Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Lebaran Ketupat yang Penuh Makna Filosofis
7 April 2025 16:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah Lebaran ketupat menyimpan makna filosofis yang menarik untuk didalami. Pasalnya, perayaan ini menjadi salah satu tradisi ikonik dalam rangkaian acara Idulfitri yang diadakan rutin setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa daerah di Indonesia yang merayakan Lebaran ketupat, di antaranya Madura, Boyolali, Kudus, dan Demak. Biasanya, momentum Lebaran ketupat diselenggarakan pada H+ seminggu setelah Lebaran.
Sejarah Lebaran Ketupat yang Penuh Makna Mendalam
Berdasarkan buku Corak Budaya Indonesia dalam Bingkai Kearifan Lokal, Alik Ulfatus Solikah, S.Pd, dkk, (2024: 17), Lebaran ketupat adalah tradisi keagamaan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam. Sejarah Lebaran ketupat berkaitan erat dengan tokoh Walisongo, yaitu Raden Mas Sahid atau yang akrab disebut Sunan Kalijaga.
Awal terciptanya tradisi Lebaran ketupat/ kupatan bermula sejak abad ke-16 pada masa Kerajaan Demak. Saat itu, Sunan Kalijaga melakukan dakwah Islam melalui budaya.
Adapun bentuk kebudayaan yang digunakan adalah makanan tradisional ketupat. Lantaran tradisi kupatan memiliki esensi yang mendalam. Dengan begitu, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai makanan dengan filosofi khas Lebaran kepada masyarakat Jawa.
ADVERTISEMENT
Ketupat dalam Bahasa Jawa dapat disebut sebagai kupat. Setiap komponen pada ketupat memiliki arti. Istilah nama kupat bisa dimaknai ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan.
Kemudian kupat terbuat dari anyaman janur (sejatine nur) melambangkan manusia berada dalam kondisi suci setelah berpuasa Ramadan. Sedangkan kerumitan anyamannya mempunyai arti bahwa kehidupan manusia penuh lika-liku sehingga pasti ada salah di dalamnya.
Lalu, isi kupat yang berupa beras bermakna kemakmuran. Begitupun cara memakan kupat dengan santan mencerminkan ‘pangapunten’ atau permohonan maaf.
Oleh sebab itu, diadakannya Lebaran Ketupat di Hari Raya Idulfitri menjadi simbol atas pengakuan khilaf maupun kekurangan diri. Baik terhadap teman, tetangga, ataupun sanak keluarga.
Selain itu, umumnya umat muslim juga melakukan puasa Syawal sebelum melangsungkan kupatan. Puasa tersebut dikerjakan selama tanggal 2-7 Syawal. Dengan ini, Lebaran ketupat turut menjadi bentuk rasa syukur atas terlaksananya puasa sunah 6 hari.
ADVERTISEMENT
Sejarah Lebaran ketupat di atas menjadi bukti akan kekayaan budaya di Nusantara. Dengan memuat pesan kebaikan di dalamnya, tradisi ini patut untuk dijaga dan selalu dilestarikan. (Riyana)
Baca Juga: 3 Contoh Sinopsis Novel Sejarah yang Menarik