Konten dari Pengguna

Dari Pancasila ke Aksi: Menyikapi Fenomena Bullying di Kalangan Pelajar Gen Z

Rahmadhani Nurul Suci
Saya mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2024.
1 Oktober 2024 20:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmadhani Nurul Suci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.canva.com/design/DAGSVUn4qxE/Vw2fzW9quktqt1mzw1vyVw/edit?utm_content=DAGSVUn4qxE&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
zoom-in-whitePerbesar
https://www.canva.com/design/DAGSVUn4qxE/Vw2fzW9quktqt1mzw1vyVw/edit?utm_content=DAGSVUn4qxE&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
ADVERTISEMENT
Bullying adalah kata lain dari perundungan, mengintimidasi, mengganggu dan penindasan. Perilaku bullying baik secara fisik, nonfisik, maupun melalui media sosial (cyberbullying) adalah perbuatan yang masih banyak terjadi di kalangan pelajar terutama pada generasi Z. Gen Z, yang merupakan generasi pertama yang tumbuh bersama dengan teknologi digital, menghadapi tantangan unik terkait interaksi sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Cyberbullying menjadi salah satu bentuk bullying yang paling menonjol di kalangan gen z. Melalui media sosial seperti TikTok, Instagram, dan lain sebagainya sering kali menjadi tempat dimana intimidasi dan penghinaan terjadi. Melalui media sosial persebaran informasi akan sangat cepat yang membuat cyberbullying semakin marak terjadi.
https://www.canva.com/design/DAGR7HzBNTw/jPUUiZhdlbz1k_LSgHPQ8w/edit?utm_content=DAGR7HzBNTw&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
Selain bullying di dunia maya, bullying di lingkungan sekolah masih banyak kita jumpai. Dalam pandangan saya, bullying tidak hanya merusak korban secara langsung, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi semua pihak yang terlibat. Di lingkungan sekolah, yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung perkembangan individu, bullying justru menciptakan rasa takut, cemas, dan rendah diri bagi siswa yang menjadi targetnya.
Sebagai mahasiswa PPKn harus bisa memahami bahwa bullying merupakan pelanggaran hak asasi manusia, khususnya hak untuk diperlakukan dengan hormat dan bermartabat.
ADVERTISEMENT
Setelah melihat betapa banyaknya korban korban bullying yang ada di sekitar kita, tentu kita harus punya beberapa solusi dan cara mencegah agar tidak ada Bullying.
https://www.canva.com/design/DAGR7PGTQ-8/HfPJBq1IDuJAolQElf2uIQ/edit?utm_content=DAGR7PGTQ-8&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
Dari Nilai ke Aksi
Mengatasi bullying tidak hanya membutuhkan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila, tetapi juga tindakan konkret di lapangan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
1. Peningkatan Literasi Digital
Dengan meningkatkan literasi digital kita dapat lebih berhati hati dalam menggunakan media sosial.
2. Menciptakan Ruang Aman di Media Sosial
Fitur pelaporan yang efektif, moderasi konten, dan kampanye anti-bullying secara daring bisa membantu mencegah terjadinya cyberbullying.
3. Dukungan Kesehatan Mental
Banyak korban bullying yang mentalnya terganggu akibat terkena tekanan dan intimidasi dari pelaku bullying. Kita harus selalu membantu korban bullying dengan memberikan afirmasi afirmasi positif untuk kesehatan mental si korban.
ADVERTISEMENT
4. Peran Keluarga dan Masyarakat
Gen Z hidup dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh keluarga dan masyarakat. Edukasi kepada orangtua tentang bagaimana tanda tanda bullying perlu dilakukan karena itu sangat penting untuk memberikan dukungan kepada anak anak.
Dengan berlandaskan Pancasila, pelajar Gen Z diharapkan tidak hanya memahami pentingnya nilai-nilai luhur tersebut, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ini akan membantu membentuk generasi yang lebih toleran, empatik, dan beradab, sekaligus mengurangi fenomena bullying di kalangan pelajar.