Konten dari Pengguna

Indonesia 2045: Generasi Emas atau Cemas?

Rahayu Woro Wiranti
Dosen di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, IPB University dan sedang menjalani kegiatan Pelatihan Dasar bagi CPNS Kemendikbudristek Tahun 2024
8 Oktober 2024 9:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahayu Woro Wiranti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : istock.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber : istock.com
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini media massa banyak memberitakan kasus kekerasan dan perundungan di kalangan anak muda. Kejadian ini membuat saya prihatin apalagi saya adalah seorang pendidik di sebuah kampus negeri di Indonesia. Akan hal itu, saya jadi berpikir ulang apakah bisa Indonesia mencapai generasi emas di tahun 2045 atau justru generasi cemas dengan segala problematikanya?
ADVERTISEMENT
Indonesia pada tahun 2045 memasuki usia 100 tahun yang di mana pada tahun tersebut Indonesia memiliki bonus demografi. Adanya bonus demografi tersebut, pada tahun 2016 Presiden Joko Widodo mencanangkan sebuah visi besar tentang Indonesia Emas 2045. Dalam agenda Indonesia Emas 2045, Presiden Joko Widodo menyusun salah satu pilar Pembangunan yaitu Pilar Pembangunan Manusia. Guna mewujudkan Indonesia Emas 2045 diperlukan generasi penerus Indonesia yang berkualitas dan berdedikasi sesuai dengan program Bappenas.
Seiring impian Indonesia mencapai Emas 2045, fenomena kekerasan dan perundungan di kalangan anak muda muncul dan menjadi perhatian. Anak muda Indonesia memiliki potensi besar, namun dengan adanya kondisi dan situasi tertentu memicu terjadinya tindak kekerasan dan perundungan. Krisis moralitas di kalangan anak muda mendasari terjadinya tindak kekerasan dan perundungan. Penyebab tindak kekerasan dan perundungan di kalangan anak muda antara lain:
ADVERTISEMENT

1. Kurangnya pendidikan moral

Pendidikan moral yang lemah di lingkungan keluarga dan sekolah menyebabkan kurangnya nilai empati dan kesadaran sosial. Ketidakmampuan memahami dampak dari tindakan mereka sering kali memicu perilaku kekerasan

2. Pengaruh lingkungan sosial

Lingkungan hidup sekitar termasuk teman sebaya juga mempengaruhi perilaku anak muda. Anak muda yang tumbuh di lingkungan dengan tindak kekerasan akan membuat mereka cenderung meniru hal tersebut

3. Keterbatasan akses pendidikan

Keterbatasan dan ketidakadilan akses pendidikan menyebabkan tingginya tingkat frustrasi yang berujung pada perilaku kekerasan

4. Media sosial dan konten negatif

Paparan konten negatif di media sosial mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak muda yang masih labil. Konten negatif yang dilihat dan didengar menjadikan seolah-olah tindak kekerasan dan perundungan adalah hal yang patut dan benar.
ADVERTISEMENT
Maraknya isu-isu tindak kekerasan dan perundungan di kalangan anak muda tentunya membawa dampak serius bagi generasi muda. Dampak yang muncul dari tindak kekerasan dan perundungan anak muda yaitu:

1. Buruknya kesehatan mental

Segala bentuk kekerasan dan perundungan menyebabkan trauma, baik fisik maupun psikologis yang mendalam. Anak muda juga cenderung menjadi cemas, stress, dan depresi

2. Penurunan kualitas pendidikan

Tindak kekerasan dan perundungan akan menghambat terjadinya proses belajar mengajar. Sekolah yang tidak aman dapat menurunkan motivasi belajar siswa yang berdampak pada penurunan kualitas pendidikan

3. Peningkatan tindak kriminal

Generasi muda yang terlibat dalam kekerasan berisiko tinggi terjerumus dalam tindak kriminal yang menghalangi masa depannya

4. Rusaknya hubungan sosial

Tindak kekerasan atau perundungan dapat merusak tali silaturahmi atau hubungan antar individu dan komunitas.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, diperlukan solusi sebagai sarana penyelesaian dan pencegahan tindak kekerasan dan perundungan di kalangan anak muda. Solusi tersebut antara lain:

1. Peran keluarga

Keluarga menjadi garda terdepan dalam proses pendidikan generasi muda. Keluarga perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, serta perlunya komunikasi yang terbuka sehingga anak merasa aman di rumah dan dapat bercerita tentang masalah yang dihadapi

2. Pendidikan moral dan karakter

Penguatan moral dan karakter dapat melalui kurikulum sekolah dengan menekankan empati, toleransi, dan penyelesaian konflik secara damai sehingga menciptakan karakter yang positif

3. Peningkatan keterlibatan masyarakat

Masyarakat harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman. Kegiatan positif seperti olahraga dan seni budaya dapat menjadi salah langkah pengalihan dari kekerasan
ADVERTISEMENT

4. Regulasi media dan konten

Memperketat regulasi dapat membantu melindungi anak muda dari pengaruh buruk

5. Dukungan psikologis

Penyediaan akses dan layanan kesehatan mental serta dukungan psikologis bagi anak muda yang terlibat dalam kekerasan atau mengalami trauma guna pemulihan dan reintegrasi kembali ke masyarakat

6. Pengamalan sila-sila Pancasila

Mengamalkan Pancasila penting dalam kehidupan keseharian sosial generasi muda masa kini
Kekerasan dan perundungan di kalangan generasi penerus Indonesia saat ini adalah isu kompleks, namun bukan tidak mungkin dapat diatasi sehingga tidak menimbulkan kecemasan di kemudian hari. Pemahaman penyebab dan dampak, serta implementasi solusi yang berfokus pada peran keluarga, pendidikan moral, lingkungan sosial, dan sinergisme pengamalan Pancasila membantu menciptakan generasi muda yang peduli dan beradab demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT