Konten dari Pengguna

TERITIP

Ragil Satriyo Gumilang
Penyuka kopi gelas kecil, es teh manis, dan indomi goreng telur mata sapi.
19 Maret 2018 10:52 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ragil Satriyo Gumilang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di salah satu tempat kegiatan rehabilitasi mangrove, saya menjumpai sebagian besar tanaman mangrove muda (umur kurang dari 1 tahun) menjadi tempat tumbuh teritip. Pada banyak tempat dan kasus, menempelnya teritip pada batang mangrove muda bukan hal yang luar biasa atau hal tersebut lumrah dan sering ditemukan. Namun, di tempat yang saya kunjungi tersebut jumlah teritip pada batang mangrove muda sangat melimpah, yaitu lebih dari 95% dari sekitar 100.000 tanaman rehabilitasi jenis Rhizophora sp.
ADVERTISEMENT
Dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, teritip merupakan hama pada tanaman mangrove muda. Hama teritip melekat pada batang maupun akar sehingga dapat merusak kulit dan mengakibatkan kematian individu mangrove (Wibisono et al., 2006). Salah satu penyebab ketidakberhasilan rehabilitasi mangrove di Aceh adalah hama yang didominasi oleh Balanus amphitrite (Dewiyanti et al., 2013)
Secara ekologi, teritip adalah satu-satunya kelompok Crustacea yang hidupnya sessilis (diam dan menempel) dan berbeda secara morfologis dengan kebanyakan Crustacea lainnya. Kelompok hewan ini kosmopolit dan hidup menempel pada berbagai substrat keras yang cocok dan hidup pada semua kedalaman laut. Teritip hanya hidup di perairan asin dan sebagian besar hidup di daerah intertidal, terendam pada saat pasang dan terpapar kering pada saat surut. Teritip beradaptasi dengan tekanan pasang surut pada berbagai topologi pantai. Oleh karena itu teritip sangat bervariasi dalam hal karakter morfologinya sebagai hasil adaptasi terhadap tekanan lingkungan (Puspasari et al., 2000).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil penelitian Prabowo dan Ardli (2009), terdapat 19 spesies teritip di 11 lokasi penelitian di pesisir Sumatera. Dua spesies teritip yang paling sering ditemukan adalah Chthamalus malayensis dan Balanus amphitrite. Keseluruhan pantai lokasi penelitian tersebut mempunyai kesamaan topologi pantai, yaitu pantai dangkal dengan dasar pasir dan berombak relatif kecil.
Balanus amphitrite bersifat hermaphrodite dan mudah berkembang biak sehingga memiliki populasi yang padat. Hewan ini bertelur dan larvanya mengembara mencari tempat yang cocok. Teritip ini merupakan remis yang berbentuk kerucut dan memiliki warna keputihan (Dewiyanti et al., 2013). Melihat kondisi lokasi yang saya kunjungi tersebut serta mengamati karakter morfologi teritip, sebagian besar teritip di lokasi yang saya kunjungi tersebut adalah jenis Balanus Amphitrite. Teritip yang ditemukan di lokasi yang saya kunjungi lebih banyak terdapat di batang mangrove bagian bawah. Hal ini disebabkan karena teritip lebih menyukai hidup pada daerah yang terendam air laut dibandingkan bagian atas batang yang kering dan hanya terendam jika air laut pasang.
Hama teritip sangat melimpah pada lokasi tersebut sehingga cukup sulit ditangani. Hama teritip yang cukup banyak dapat menyebabkan kematian bibit mangrove. Teritip akan merusak kulit batang terutama pada Rhizophora sp. Pemberantasan hama dapat dilakukan secara manual yaitu dengan mengerik teritip dari batang bakau, namun di beberapa tempat cara ini tidak cukup efektif. Cara penanggulangan yang lain adalah dengan menutup bibit yang baru ditanam dengan pipa paralon atau botol/gelas plastik bekas. Namun cara ini membutuhkan cukup banyak sumberdaya dan biaya.
ADVERTISEMENT
Sebagai pembelajaran kegiatan rehabilitasi mangrove selanjutnya dengan ancaman hama seperti di lokasi yang saya kunjungi, ada baiknya mempertimbangkan hal tersebut di atas. Hama teritip jenis Balanus Amphitrite cenderung menyukai pantai dangkal dengan dasar pasir dan berombak relatif kecil. Selain memperhatikan pemilihan tempat rehabilitasi, pemilihan jenis tanaman rehabilitasi mangrove juga penting diperhatikan. Seperti memilih jenis Avicennia sp untuk lokasi yang sebelumnya terindikasi terserang hama teritip cukup banyak. Untuk penanaman langsung berupa propagul/buah jenis Rhizophora sp, sebaiknya dilakukan perlakuan tambahan sebelum disemai atau ditanam. Perlakuan tambahan dapat dilakukan dengan cara merendam bagian bawah propagul pada wadah berisi air payau dan diletakkan dengan posisi horizontal pada tempat yang teduh. Berdasarkan pengalaman, perendaman sekitar 5 -10 hari dapat mengurangi aroma segar buah dan membuat agak berkerut sehingga meminimalisir serangan hama.
ADVERTISEMENT