Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Penyebab Perang Diponegoro di Jawa Melibatkan Masyarakat Yogyakarta-Kaum Belanda
16 Juni 2023 12:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Penyebab perang Diponegoro berkaitan dengan masyarakat Yogyakarta dan pemerintah Belanda. Apa yang sebenarnya menjadi permasalahan pokok hingga memicu kemarahan pangeran Diponegoro?
ADVERTISEMENT
Perseteruan antara Belanda dengan masyarakat Yogyakarta membuat masalah membesar dan merembet ke mana-mana. Awalnya dipicu oleh kebijakan Belanda masalah persewaan tanah.
Penyebab Perang Diponegoro
Mengutip dari buku Sejarah 2 Seri IPS karya Drs. Prawoto, M.Pd (2002:2), penyebab perang Diponegoro adalah adanya tradisi Barat yang masuk ke dalam keraton ditambah kebijakan Gubernur Jenderal van der Capellen yang melarang bangsawan menyewakan tanah bengkok' (apanage) kepada swasta asing.
Sekitar tahun 1820-an, upaya menentang pemerintah Hindia Belanda semakin intensif. Tradisi Barat yang masuk ke istana, seperti alkohol, menimbulkan kekhawatiran besar bagi para pemimpin agama.
Kebijakan gubernur yang melarang sewa tanah membuat khawatir para bangsawan yang menyewa tanah dari Apanas untuk mencari nafkah. Ada juga kebencian rakyat terhadap pemerintah Belanda.
ADVERTISEMENT
Beban yang mereka pikul sangat berat, seperti melakukan kerja paksa atau membayar pajak properti. Karena pengumpulan pajak didelegasikan kepada orang Cina, jumlah pajak yang harus dibayar orang meningkat.
Oleh karena itu, rasa benci terhadap Belanda hadir di semua lapisan masyarakat, mulai dari kalangan bangsawan, pemuka agama hingga rakyat jelata. Faktor-faktor itu merupakan penyebab umum pecahnya Perang Diponegoro.
Alasan khusus (casus belli) adalah rencana pembangunan jalan melalui makam kuno Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Tanpa meminta izin Pangeran Diponegoro, Belanda memasang tiang-tiang sebagai tanda akan dibangunnya jalan tersebut.
Tak lama kemudian, para pendukung Pangeran Diponegoro mencabut patok-patok yang dipasang Belanda. Pasak tersebut dipasang dan dicabut beberapa kali hingga Pangeran Diponegoro mengganti patok tersebut dengan tombak.
ADVERTISEMENT
Karena semua lapisan masyarakat memendam kebencian terhadap Belanda, Pangeran Diponegoro mendapat dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat, yang segera bergabung dengannya. Selain Pangeran Mangkubumi, Pangeran Diponegoro juga dibantu oleh Sentot Ali Basa Prawirodirjo yang kemudian diangkat menjadi penasehat utama di bidang militer.
Diikuti pula oleh Pangeran Diponegoro, yaitu Kiai Mojo de Solo, yang kemudian diangkat menjadi penasehat agama, yang kemudian menyulut perang stabil di Mataram. Pangeran Diponegoro menyerang Yogyakarta dari Selarong tetapi dihentikan oleh Belanda.
Oleh karena itu Pangeran Diponegoro menyerang Plered dan terjadi pertempuran besar. Perlawanan terhadap Belanda meluas ke Pacitan, Purwodad, Banyum, Pekalongan, Semarang, Rembang dan Madiuni.
Pangeran Diponegoro tidak hanya menang di berbagai tempat tetapi juga dinobatkan sebagai Sultan oleh Sultan Jawa Abdul Hamid Herutjokro Amirulmukmin Sayidin Panatagama Khalifatullah.
ADVERTISEMENT
Ketika upaya perdamaian gagal, Belanda menggunakan taktik kubu Stelsel. Taktik ini dilakukan dengan maksud untuk membatasi kebebasan gerak Pangeran Diponegoro.
Demikian penjelasan singkat tentang penyebab perang Diponegoro di Jawa. Semoga menambah wawasan.(IMA)