Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Ketika Nilai Tukar Menggila: Bagaimana Kondisi Neraca di Tengah Gejolak Dolar?
10 April 2025 9:24 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rahma Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beberapa minggu terakhir, kita disuguhi tayangan grafik dolar AS yang terus menanjak, nyaris tanpa jeda. Sementara rupiah sibuk mengejar. Tapi sayangnya, seperti lari di tempat. Di pasar global, ketegangan geopolitik meningkat, suku bunga The Fed masih keras kepala, dan para pelaku pasar seperti sedang duduk di roller coaster tanpa sabuk pengaman.
ADVERTISEMENT
Tapi dampaknya tidak hanya dirasakan investor atau importir barang mewah. Di balik layar, tim keuangan perusahaan, terutama akuntan, sedang sibuk putar otak. Bukan soal belanja kantor, tapi tentang satu pertanyaan penting, "gimana caranya bikin neraca tetap masuk akal di tengah kurs dolar yang lagi ngamuk?".
Utang Dolar = Beban Tambahan di Laporan Keuangan
Buat perusahaan yang punya pinjaman dalam bentuk dolar, kabar menguatnya kurs bukan berita gembira. Misalnya, utang sebesar USD 5 juta yang tadinya dicatat Rp75 miliar (kurs Rp15.000), sekarang bisa melonjak jadi Rp81 miliar (kurs Rp16.200). Gak ada transaksi baru, tapi angka di neraca naik drastis.
Yak,... Ini bukan sulap, ini selisih kurs.
Menurut PSAK 10, semua aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing harus dikonversi ke rupiah pakai kurs akhir periode. Jadi ketika nilai tukar naik, neraca langsung ikut deg-degan.
ADVERTISEMENT
Laba Bisa Tergerus Gara-Gara Angka yang Tak Terlihat
Di laporan laba rugi, perubahan kurs ini muncul dalam bentuk keuntungan atau kerugian selisih kurs. Tapi ini bukan uang tunai yang benar-benar masuk atau keluar. Bisa jadi perusahaan sebenarnya untung secara operasional, tapi tetap terlihat rugi di mata investor karena rugi kurs yang besar.
Dan jujur aja, gak semua pemegang saham paham detailnya. Yang mereka lihat cuma bottom line-nya merah, dan yak.. langsung panik.
Perlakuan Akuntansi : Selisih Kurs Bukan Sekadar Tambahan Angka
Dalam PSAK 10, perbedaan nilai tukar antara saat pencatatan dan saat pelunasan atau akhir periode akuntansi disebut selisih kurs. Selisih ini bisa masuk ke laba rugi, atau dalam beberapa kasus langsung ke ekuitas lewat OCI (Other Comprehensive Income), tergantung jenis transaksinya.
ADVERTISEMENT
Nah, penting bagi tim akuntansi untuk tahu mana yang termasuk item moneter dan mana yang tidak. Karena :
• Item moneter seperti kas, piutang, dan utang dalam mata uang asing harus direvaluasi tiap akhir periode.
• Item non-moneter seperti aset tetap (yang dicatat dalam biaya historis) tidak terkena penyesuaian kurs, kecuali dinilai kembali pakai nilai wajar.
Jadi bukan semua angka dalam dolar otomatis naik saat kurs naik. Akuntan harus jeli memilah.
Selain itu, jika perusahaan melakukan hedging akuntansi (misalnya menggunakan kontrak forward), maka ada PSAK 71 dan PSAK 55 yang mengatur perlakuan nilai wajarnya.
Dan kalau nilainya berubah tiap periode? Ya, siap-siap ada dampaknya juga ke laporan keuangan.
Kesalahan umum yang sering terjadi :
ADVERTISEMENT
• Tidak memisahkan selisih kurs yang direalisasi dan yang belum direalisasi.
• Tidak mengungkapkan cukup jelas di CALK, sehingga pembaca laporan bingung asal muasal fluktuasi.
