Konten dari Pengguna

Sensory Seas: Koleksi Busana Memukau yang Datang dari Inspirasi Lautan Dalam

Rahmadina Audriyani
Hi! I'm Audry, a freelance graphic designer and currently studying Visual Communication Design at Paramadina University
3 Oktober 2024 5:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmadina Audriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2020 yang lalu, designer asal Belanda Iris van Herpen mengeluarkan koleksi Haute Couture Spring Summer yang berjudul Sensory Seas. Koleksi ini pertama kali dipamerkan di Cirque d’hiver Bouglione, Paris. Iris van Herpen juga berkolaborasi dengan seorang arsitek yang bernama Philip Beesley untuk beberapa busana dalam koleksi ini. Sensory Seas terinspirasi dari ilustrasi ilmiah yang dibuat oleh seorang ahli saraf asal Spanyol yang bernama Ramón y Cajal tentang proses sensorik kerumitan tubuh manusia yang dikaitkan dengan ekologi laut dan hewan laut tanpa tulang belakang yaitu Hydrozoa.
Iris van Herpen membuat 21 gaun yang ditampilkan pada koleksinya kali ini. Gaun - gaun ini terdiri dari gaun mini, midi, maxi, dan juga gaun dengan potongan asymmetrical. Sebagian besar warna dan siluet dari gaun ini terinspirasi dari lautan dalam seperti gradasi antara warna ungu dan biru yang dibuat secara bertumpuk dan bergelombang sehingga menyerupai bentuk gelombang air, atau percampuran antara warna hijau dan bentuk lingkaran yang berwarna cokelat sehingga menyerupai bentuk sebuah terumbu karang. Selain itu terdapat juga 4 jenis teknik yang dipakai dalam pembuatan koleksi busana Sensory Seas yaitu Labrynthine, Hypertube, Hydrozoa, dan Morphogenesis.
Gaun maxi di atas dibuat menggunakan teknik Labrynthine yang terinspirasi dari ilustrasi ilmiah gambar anatomi yang dibuat oleh Ramón y Cajal. Teknik ini dibuat dengan menggunakan teknik 3D lasercut, heat bonded, dan juga hand embroidery. Pertama-tama setelah kain dibuat dan dipotong menggunakan teknik 3D lasercut, kemudian kain dipanaskan dan ditempel dengan kain berbahan dasar glass-organza berwarna hitam dan juga digabungkan dengan kain lain menggunakan teknik hand embroidery.
Selain itu terdapat juga gaun maxi dan midi dengan perpaduan warna hitam dan putih ini yang merupakan contoh gaun yang dibuat dengan teknik Hypertube yaitu teknik yang menggunakan 3D printing dan heat bonded. Dibuat dari sebuah benang silikon berwarna putih yang kemudian dipanaskan dan ditempel memutar ke bawah tubuh pada kain silk chiffon berwarna hitam. Gaun ini digambarkan seperti sebuah sirip atau tentakel yang bergerak di dalam air.
Gaun maxi dengan potongan asymmetrical https://www.irisvanherpen.com/collections/sensory-seas
Gaun maxi dan mini dengan potongan asymmetrical https://www.irisvanherpen.com/collections/sensory-seas
Selanjutnya terdapat pula gaun mini, maxi, dan gaun dengan potongan asymmetrical. Gaun yang dibuat bertumpuk dan melingkar ini terdiri dari percampuran antara warna putih, biru, turquoise, cokelat, ungu tua, dan juga percampuran warna antara oranye dan merah tua. Gaun ini dibuat menggunakan teknik Hydrozoa yaitu teknik yang dibuat menggunakan teknik lasercut PetG bubbles, heat bonded, hand embroidery, dan oil painted pada kain berbahan organza. Langkah pertama dalam pembuatan gaun ini dimulai dari banyaknya kain organza yang dipotong dengan teknik lasercut, lalu dijahit secara bertumpuk. Gaun yang dijahit bertumpuk ini dibuat dengan tujuan menimbulkan volume dan dapat bergerak secara bebas ketika model berjalan. Selanjutnya langkah terakhir dari pembuatan gaun ini adalah dengan dicat menggunakan cat minyak.
Gaun terakhir merupakan gaun mini berwarna putih dengan banyak layer yang dibuat menggunakan teknik Morphogenesis. Teknik Morphogenesis merupakan hasil kolaborasi dengan Philip Beesley, teknik ini dibuat menggunakan teknik lasercut sehingga membentuk potongan tipis dengan banyak layer pada gaun dan juga didesain menggunakan aplikasi Rhino software dan Grasshopper.
Datang dari ide mengkombinasikan bentuk kerumitan sistem saraf tubuh manusia dengan ekologi lautan dalam dan juga hewan Hydrozoa, menghasilkan busana-busana dalam koleksi Sensory Seas ini terlihat indah dan juga rumit. Kerumitan koleksi busana ini menggunakan teknik manual dengan tangan dan mesin dengan teknologi tinggi. Apabila dilihat dari jarak yang dekat memiliki detail-detail rumit seperti layer yang bertumpuk, jahitan-jahitan kecil yang dibuat manual dengan tangan, dan banyaknya lubang-lubang yang diciptakan dari teknik lasercut.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, gaun-gaun buatan Iris van Herpen dalam koleksi Sensory Seas ini terlihat tampak “hidup” dengan teknik jahitan, potongan kain, material kain, serta warna yang digunakan. Ketika gaun ini digunakan model saat sedang berjalan mengingatkan kita pada hewan-hewan laut dan tumbuhan laut yang bergerak.
Koleksi gaun ini tampak seperti sirip ikan, hewan Hydrozoa, tentakel, dan sistem saraf Dendrit pada manusia. Dari banyaknya detail yang dibuat menggunakan tangan dan mesin, lalu digabungkan dengan potongan kain tipis dan tembus pandang seperti organza dan silk chiffon, membuat gaun ini terlihat pas dan melekat pada tubuh ketika dipakai. Selain itu pemilihan dan kombinasi warna-warna lautan dalam yang menghasilkan suasana tenang dan damai ketika melihat koleksi gaun ini.
ADVERTISEMENT
Sumber: