Konten dari Pengguna

Ketika Hati Nurani Bicara: Pembatas Etika dalam Dunia Pers

Rahmad Rafildi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS ANDALAS, Padang, Sumatera Barat, Indonesia
30 September 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmad Rafildi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
seorang jurnalis harus mengedapankan etik dan hati nurani dalam pekerjaannya. (Gambar dari dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
seorang jurnalis harus mengedapankan etik dan hati nurani dalam pekerjaannya. (Gambar dari dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Dunia pers, yang seharusnya menjadi pilar demokrasi dan penyebar informasi yang akurat, kini dihadapkan pada berbagai tantangan etika. Dalam era digital yang serba cepat, di mana informasi menyebar dengan begitu mudahnya, prinsip-prinsip etika jurnalistik seringkali terabaikan. Kebebasan pers yang tak terkendali tanpa diimbangi dengan kesadaran akan etika dapat berdampak buruk bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kode etik jurnalistik mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pers. Hal ini kerena merupakan pedoman dan nilai-nilai profesi kewartawanan yang wajib untuk dipahami dan dilaksanakan dengan baik oleh anggota pers atau wartawan. Selain mengikuti etik dan aturan yang ada, para jurnalis ditekankan lebih mengedepankan dasar-dasar jurnalistik dan hati nuraninya ketika menemui kejadian atau peristiwa yang mengerikan dalam peliputan.
Jurnalis harus mampu membuat keputusan yang baik berdasarkan hati nuraninya ketika peliputan di lapangan menemukan bahwa fakta yang terjadi tidak baik bagi orang banyak karena mengandung muatan atau gambar yang tidak pantas seperti kekerasaan, korban akibat kekerasan, kecelakaan, dan kejadian lainnya.
Salah satu dilema moral yang paling sering dihadapi oleh pers adalah tekanan untuk menghasilkan berita yang menarik dan viral. Dalam era digital seperti sekarang, di mana informasi tersebar dengan sangat cepat, media massa terdorong untuk memproduksi konten yang sensasional dan provokatif demi meraih keuntungan. Akibatnya, kualitas berita seringkali terabaikan dan kebenaran menjadi korban.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adanya kepentingan politik dan bisnis juga dapat memengaruhi independensi pers. Banyak kasus menunjukkan bagaimana media massa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan propaganda atau menyerang lawan politik. Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar jurnalisme yang menjunjung tinggi kebebasan pers.
Dalam situasi yang demikian, peran hati nurani menjadi sangat penting. Hati nurani seorang wartawan akan membimbingnya untuk selalu memilih jalan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai tekanan dan godaan. Wartawan yang memiliki hati nurani yang kuat akan selalu berusaha untuk menyajikan berita yang akurat dan berimbang, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau kelompok.
Namun, membangun dan menjaga hati nurani dalam dunia pers bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari setiap individu wartawan, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan media, pemerintah, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mengapa hati nurani penting sebagai batasan etika jurnalistik?
• Pijakan Moral yang Kuat: Hati nurani memberikan landasan moral yang kokoh bagi seorang jurnalis. Ia menjadi pedoman dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi yang dilematis atau ketika dihadapkan pada tekanan untuk mengorbankan kebenaran demi kepentingan lain.
• Jaminan Objektivitas: Hati nurani mendorong jurnalis untuk selalu berusaha menyajikan berita secara objektif dan akurat. Ini berarti menghindari bias, manipulasi fakta, atau penyimpangan informasi yang dapat menyesatkan publik.
• Perlindungan terhadap Korban: Hati nurani mengingatkan jurnalis akan pentingnya memperlakukan setiap individu, terutama korban, dengan hormat dan empati. Ini berarti menghindari eksploitasi atau pelanggaran privasi.
• Menjaga Kepercayaan Publik: Jurnalis yang berpegang teguh pada hati nurani akan menjaga keberlangsungan media dan demokrasi.
ADVERTISEMENT
• Pencegahan Manipulasi: Hati nurani menjadi benteng terakhir untuk mencegah manipulasi informasi dan penyebaran berita bohong.
Contoh konkret peran hati nurani dalam jurnalistik:
• Menolak suap: Hati nurani mencegah seorang jurnalis menerima suap dari sumber berita untuk memberikan liputan yang menguntungkan sumber tersebut.
• Melindungi sumber: Hati nurani mendorong seorang jurnalis untuk melindungi identitas sumber yang memberikan informasi penting, terutama jika sumber tersebut berisiko mengalami bahaya.
• Menghindari sensasi: Hati nurani mencegah seorang jurnalis mengeksploitasi penderitaan orang lain demi mendapatkan sensasi.
• Memeriksa fakta: Hati nurani mendorong seorang jurnalis untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum mempublikasikannya.
Dalam dunia jurnalistik modern, hati nurani semakin teruji. Tekanan untuk meraih rating, persaingan yang ketat, Iklim politik yang polarisasi dapat membuat jurnalis sulit untuk bersikap netral, dan maraknya disinformasi membuat jurnalis seringkali dihadapkan pada dilema etika. Namun, dengan berpegang pada hati nurani. Singkatnya, hati nurani adalah fondasi dari jurnalisme yang baik, seorang jurnalis dapat tetap menjaga integritas dan menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas.
ADVERTISEMENT