Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Dilema Konstruksi Sejarah Islamisasi Pra Kolonial di Indonesia
1 November 2024 14:34 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ragil Adi Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Islamisasi merupakan suatu tahap proses kedatangan dan persebaran agama Islam yang masuk ke Nusantara melalui berbagai cara dan tindakan tertentu. Kedatangan Islam yang terdokumentasi berdasarkan sejarah sangat dekat hubungannya dengan jalur perdagangan yang memiliki eksistensi luar biasa pada kala itu.
ADVERTISEMENT
Dalam melakukan konstruksi sejarah Islamisasi di Nusantara cukup menjadi perdebatan bahkan dikalangan para ilmuwan sejarah dikarenakan sumber yang langka hingga tidak informatifnya sumber sejarah yang ada. Buku “Sejarah Indonesia Modern 1200-2004”oleh Ricklefs, M. C. (2008) menyampaikan
ADVERTISEMENT
bahwa terdapat dua proses Islamisasi yang terjadi. Pertama, adanya penduduk pribumi yang melakukan kontak dengan agama Islam dan kemudian memeluk agama tersebut. Kedua, adanya kedatangan orang-orang asing (Arab, Cina, India, dan lainnya) dimana telah memeluk agama Islam kemudian memutuskan untuk menetap di berbagai wilayah Indonesia. Di samping itu, mereka (orang asing) juga melakukan perkawinan dengan penduduk lokal serta mengikuti kultur budaya hingga menjadi orang Jawa, Melayu, dan suku lain sebagainya. Sejarah mengenai kedatangan Islam dapat dipercaya melalui prasasti-prasasti Islam (kebanyakan berbentuk nisan) serta sejumlah catatan oleh para musafir. Adapun baru nisan muslim tertua yang masih ada dan jelas berada di Leran, Jawa Timur dan bertarikh di tahun 475 H (1082 M). Namun, nisan ini tidak cukup memberikan gambaran mengenai mapannya Islam di tengah-tengah penduduk Indonesia namun yang pasti nisa tersebut merupakan sosok muslim non-Indonesia. Petunjuk selanjutnya yaitu nisan Sultan Sulaiman bin Abdullah bin al-Basir wafat pada 608 H (1211 M). Nisan ini menjadi petunjuk pertama mengenai keberadaan kerajaan Islam di Indonesia dimana petunjuk ini merujuk pada bagian wilayah utara Sumatera. Batu nisan pertama Samudra yang muslim yaitu Sultan Malik as-Salih bertarikh 696 H (1297 M). Berbagai batu nisan yang ditemukan menjelaskan bahwa Sumatera Utara berada di bawah kekuasaan Islam. Bahkan diketahui bahwa pada 1345 & 1346 ada penguasa yang merupakan pengikut mahzab fikih Syafi’i. Hal demikian menyatakan bahwa sebenarnya mazhab yang mendominasi Indonesia sudah ada sejak masa sangat awal sekalipun terdapat kemungkinan mengenai mahzab seperti Hanafi, Maliki, dan Hanbali juga sudah hadir pada masa-masa awal itu.
ADVERTISEMENT
Persebaran Islam berlanjut pada abad XIV dimana ditemukan batu nisan di kuburan-kuburan di Jawa Timur yaitu Triwulan dan Tralaya yang menunjukan makam para Muslim namun dengan adanya pengecualian tarikhnya menggunakan tahun Saka India bukan Hijriah Islam serta menggunakan angka Jawa Kuno bukan angka Arab. Maka dapat hampir dipastikan bahwa makam-makam tersebut merupakan orang-orang muslim Jawa. Ada anggapan bahwa nisan-nisan yang ditemukan merupakan simbol dari bangsawan Jawa yang pada kala itu masih dekat dengan Ibukota Majapahit. Sehingga dapat dikatakan beberapa penguasa Jawa telah memeluk Islam ditengah jaya-jayanya Majapahit. Berbagai perdebatan mengenai kedatangan Islam melalui situs atau bukti-bukti sejarah rasanya menjadi hal yang selalu hangat bagi para ilmuwan sejarah utamanya dalam memetakan pada pola pemikiran politik era Islamisasi prakolonial.
ADVERTISEMENT
Hikayat Raja-Raja Pasai adalah sebuah sumber berbahasa Melayu namun disalin di Demak Jawa bagian Utara pada tahun 1814. Sumber ini menjelaskan akan legenda bagaimana Islam masuk ke Samudra, batu nisan sultan yang pertama yaitu Malik as-Salih. Naskah ini menjelaskan mengenai berbagai kejadian yang dialami oleh Malik as-Salih hingga dirinya dilantik menjadi penguasa dengan tanda kerajaan dan jubah kenegaraan dari Mekkah oleh Syekh Ismail. Sedangkan di Jawa dikenal dengan adanya Babad Tanah Jawi (Sejarah Tanah Jawa) sebagai sumber yang memuat sejumlah besar naskah yang berbahasa Jawa. Naskah ini menjelaskan pengislaman orang-orang Jawa pada kegiatan wali songo (sembilan wali). Secara keseluruhan naskah menyepakati akan sembilan wali namun masih ada wali ke sepuluh, sebuah dilema yang mengganjal. Dalam hampir keseluruhan naskah memuat nama-nama wali meliputi Sunan Ngampel-Denta, Sunan Kudus, Sunan Muriya, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Sitijenar, Sunan Gunungjati dan Sunan Walilalang. Namun ada wali kesepuluh yaitu Sunan Bayat yang juga sering muncul dalam beberapa naskah Babad Tanah Jawi. Dalam naskah tersebut banyak hal-hal luar biasa dalam pengislaman yang ajaib serta sangat ditekankan pada adanya pengucapan dua kalimat syahadat, pengkhitanan dan lain sebagainya. Kemudian terdapat Sejarah Banten dalam bahasa Jawa berisikan sejarah pengislaman. Cukup berbeda dengan Babad Tanah Jawi, naskah Sejarah Banten nyatanya kurang cukup menggambarkan pengislaman secara eksplisit. Melalui cerita-cerita naskah sejarah tersebut sebenarnya tidak memberikan banyak penjelasan mengenai kejadian yang sesungguhnya sehingga tidak memberikan kesimpulan yang tegas. Hal demikian menjadi sebuah perdebatan konstruksi sejarah bagi para ilmuwan hingga melihat akan dari daerah mana tempat asal Islam Indonesia seperti Gujarat, Cina Selatan, Bengali, Arab, Mesir hingga Persia. Berdasarkan uraian-uraian di atas, masih sangat perlu untuk dilakukan kajian mendalam terlebih berbagai perdebatan yang nyata oleh para ilmuwan mengenai Islamisasi di Indonesia. Upaya konstruksi sejarah proses Islamisasi perlu untuk dilihat secara mendalam sebagai pemenuhan dalam menjawab berbagai dilema asal muasal hingga dari siapa saja yang memang terlibat sebagai aktor Islamisasi Indonesia di era pra kolonial.
ADVERTISEMENT
Referensi
Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. P.T. Serambi Ilmu Semesta. Jakarta.