelajaran adalah cara atau pendekatan yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan tujuan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Metode ini melibatkan teknik, strategi, dan alat tertentu yang dipilih berdasarkan kebutuhan peserta didik, tujuan pembelajaran, dan konteks pengajaran.
Scaffolding Sebagai Metode Pembelajaran
Mengutip buku Paradigma Baru Pembelajaran, Martinis Yamin (2022:203), scaffolding adalah metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan bantuan melalui keterampilan baru atau di luar kemampuannya. Pendekatan scaffolding sangat erat kaitannya dengan teori pembelajaran oleh Lev Vygotsky, khususnya konsep Zona Perkembangan Proksimal.
Dalam pendidikan , scaffolding berarti menyediakan bantuan yang cukup untuk mendorong siswa mencapai potensi maksimal siswa, khususnya dalam tugas yang awalnya terasa sulit. Berikut ini beberapa ciri-ciri dari metode pembelajaran scaffolding.
ADVERTISEMENT
1. Bantuan Bersifat Sementara
Dalam metode scaffolding, guru memberikan bantuan yang hanya bersifat sementara. Bantuan ini diberikan di awal pembelajaran, saat siswa baru memulai tugas atau memahami konsep yang sulit.
Seiring waktu, ketika siswa mulai menunjukkan pemahaman dan kemampuan untuk melanjutkan secara mandiri, bantuan ini secara perlahan dikurangi hingga siswa tidak lagi membutuhkannya.
2. Fokus pada Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Metode ini berpusat pada konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky. Guru memfasilitasi pembelajaran dalam zona ini, yaitu pada tingkat di mana siswa tidak dapat menyelesaikan tugas sendiri, tetapi mampu melakukannya dengan bantuan.
Fokus pada ZPD memungkinkan siswa mengembangkan potensi siswa secara optimal, karena tugas-tugas yang diberikan menantang, tetapi tetap dapat dicapai dengan dukungan yang tepat.
ADVERTISEMENT
3. Interaksi yang Aktif antara Guru dan Siswa
Interaksi yang aktif adalah elemen penting dalam scaffolding. Guru berperan sebagai fasilitator yang terus berkomunikasi dengan siswa selama proses belajar.
Guru tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga mendengarkan dan merespons kebutuhan siswa. Siswa didorong untuk aktif bertanya, memberikan pendapat, dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Dengan adanya interaksi ini, siswa merasa didukung, yang meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
4. Penyesuaian dengan Kebutuhan Siswa
Dalam metode scaffolding, bantuan yang diberikan oleh guru sangat fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat pemahaman masing-masing siswa.
Misalnya, siswa yang lebih membutuhkan bantuan akan menerima penjelasan yang lebih rinci, sedangkan siswa yang lebih mandiri mungkin hanya memerlukan sedikit arahan. Penyesuaian ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan dukungan yang optimal untuk belajar.
ADVERTISEMENT
5. Pembelajaran Bertahap
Proses pembelajaran dalam scaffolding dilakukan secara bertahap, dari yang paling sederhana hingga yang lebih kompleks. Guru biasanya memecah tugas atau konsep besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dipahami siswa.
Setelah siswa memahami setiap bagian, guru membimbing untuk mengintegrasikan bagian-bagian tersebut menjadi satu pemahaman yang utuh. Pendekatan ini mempermudah siswa memahami materi tanpa merasa kewalahan.
Scaffolding adalah metode pembelajaran yang berpusat pada pemberian bantuan sementara kepada siswa. Metode ini dapat menjadi salah satu pendekatan paling efektif dalam membangun siswa yang tidak hanya memahami materi tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam konteks yang lebih luas. (BAI)