Pentingnya Kualitas Udara dalam Ruangan untuk Performa Akademik Pelajar

RAHMA LAILI KHAIRINA
Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
1 Januari 2021 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RAHMA LAILI KHAIRINA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi interaksi antara kegiatan pembelajaran dan lingkungan di ruang belajar (Sumber: dreamstime.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi interaksi antara kegiatan pembelajaran dan lingkungan di ruang belajar (Sumber: dreamstime.com)
ADVERTISEMENT
Manusia menghabiskan waktu sekitar 90% setiap harinya untuk berada di dalam ruangan. Beberapa studi menemukan bahwa polusi udara dalam ruangan lebih besar daripada udara luar ruangan. Hal tersebut terjadi karena adanya akumulasi polutan fisik, kimia, dan biologi yang bersumber dari dalam ruangan maupun luar ruangan. Pelajar yang mendedikasikan waktu berjam-jam untuk kegiatan pembelajaran di sekolah dan ruang belajar setiap hari selama bertahun-tahun tentu sangat terdampak dengan kualitas udara dalam ruangan.
ADVERTISEMENT
Ruangan yang tidak memiliki kenyamanan termal ruangan memiliki hubungan yang signifikan terhadap performa pelajar yaitu menurunkan kesehatan, konsentrasi, dan produktivitas belajar (Gunawan dan Ananda, 2017). Selain karena suhu, penurunan konsentrasi juga dapat disebabkan oleh pencahayaan ruangan yang kurang memadai (Wiraanjani, 2019).
Pelajar yang berada di dalam ruangan dalam durasi yang lama tanpa memiliki ventilasi dan aliran udara yang cukup dapat merasa tidak nyaman akibat akumulasi gas karbon dioksida (CO2). Penelitian dari AS menyebutkan bahwa absenteisme pelajar meningkat sebesar 10-20% seiring dengan peningkatan kadar CO2 di dalam kelas sebesar 1000 ppm (Shendell dkk., 2004). Dalam penelitian lain ditemukan bahwa ventilasi kelas yang mengalirkan udara sebesar 0.9-7.1 liter/detik memiliki asosiasi terhadap pencapaian akademik pelajar (Haverinen-Shaughnessy, Moschandreas dan Shaughnessy, 2011).
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang memengaruhi performa akademik pelajar yaitu PM 2.5 yang dihasilkan dari kegiatan memasak, merokok, memanaskan mesin kendaraan, dan membakar sampah. Menurut WHO, PM 2.5 merupakan salah satu kontributor global burden disease yang dikenal sebagai agen penyebab infeksi saluran pernapasan, asma, dan penyakit kardiovaskular di berbagai kalangan usia (Belleudi dkk., 2010). Selain itu, menurut penelitian Calderón-Garcidueñas tahun 2008 dan 2011, PM 2.5 dapat menyebabkan neuroinflamasi pada otak sehingga struktur otak menjadi mirip dengan penderita Alzheimer tahap awal . Penelitian dari Meksiko, Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara kadar PM 2.5 yang tinggi dengan GPA (grade point averages) yang rendah ditunjukkan dengan penurunan poin sekitar 0.11 sampai 0.40 seiring dengan peningkatan pajanan PM 2.5 yang diterima (Grineski, Clark-Reyna, dan Collins, 2016). Penelitian lain dari Chile mengatakan bahwa terdapat penurunan skor matematika sebesar 0.4 dan penurunan skor tes bahasa sekitar 0.23 setiap peningkatan pajanan konsentrasi PM 2.5 sebanyak 1 μg/m3 per tahunnya (Jimenez dan Jordan, 2019). Ruangan yang memiliki kadar PM 2.5 yang tinggi tentu dapat menurunkan performa akademik pelajar.
ADVERTISEMENT
Jika ruang belajar jarang terkena cahaya matahari dan tidak ada sirkulasi udara yang cukup akan rentan ditumbuhi jamur. Spora yang diproduksi oleh jamur dapat bertahan di udara ruangan dan terinhalasi kemudian menimbulkan dampak pada kesehatan seperti sakit kepala, kebingungan, sulit berpikir, sulit berkonsentrasi, dan kelelahan. Penelitian dari New York menemukan bahwa terdapat asosiasi absenteisme pelajar dengan ruangan yang ditumbuhi jamur. Absenteisme terjadi karena pelajar mengalami hipersensitivitas dan infeksi saluran pernapasan (Simons dkk., 2010).
Selain itu, agen biologi lainnya yaitu bakteri, terutama bakteri Bacillus sp. dan Staphylococcus sp. adalah jenis bakteri yang umum ditemukan di udara ruangan para pelajar melangsungkan kegiatan pembelajaran (Nabilah dkk., 2018). Bacillus sp. dapat menyebabkan sakit kepala, diare, iritasi mata dan kulit, bahkan keracunan makanan sedangkan Staphylococcus sp. dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, infeksi pada luka, dan bakteremia. Selain itu, bakteri juga mengeluarkan endotoksin yang dapat mengakibatkan hipersensitif, asma, dan penurunan fungsi pernapasan (Mendell dan Heath, 2005). Efek kesehatan tersebut tentu dapat berakibat pada absenteisme dan menurunkan performa akademik pelajar.
