Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Penyebab Terjadinya Perang Padri
27 November 2023 20:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perang padri adalah perang yang terjadi di Sumatera Barat pada tahun 1803 hingga 1837. Untuk mendalami latar belakang dari sejarah perang ini, diperlukan pengetahuan mengenai apa yang memicu terjadinya Perang Padri ini.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan sejarah, perang ini adalah perang yang karena faktor keagamaan. Kaum Padri merupakan umat islam yang ingin menerapkan Syariat Islam dengan baik. Namun, kaum adat justru melakukan hal yang menyimpang.
Apa yang Memicu Terjadinya Perang Padri?
Dikutip dari buku Cerdas Menjawab Soal Sejarah SMA/MA/SMK, Samsul Farid dan Muhammad Husnu (2019:82), sebenarnya Perang Padri awalnya hanyalah perang saudara antara kaum Padri dan kaum Adat, tetapi diperkeruh oleh adanya pihak Belanda.
Kaum Padri terdiri dari para ulama yang dipengaruhi oleh gerakan Wahabi di Arab. Munculnya gerakan ini karena dibawa oleh tiga orang haji dari Makkah, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Plabang pada tahun 1803.
Datangnya tiga haji ini membawa perubahan baru di tanah Minangkabau. Namun, di sisi lain ada kaum Adat yang tidak menginginkan gangguan dari kebiasaan mereka yang berupa minum-minuman keras, sabung ayam, judi, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Inilah awal dari apa yang memicu terjadinya Perang Padri. Gerakan dari ketiga haji itu dikenal dengan nama Perang Padri . Namun, perseteruan ini justru diperkeruh oleh campur tangan Belanda dalam membantu kaum adat pada tahun 1819.
Kaum Padri dipimpin oleh tuanku Imam Bonjol (Peto Syarif), Datuk Bandoro, serta Tuanku Nan Renceh menyerbu pos Belanda pada 1821 di bulan September. Penyerbuan ini membuat Belanda membangun Benteng.
Benteng tersebut diber nama Fort van der Cappelen di Batusangkar serta Fort de Kock di Bukittinggi. Lalu, pada tahun 1825, Belanda melakukan gencatan senjata karena adanya pemindahan pasukan ke Jawa untuk menghadapi Perang Diponegoro.
Setelah Perang Diponegoro berakhir, Belanda melanjutkan perangdi Minangkabau dengan membawa pasukan Jawa yang dipimpin oleh Sentot Ali Basyah. Akan tetapi, pasukan ini membelot ke Padri.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat belanda menangkap Sentot dan membuangnya ke Cianjur, lalu ke Bengkulu dan meningal pada 1855. Pada saat perang, Belanda juga sempat melakukan siasat perdamainan yang disebut dengan Plakat Panjang pada 1833. Namun, cara ini gagal.
Kegagalan ini membuat Belanda mengepung daerah Bonjol pada tahun 1834, akibatnya pasukan Bonjol kehabisan amunisi. Tak hanya itu, benteng Bonjol pun ditembaki oleh Belanda. Kemudian bukit sekitar Bonjol juga jatuh ke tangan Belanda.
Puncaknya pada bulan Oktober akhirnya benteng Bonjol berhasil dirampas oleh Belanda. Pada akhirnya, Tuanku Imam Bonjol menyerah pada 25 Oktober 1837.
Itulah tadi penjelasan mengenai apa yang memicu terjadinya Perang Padri. Diharapkan dengan membaca sejarah di atas, dapat memperkaya pengetahuan sejarah yang ada di tanah Minangkabau. (SLM)
ADVERTISEMENT