Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Menilik Asal Usul Munggahan, Tradisi Menyambut Ramadan dari Tanah Sunda
28 Februari 2025 7:06 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan biasanya masyarakat mulai mengadakan munggahan. Asal usul munggahan berasal dari tradisi masyarakat Sunda.
ADVERTISEMENT
Tradisi munggahan biasanya dilakukan dengan cara berkumpul bersama keluarga, makan bersama dan berziarah ke makam leluhur. Munggahan juga menjadi ajang untuk saling memaafkan sebelum menjalankan ibadah puasa.
Asal Usul Munggahan yang Berasal dari Tradisi Masyarakat Sunda
Asal usul munggahan berasal dari kata 'unggah' dalam bahasa Sunda yang berarti naik atau meningkat, melambangkan peningkatan spiritual menjelang bulan suci. Sesuai dengan pengertiannya, dalam kata munggah juga tersirat perubahan ke arah yang lebih baik.
Munggahan dilaksanakan masyarakat beberapa hari menjelang masuknya bulan puasa. Biasanya sepekan sebelum puasa berlangsung. Tradisi munggahan memiliki akar sejarah yang kaya dan telah mengalami evolusi seiring berjalannya waktu. Hal tersebut menjadikannya semakin relevan bagi masyarakat modern.
Munggahan juga bisa ditelusuri hingga ke zaman pra-Islam, di mana masyarakat Jawa kuno melaksanakan upacara keagamaan untuk memohon berkah panen dan rezeki. Dengan masuknya Islam ke Tanah Sunda sekitar abad ke-7 Masehi, tradisi munggahan mengalami transformasi yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Para penyebar agama Islam mengadaptasi tradisi lokal, termasuk munggahan untuk memperkenalkan ajaran Islam agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Tradisi ini kemudian dimaknai sebagai persiapan spiritual untuk menyambut Ramadan, dengan penekanan pada peningkatan keimanan dan pembersihan diri.
Dikutip dari buku Sufisme Sunda, Asep Salahudin (2023:67), munggahan menjadi simbol bahwa beragama yang benar tidak mengandung makna yang bertolak belakang dengan akar kultural.
Namun penghayatan keagamaan yang benar, harus selaras dengan budaya sebagai jembatan untuk memperkaya alam pikiran.
Ragam kegiatan dalam tradisi munggahan cukup bervariasi di setiap daerah, namun tetap mempertahankan esensi utamanya. Kegiatan-kegiatan yang menciptakan suasana hangat dan penuh kebersamaan menjelang bulan puasa .
Makan bersama atau botram merupakan kegiatan inti dari munggahan. Makanan biasanya dihidangkan di atas daun pisang dan dinikmati bersama keluarga dan kerabat.
ADVERTISEMENT
Silaturahmi juga merupakan kegiatan munggahan yang wajib dilakukan untuk mempererat tali kekeluargaan. Bagi yang merantau, munggahan merupakan waktu yang tepat untuk pulang kampung.
Berziarah ke makam leluhur juga tradisi munggahan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan refleksi diri. Sedekah munggahan biasa dilakukan sebagai bentuk kepedulian sosial kepada sesama.
Asal usul munggahan ternyata memiliki makna mendalam yang menunjukkan bahwa meskipun zaman telah berubah, namun nilai-nilai spiritual tetap dapat dijaga dan dihargai. (EA)