Konten dari Pengguna

Cintai Diri, Percaya Diri: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Kepalsuan

Rahmah wahyuni
Mahasiswa psikologi islam IAIN Langsa
30 Desember 2024 14:12 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmah wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rahmah Wahyuni (Mahasiswa psikologi islam IAIN Langsa)
Ilustrasi gambar remaja yang sudah menerima diri apa adanya dan lebih percaya diri (sumber: https://pixabay.com/id/photos/muda-remaja-papan-luncur-model-1922401/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar remaja yang sudah menerima diri apa adanya dan lebih percaya diri (sumber: https://pixabay.com/id/photos/muda-remaja-papan-luncur-model-1922401/)
Kepercayaan diri adalah bagian dari aspek yang sangat penting bagi tumbuh kembang remaja. Namun pada era digital saat ini banyak remaja terjebak dan tidak bisa mengeskspresikan diri mereka karena kurangnya rasa kepercayaan diri. Menurut data kominfo pengunaan media sosial dan digital pada kehidupan anak muda terutama remaja diera modern menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupannya, remaja selalu berselancar dimedia sosial, bahkan mereka memposting sesuatu disana. Hal itu bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh Royal Society Of Public Health menyebutkan sebanyak 91% pengguna media sosial adalah remaja (Fenia & Nastasia, 2021).
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian lain juga menemukan sekitar 98% dari anak-anak dan remaja mengetahui internet dan 79,5% adalah pengunanya (Cahya dkk., 2023). Namun banyak remaja mengunakan media sosial terutama tiktok atau instagram untuk mengeksplorasi dan berkreasi serta mengekspresikan bakat yang mereka miliki. Sebuah riset yang dilakukan oleh Valkenburg dan Piotrowski (2017) menemukan bahwa meskipun media sosial menjadi alat untuk eksplorasi identitas dan ekspresi diri, media sosial juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif, namun bisa mengakibatkan tekanan untuk selalu tampil sempurna dan kecemasan sosial pada remaja.
Remaja lebih sering membandingkan diri mereka dengan orang lain seperti penampilan tubuh mereka. Persepsi negatif akan tubuh itu disebut dengan bodydissatisfaction. Penjelasan tersebut berdasarkan Putri dan Indrawati (2019) yang menyatakan bahwa ketidakpuasan tubuh seseorang tidak sesuai dengan standarnya, oleh karena itu para remaja tersebut menilai tubuhnya dengan negatif. Dan berdasarkan pendapat dari National Eating Disolder Association mengemukanan bahwa body dissatisfaction adalah penyebab dari tumbuhnya rasa gagal dalam diri seperti merasa memalukan, cemas akan bentuk tubuh diri sendiri, kurangnya kepercayaan diri dan membandingkan bentuk tubuhnya dengan individu lain.
ADVERTISEMENT
Dari penyebab tersebut, banyak generasi muda, terutama remaja membuat second Account di media sosial seperti instagram. Second Account instagram merupakan akun kedua yang dibuat secara anonim oleh remaja. Memiliki Second Account di Instagram adalah hal yang baru dilakukan oleh seseorang. Mereka melakukannya karena tujuan tertentu, dan rata-rata yang membuat Second Account itu wanita (Prihantoro dkk., 2020). Setiap remaja pasti memiliki akun yang berbeda-beda, dan motivasi membuat akun kedua juga berbeda-beda, namun mayoritas atau sebagian besar remaja menginginkan kebebasan berekspresi dan terhindar dari cyberbullying Wattimena dkk., (2022). Dengan adanya Second Account para remaja bisa bebas untuk menjadi diri sendiri dan lebih percaya diri, mereka juga tidak terlalu memikirkan citra baik di media sosial tersebut.
ADVERTISEMENT
Remaja perempuan lebih rendah tingkat kepercayaan diri mereka dibandingkan laki-laki, Hal itu disebabkan wanita dua tahun lebih awal menginjak masa remaja daripada laki-laki (Putri & Aprianty, 2023). Perkembangan teknologi yang sejalan dengan pertumbuhan sosial emosional remaja membuat terganggunya mikrosistem, yaitu lingkungan yang langsung dihadapi oleh remaja, jika tidak mendapatkan dukungan dan terpapar tekanan sosial dan cyberbullying maka mereka susah untuk membangun kepercayaan diri.
Maka dari itu, para remaja seharusnya tanpa perlu membandingkan diri mereka dengan orang lain karena terlalu sering melihat kesempurnaan individu lain secara langsung maupun di media sosial. Nah bagaimana membangun kepercayaan diri remaja? Kalau dalam keilmuan psikologi membangun kepercayaan diri bisa mengunakan acuan yang terdapat dalam buku “Learned Optimism: How To Change Your Mind & Your Life” Dikatakan bahwa ada dua cara memandang kehidupan: optimis atau pesimis (Seligman., 2006). Kalau remaja memandang hidup dengan cara optimis, mereka akan lebih percaya dengan diri mereka dan kemampuan yang mereka miliki, jika pesimis maka sebaliknya. Dan teknik kedua yaitu praktik berpikir positif dengan menggunakan kalimat afirmasi positif. Afirmasi positif adalah pernyataan positif yang diulang ulang yang dimaksudkan untuk menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang lebih positif dan konstruktif (Wood, dkk., 2009). Contoh kalimat afirmasi positif seperti ini “Penampilan saya adalah ekspresi diri saya, dan saya bangga dengan diri saya apa adanya”. Praktik itu dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi remaja.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam mengajarkan bahwa rasa percaya diri bukan hanya sekedar sifat psikologis saja, namun berkaitan juga dengan hubungan individu dengan Allah SWT. Sebuah penelitian menunjukkan jika teknik restrukturisasi kognitif efektif dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang (Probowati dkk., 2020).
Bukan hanya dengan metode yang diterapkan oleh pakar psikologi saja, akan tetapi untuk membangun rasa kepercaya diri, Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai rujukan utama agar membangkitkan rasa kepercayaan diri pada remaja. Seperti ayat-ayat berikut ini:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
“sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (At-Tin:4)
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
ADVERTISEMENT
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. (Al-Hujurat: 13)
Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut menegaskan bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang terbaik, Dari hal itu mengingatkan remaja akan keunikan dan keindahan yang mereka miliki. Begitu juga dengan nilai seseorang terutama remaja, tidak ditentukan oleh penampilan fisik mereka, melainkan dengan ketakwaan dan akhlak, sehingga remaja dapat fokus meningkatkan kualitas diri yang lebih dalam.
Dengan meningkatkan kualitas di dalam diri, remaja akan lebih bersyukur dan lebih mengenal dirinya, mengenal kelebihan dan kekurangannya. Mengenal diri sendiri bisa dikatakan sebagai (Ma’rifatun-nafsi) seperti yang diungkapan oleh Mamlu’ah (2019), “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya”. Konsep ini sejalan dengan pemahaman tentang konsep diri atau self-concept, yaitu bagaimana remaja memandang diri mereka sendiri. Dalam hal ini mereka selalu berpikir positif atau khusnudzon.
ADVERTISEMENT
Konsep psikologi dan ajaran Al-Qur’an mengenai rasa percaya diri dapat diaplikasikan oleh remaja untuk membangun cinta terhadap diri sendiri, tanpa membandingkan diri mereka dengan orang lain, remaja lebih fokus pada potensi dan nilai yang mereka miliki serta merasakan ketenangan dalam jiwa. Penerapan ini akan membawa remaja menuju kehidupan yang lebih positif, penuh kedamaian dan rasa percaya diri yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya, M. N., Ningsih, W., & Lestari, A. (2023). Dampak Media Sosial terhadap Kesejahteraan Psikologis Remaja: Tinjauan Pengaruh Penggunaan Media Sosial pada Kecemasan dan Depresi Remaja. Jurnal Sosial Teknologi, 3(8), 704–706. https://doi.org/10.59188/jurnalsostech.v3i8.917
Fenia, S. Z., & Nastasia, K. (2021). Hubungan Antara Loneliness Dengan Fear Of MissingOut Pada Remaja Yang Menggunakan Instagram Di SMA Pertiwi 1 Kota Padang. Jurnal Ekonomika Dan Bisnis, 1(3), Article 3. https://doi.org/10.47233/jebs.v2i1.65
ADVERTISEMENT
Mamlu’ah, A. (2019). View of KONSEP PERCAYA DIRI DALAM AL QUR’AN SURAT ALI IMRAN AYAT 139. https://journal.unugiri.ac.id/index.php/AL-AUFA/article/view/1176/855
Prihantoro, E., Damintana, K. P. I., & Ohorella, N. R. (2020). Self Disclosure Generasi Milenial melalui Second Account Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(3), Article 3. https://doi.org/10.31315/jik.v18i3.3919
Probowati, D., Triyono, T., & Radjah, C. L. (2020). Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Menurunkan Mogok Sekolah pada Siswa SMP. Konseling Edukasi.“Journal of Guidance and Counseling, 4(1), 76–100. https://scholar.archive.org/work/dvprqw7yy5gwtjuuf5y2truyyu/access/wayback/https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Konseling_Edukasi/article/download/76-100/pdf
putri, A. D., & Indryawati, R. (2019). BODY DISSATISFACTION DAN PERILAKU DIET PADA MAHASISWI | Putri | Jurnal Psikologi. Diambil 23 Desember 2024, dari https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/1919/pdf
Putri, M., & Aprianty, R. A. (2023). View of BODY DISSATISFACTION, KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA PEREMPUAN. Diambil 23 Desember 2024, dari https://jurnal.uwp.ac.id/fpsi/index.php/psikowipa/article/view/105/80
ADVERTISEMENT
Seligman, M. E. P., & Seligman, M. E. P. (2006). How to Change Your Mind and Your Life.
Wattimena, G. H. J. A., Ramadhani, Y. D., & Marsetio, M. (2022). Second Account Instagram sebagai Ruang Ekspresi Generasi Milenial. Jurnal Pewarta Indonesia, 4(2), 212–222. https://doi.org/10.25008/jpi.v4i2.119
Wood. (2009). Positive Self-Statements: Power for Some, Peril for Others—Joanne V. Wood, W.Q. Elaine Perunovic, John W. Lee, 2009. dkk. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1111/j.1467-9280.2009.02370.x