Mbah Amirdjo dalam Lintasan Peristiwa dan Kesepian di Usia Senja

Rahmad
Mahasiswa Institut Pertanian Stiper Yogyakarta Aktivis Influencer Pertanian Pegiat Kembul.id
Konten dari Pengguna
18 April 2022 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Mbah Amirdjo (Sumber. Media BM3)
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Mbah Amirdjo (Sumber. Media BM3)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabut pegunungan mulai turun menyelimuti dataran lereng Gunung Merbabu, cuaca yang sering tidak menentu kerap kali tidak dapat ditebak. Hari itu (Kamis, 14 April 2022) Mbah Amirdjo, berusia 91 tahun, sedang memberi pakan ternak kambing dengan rerumputan yang ia arit sendiri di ladang. Dengan tertatih-tatih langkah yang tidak begitu kokoh mbah Armidjo memindahkan pakan ke dalam kandang kambing yang dititipkan orang untuk dirawat oleh mbah Amirdjo sebagai ikhtiarnya memenuhi kebutuhan hidup dikala senja.
ADVERTISEMENT
Mbah Amirdjo tersenyum saat ditemui tim BM3 yang langsung menyambut dan mencium tangan mbah Amirdjo dengan penuh hormat. Mbah Amirdjo mengajak tim BM3 masuk kedalam rumahnya dan dilanjutkan dengan berbagi kisah.
Dengan raut muka teduh serta mata yang basah, mbah Amirdjo menjalani lintasan ingatan dari setiap perjalanan peristiwa yang ia lewati semasa hidupnya. Masih dengan mata yang nanar dan bibir yang bergetar ia membagi kisahnya saat tergabung dalam pasukan gerilya rakyat dalam melawan kekuasaan Jepang di tanah air untuk mengamankan wilayah desa.
“Umur kulo sampun sepuh, kulo sempet nderek ngerewangi kamardhikaan Indonesia kagem nglawan Jepang (Usia saya sudah tua, bahkan saya sempat ikut membantu kemerdekaan Indonesia untuk melawan Jepang)” serunya, namun ia tidak mendaftakan diri menjadi veteran perang dan kembali menyibukkan diri pada sepetak lahan yang ia miliki.
ADVERTISEMENT
Di usia senjanya mbah Amirdjo masih berusaha dengan tubuhnya yang ringkih. Ia masih sering ke ladang untuk mengambil rumput sebagai pakan ternak meski tidak sesering masa muda dulu. Mbah Amirdjo menyampaikan keluhan yang sering kambuh rasa nyeri pada tulang belakang dan lutut.
“Yen wengi kerep kumat, nyeriteng punggung lan dhengkul (kalau malam sering kambuh sakitnya, sering sakit nyeri di punggung dan lutut)” ungkapnya mengenai keluhan yang sering kambuh ketika terlalu lelah beraktivitas.
Namun begitu mbah Amirdjo tidak pernah absen dalam beribadah, terlebih pada bulan suci Ramadhan seperti ini. ia mengatakan bahwa Ramadhan tahun kemarin ia berhasil menutup puasanya sebulan penuh dan masih menjaga sholat lima waktunya berjamaah di masjid. Ia mengatakan bahwa tugas manusia hanya beribadah kepada Allah SWT dan berbuat baik selagi diberi hidup.
ADVERTISEMENT
Mbah Amirdjo dan para lansia lain membutuhkan dukungan untuk merayakan leberannya di usia senja, dimana kerabat dan sanak saudara sudah dipisahkan oleh jarak dan zaman. semoga kebaikan yang kita berikan kepada mereka menjadi keberkahan kita di bulan suci Ramadhan.