ADVERTISEMENT
Kualitas udara dalam ruangan seperti suhu, pencahayaan, karbon dioksida, tingkat ventilasi, PM 2.5, jamur, dan bakteri adalah hal-hal yang dapat memengaruhi performa pelajar secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung yang dirasakan pelajar ketika belajar di ruangan dengan kualitas udara dalam ruangan yang tidak sesuai standar adalah ketidaknyamanan ketika berada di ruangan tersebut sedangkan dampak tidak langsung yaitu pelajar mengalami penurunan kesehatan yang berakibat pada absenteisme dan membuat pelajar tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan optimal. Oleh karena itu, kualitas udara dalam ruangan di ruang belajar perlu mendapat perhatian khusus untuk mengoptimalkan performa akademik para pelajar pada era normal baru dan meningkatkan kualitas hidup para pelajar dalam jangka panjang.
Referensi:
ADVERTISEMENT
Belleudi, V. et al. (2010) ‘Impact of Fine and Ultrafine Particles on Emergency Hospital Admissions for Cardiac and Respiratory Diseases’, Epidemiology. Epidemiology, 21(3), pp. 414–423. doi: 10.1097/EDE.0b013e3181d5c021.
Calderón-Garcidueas, L. et al. (2012) ‘Neuroinflammation, Hyperphosphorylated Tau, Diffuse Amyloid Plaques, and Down-regulation of The Cellular Prion Protein in Air Pollution Exposed Children and Young Adults’, Journal of Alzheimer’s Disease. IOS Press, 28(1), pp. 93–107. doi: 10.3233/JAD-2011-110722.
Calderón-Garcidueñas, L. et al. (2008) ‘Long-term Air Pollution Exposure is Associated with Neuroinflammation, An Altered Innate Immune Response, Disruption of The Blood-brain Barrier, Ultrafine Particulate Deposition, and Accumulation of Amyloid β-42 and α-synuclein in Children and Young Adults’, Toxicologic Pathology. Toxicol Pathol, 36(2), pp. 289–310. doi: 10.1177/0192623307313011.
ADVERTISEMENT
Grineski, S. E., Clark-Reyna, S. E. and Collins, T. W. (2016) ‘School-based Exposure to Hazardous Air Pollutants and Grade Point Average: A Multi-level Study’, Environmental Research. Academic Press Inc., 147, pp. 164–171. doi: 10.1016/j.envres.2016.02.004.
Gunawan, & Ananda, f. (2017). jar Gedung Sekolah Menengah Umum di Wilayah Kec.Mandau. Jurnal Inovtek Polbeng, 100.
Haverinen-Shaughnessy, U., Moschandreas, D. J. and Shaughnessy, R. J. (2011) ‘Association between Substandard Classroom Ventilation Rates and Students’ Academic Achievement’, Indoor Air, 21(2), pp. 121–131. doi: 10.1111/j.1600-0668.2010.00686.x.
Jimenez, R. and Jordan, F. (2019) ‘Air Pollution and Academic Performance in School Children: Preliminary Results from A Longitudinal Study in Chile’, Environmental Epidemiology. Ovid Technologies (Wolters Kluwer Health), 3, p. 184. doi: 10.1097/01.ee9.0000607832.13789.a9.
ADVERTISEMENT
Mendell, M. J. and Heath, G. A. (2005) ‘Do Indoor Pollutants and Thermal Conditions in Schools Influence Student Performance? A Critical Review of the Literature’, Indoor Air. John Wiley & Sons, Ltd, 15(1), pp. 27–52. doi: 10.1111/j.1600-0668.2004.00320.x.
Mølhave, L., Kjærgaard, S. K. and Attermann, J. (2000) ‘Sensory and Other Neurogenic Effects of Exposures to Airborne Office Dust’, Atmospheric Environment. Elsevier Science Ltd, 34(28), pp. 4755–4766. doi: 10.1016/S1352-2310(00)00266-1.
Nabilah, Z. M. et al. (2018) ‘Indoor Air quality (IAQ) Characteristics and Its Microbial Community Identifications at Two Selected Schools in Pahang, Malaysia: a Preliminary Study’, Asian Journal of Agriculture and Biology, pp. 88–96.
Simons, E. et al. (2010) ‘The Impact of School Building Conditions on Student Absenteeism in Upstate New York’, American Journal of Public Health. American Public Health Association, 100(9), pp. 1679–1686. doi: 10.2105/AJPH.2009.165324.
ADVERTISEMENT
Shendell, D. G. et al. (2004) ‘Associations between Classroom CO2 Concentrations and Student Attendance in Washington and Idaho’, Indoor Air. Indoor Air, 14(5), pp. 333–341. doi: 10.1111/j.1600-0668.2004.00251.x.
Wiraanjani, B., & Griadhi, P. A. (2019). Perbedaan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana di Ruang SGD (Small Group Discussion) Sekat dan Permanen. Directory Of Open Access Journals, E-Jurnal Medika, Vol.8 No.2, 4-5.