Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Dinamika Istilah “Indonesia”
28 Desember 2024 18:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ragil Adi Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asal Usul Gagasan Indonesia sebagai Negara dan Bangsa
![Ilustrasi bersumber dari hasil kecerdasan buatan AI, ChatGPT.](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jg47m14a9fbcgxqvsmnsd63w.jpg)
ADVERTISEMENT
Jauh ke belakang menilik sejarah asal usul akan yang disebut sebagai “Indonesia” menjadi satu pikiran yang krusial dalam memaknai bagaimana sebenarnya Indonesia muncul dalam pikiran-pikiran yang membekas dalam tafsir sejarah hingga berkaitan mengenai pemikiran maupun identitas politik yang berlangsung. Indonesia hadir sebagai sebuah kesatuan atas negara-negara kecil maupun besar yang pernah ada pada masanya dengan berbagai bendera yang mencerminkan atas setiap dari negara. Banyak sebutan yang muncul terhadap daerah kepulauan ini mulai dari “The Eastern Seas (Lautan Timur)”, “The Eastern Islands (Kepulauan Timur)”, hingga “Indian Archipelago (Kepulauan Hindia)” sebagai sebutan bagi para pelancong serta pejabat non Belanda. Sedangkan sebutan dari kalangan Belanda seperti Hindia, Hindia Timur, Insulinde (pulau-pulau Hindia), Tropisch Nederland (kawasan tropis Belanda), dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Adapun dalam sejarah mengatakan bahwa kata “Indonesia” sendiri pertama kali digagas pada tahun 1850 dalam bentuk kata istilah etnografis “Indu-nesians” oleh seorang berkebangsaan Inggris, George Samuel Windsor Earl. Dia menafsirkannya sebagai penjelasan akan makna “cabang ras Polinesia yang menghuni Kepulauan Hindia” atau “ras-ras berkulit coklat di Kepulauan Hindia”. Akan tetapi gagasan tersebut justru tidak dipertahankan dan diganti pada anggapan yang memiliki dasar makna lebih khusus yaitu pada gagasan “Malayunesians”. Di samping itu, kolega Earl yaitu James Logan lebih memilih pada istilah “Indonesian” dalam istilah geografis sebagai pemendekan dari istilah “Indian Islands” atau “Indian Archipelago”. Dengan demikian Logan adalah orang pertama yang memakai istilah Indonesia dalam berbagai tulisannya sekalipun tidak secara eksklusif karena tetap dipergunakannya istilah “Indian Archipelago”.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan pengistilahan kata “Indonesia” nyatanya mengalami berbagai dinamika bahkan setelah Logan tidak diikuti oleh orang lain. Baru pada tahun 1877 digunakan istilah Indonesia dalam menjelaskan akan kelompok-kelompok ras prasejarah dan pra-Melayu tertentu di Kepulauan Indonesia oleh E.T. Hamy, antropolog asal Perancis. Berlanjut pada tahun 1880, A.H. Keane seorang antropolog Britania juga menggunakan istilah yang sama. Dilanjutkan oleh N.N. Dennys hingga Sir William Edward Maxwell. Bahkan dalam dalam lima jilid bertajuk Indonesian oder die Inseln des Malayischen Archipel tahun 1884-1894 sebuah karya Adolf Bastian seorang etnografi Jerman yang cukup terkenal di kalangan dunia cendekia juga menggunakan istilah yang sama, Indonesia. Hal tersebut menjadikan istilah “Indonesia” lebih dianggap dan lebih masif dipergunakan dalam berbagai tulisan. Dinamika istilah “Indonesia” terus berlangsung masa demi masa mulai dari tokoh yang menggunakan istilah tersebut secara masif bahkan cukup sesekali menyebutkan dalam tulisan-tulisannya.
ADVERTISEMENT
Kemajuan akan penggunaan dan persebaran pemikiran akan istilah Indonesia memberikan sebuah perjalanan luar biasa hingga membentuk proses menuju ruang negara atas Hindia Timur Belanda. Jika merujuk dari gagasan Indonesia sebelumnya lebih melihat sisi etnologis berdasarkan kemiripan terhadap budaya dan tempat di kepulauan Indonesia. Sedangkan berkaca dalam gagasan politik maka Indonesia hadir atas berdirinya Hindia Timur Belanda yang dianggap bersatu serta relatif terpadu terhadap segi ekonomi oleh politik kolonial Belanda.
Terdapat dua proses dalam melihat gagasan Indonesia yang hadir sebagai kesatuan politik yang berhubungan mengenai terbentuknya Indonesia sebagai sebuah negara. Pertama, persebaran horizontal kekuasaan Belanda ke seluruh kawasan atau kepulauan Indonesia. Hal tersebut berdampak pada periode 30 tahun sesudah 1870 bentang akan luas kepulauan Indonesia yang sebelumnya merdeka dalam arti politik dari Belanda telah dimasukkan dalam kekuasaan kolonial efektif sebagai bagian dari Hindia Timur Belanda. Dampak daripada proses ini memunculkan anggapan dalam pikiran akan penjajahan di Indonesia. Bahkan, G.K Resink seorang ahli hukum berpendapat bahwa pandangan kepulauan Indonesia secara keseluruhan telah dijajah berabad-abad oleh Belanda adalah sebuah ketidakbenaran (akhir abad 19 hingga awal abad 20). Pendapat tersebut juga menyatakan bahwa banyak Belanda di berbagai daerah masih menganggap atas dirinya sebagai orang asing. Sedangkan proses kedua yaitu integrasi vertikal seluruh Indonesia sebagai implikasi dari perkembangan sarana angkutan utamanya pada rel kereta dan jalan di Hawa serta jalur pelayaran perusahaan perkapalan Belanda, Koninklijk Paketvaart Maatschappij, sistem administrasi, pajak, kesamaan pada mata uang hingga hukum yang terpusat.
ADVERTISEMENT
Berjalannya waktu dan sejarah akan terbentuknya sebagai suatu negara hingga pada 1912 seorang pemikir Belanda S. Ritsema van Eck memiliki pendapat akan imperium raya Belanda yang baru dimana terdiri atas negara-negara etnis di Hindia. Namun muncul penolakan akan negara-negara etnis tersebut meliputi Jawa, Sunda, Aceh, dan lainnya mengenai kesatuan politis Hindia atau kesatuan yang berdasarkan pribumi Hindia. Berbagai dinamika istilah dan perdebatan antar pemikir Belanda dan para pribumi selalu menjadi sorotan menarik akan sejarah Indonesia hingga pada muatan-muatan tulisan yang selalu memakai istilah “Indonesia”. Hal demikian memberikan penekanan dan terbiasanya penggunaan Indonesia yang hingga saat ini masih bertahan sebagai suatu negara.
Referensi
Engelson, R. E. (2009). The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
ADVERTISEMENT