Makanya, ketelitian pencatatan dan pengungkapan adalah kunci di tengah kondisi nilai tukar yang liar.
Dampak Gejolak Kurs ke Rasio Keuangan: Tak Cuma Neraca yang Pusing
Lonjakan kurs tak hanya bikin angka utang membengkak, tapi juga menggeser rasio-rasio utama yang sering jadi sorotan investor dan kreditur, seperti:
• Debt to Equity Ratio (DER) → Naik tajam karena liabilitas melonjak, sementara ekuitas bisa stagnan atau malah turun kalau rugi kurs besar.
• Current Ratio → Bisa ikut terganggu kalau utang jangka pendek dalam dolar naik, tapi aset lancar dalam rupiah belum mengimbanginya.
ADVERTISEMENT
• Interest Coverage Ratio → Jika kurs tinggi memicu beban bunga lebih besar dalam rupiah, rasio pelunasan bunga bisa melemah.
• Return on Assets (ROA) → Turun, karena laba bersih ditekan oleh rugi kurs, padahal total aset membesar akibat revaluasi.
Jadi jangan heran kalau dalam kondisi seperti ini, satu ayunan kurs bisa bikin analisis rasio seolah-olah menunjukkan penurunan kinerja, padahal secara operasional, bisnis tetap sehat. Inilah pentingnya CALK dan manajemen narasi laporan keuangan.
Lindung Nilai : Jalan Ninja yang Tak Murah
Sebagian perusahaan pilih main aman dengan hedging, pakai kontrak forward atau instrumen derivatif lain buat jaga-jaga. Tapi ini bukan solusi yang bisa dipakai semua orang. Selain biayanya mahal, perlakuan akuntansinya juga ribet. Kalau salah desain, justru bisa bikin laporan makin berisik.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi, dalam kondisi pasar sekarang yang penuh ketidakpastian, hedging pun tidak selalu efektif. Risiko tetap ada, dan akuntan harus pintar-pintar menjelaskannya di laporan.
CALK : Tempat Curhat yang Wajib Jujur
Di sinilah Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) ambil peran penting. Manajemen perlu terbuka, perusahaan terpapar risiko kurs sejauh apa? Apakah ada strategi mitigasi? Dan seberapa besar pengaruhnya terhadap laporan?
Karena di tengah gejolak ini, transparansi bukan cuma nilai tambah, tapi kebutuhan.
Ilustrasi Nyata : Neraca PT Amalia Sejahtera yang Tiba-Tiba Berat Sebelah
Kita ambil contoh ringan. PT Amalia Sejahtera punya pinjaman luar negeri sebesar USD 10 juta.
• Akhir Februari, kurs Rp15.400 → utang dicatat Rp154 miliar
ADVERTISEMENT
• Akhir Maret, kurs Rp16.200 → utang melonjak jadi Rp162 miliar
• Artinya? Liabilitas naik Rp8 miliar hanya karena kurs.
Padahal, mereka belum ngapa-ngapain. Ini membuat rasio utang membengkak, ekuitas tertekan, dan analis keuangan mulai bertanya-tanya: “Apakah perusahaan ini sehat?”
Neraca di Era Dolar Menggila
Kondisi pasar hari ini menunjukkan satu hal yaitu, neraca perusahaan bukan lagi dokumen statis.
Ia hidup, berubah, dan dipengaruhi hal-hal di luar kendali internal termasuk nilai tukar.
Buat tim keuangan dan akuntansi, ini adalah momen untuk tetap waspada, berpikir strategis, dan menyampaikan cerita yang utuh lewat laporan. Karena di tengah ketidakpastian, yang paling dibutuhkan bukan hanya angka, tapi kejujuran, transparansi, dan konteks.
Dan yang paling penting, jangan cuma fokus pada laba. Kadang, kesehatan finansial justru tersembunyi di balik cerita kurs yang menggila.
ADVERTISEMENT
Rahma Amalia, Mahasiswi Prodi Pendidikan Ekonomi,
Universitas Pamulang.