Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Potensi Dan Masalah Yang Dimiliki Waduk Jatiluhur Terhadap Lingkungan
11 April 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari rahmadinaalya05 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Potensi pariwisata yang dapat dikembangkan salah satunya adalah waduk. Waduk merupakan tempat penampungan air apabila terjadi kelebihan volume air, sehingga dapat digunakan pada waktu yang diperlukan. Waduk terbesar yang berada di Indonesia adalah Waduk Jatiluhur yang terletak pada Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Ide pembangunan Waduk Jatiluhur sudah dimulai sejak abad ke-19. Pembangunan Waduk Jatiluhur dimulai pada tahun 1957 dengan tujuan pada awalnya hanya untuk kepentingan irigasi, listrik, dan jalur transportasi air. Dampak dari pembangunan Waduk Jatiluhur adalah tenggelamnya 14 desa dengan jumlah penduduk 5.002 orang. Penduduk tersebut dipindahkan ke daerah di sekitar waduk.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, fungsi dari Waduk Jatiluhur semakin beraga, yaitu memenuhi keburtuhan irigasi lahan persawahan, pasokan air minum DKI Jakarta dan sekitarnya, pembangkit listrik, dan pengendali banjir. Selain itu, perairan Waduk Jatiluhur dimanfaatkan untuk budidaya perikanan Keramba Jaring Apung yang dapat menjadi daya tarik dari waduk Jatiluhur. Melihat potensi yang ada, Waduk Jatiluhur juga dimanfaatkan untuk pariwisata dan olahraga air. Perubahan fungsi ini akan berdampak pada kualitas dan keberlanjutan pemanfaatan Waduk Jatiluhur. Potensi Waduk Jatilihur sangat mendukung untuk pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata. Daya tarik alam dengan bentukan lanskap dataran tinggi yang memberikan nilai visual yang indah serta pemandangan dataran tinggi yang masih hijau dan bukit-bukit dengan kombinasi langit biru yang masih bersih menjadi daya tarik visual yang kuat dan saat petang, tidak lupa dengan kegiatan masyarakat sekitar bisa menjadi daya tarik kuat bagi para wisatawan untuk mengunjungi Waduk Jatiluhur.

Masalah penting dalam pembangunan ekonomi adalah bagaimana menghadapi trade-off antara pembangunan dengan upaya pelestarian lingkungan (Drews & Bergh, 2017). Pembangunan yang tidak memperhatikan kedua hal tersebut akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
ADVERTISEMENT
Hubungan antara pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan adalah hubungan yang saling memberikan dampak antara satu dengan lainnya. Pembangunan ekonomi yang tinggi dan ramah lingkungan akan menghasilkan kualitas lingkungan yang baik. Kualitas lingkungan yang baik ini nantinya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber daya dan akan memberikan dampak baik terhadap pembangunan ekonomi. Kegagalan dalam menjaga kelesrarian lingkungan akan menghasilkan biaya yang tinggi dan hilangnya sumber daya yang dibutuhkan, baik secara ekonomi maupun non ekonomi.
Keberadaan waduk Jatiluhur memberikan dampak positif lebih besar dibandingkan dampak negatifnya. Bisa dilihat dari banyaknya manfaat sosial yang dapat dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Jatiluhur serta masyarakat yang lebih luas seperti aliran listrik yang dapat dinikmati oleh masyarakat Jawa dan Bali.
ADVERTISEMENT
Selain dampak positif, terdapat juga dampak negatif dari adanya waduk, yaitu berkurangnya/hilangnya/punahnya keanekaragaman hayati perairan sungai. Penurunan kualitas air akibat aktivitas penggundulan hutan di daerah tangkapan air yang mengakibatkan pendangkalan waduk. Selain itu kegiatan usaha yang berlebihan seperti banyaknya karamba jaring apung untuk budidaya ikan, akan menyebabkan tingginya kandungan bahan organik akibat menumpuknya sisa pakan ikan yang terbuang. Kegiatan budidaya ikan yang berkembang pesat saat ini telah menurunkan kualitas perairan waduk.
Masalah pokok dalam pengelolaan sumber daya air di Waduk Jatiluhur adalah masalah lingkungan yang timbul karena adanya interaksi antara aktivitas ekonomi dan daya dukung lingkungan yang terbatas. Semakin besar jumlah dan intensitas eksploitasi sumber daya air tersebut, dampaknya terhadap penurunan kualitas lingkungan cenderung meningkat. Kualitas lingkungan perairan waduk sangat dipengaruhi oleh umur waduk, fungsi waduk, tipe waduk, pola penggunaan air, sumber utama faktor kesuburan dan musim.
ADVERTISEMENT
Setiap tahun di perairan Waduk Jatiluhur, pada bulan-bulan Oktober, November, Desember dan Januari adalah musim peralihan atau pancaroba yang antara lain ditandai dengan hujan yang terus-menerus dengan curah hujan tinggi, terbatasnya sinar matahari, angin kencang, ombak besar, berubahnya kecepatan dan pola arus air waduk. Siklus ini dari tahun ke tahun selalu sama sejak tahun 1978 sampai sekarang. Musim pancaroba tersebut telah terbukti berdampak negatif terhadap budi daya ikan dengan Keramba Jaring Apung (KJA).
Pengembangan teknologi KJA di waduk Jatiluhurtelah menimbulkan berbagai permasalahan yang dapat mengganggu kelestarian sumber daya air waduk dan usaha perikanan itu sendiri. Kegiatan budidaya ikan yang berkembang pesat saat ini telah menurunkan kualitas perairan waduk. Selain itu, pada kenyataannya bagian-bagian jaring apung yang ada berfungsi pula sebagai tempat tinggal dan warung-warung yang menimbulkan limbah sampah. Jaring apung yang tidak beroperasi lagi serta limbah bekas jaring apung yang rusak seperti drum bekas, bambu, plastik juga dibiarkan mengapung di perairan.
ADVERTISEMENT
Apabila terjadi kematian massal ikan pun para pemilik jaring apung selalu membuang bangkai ikan ke perairan bebas sehingga menambah pencemaran lingkungan perairan waduk. Hal-hal di atas selain berakibat langsung kepada petani jaring apung, juga terhadap Waduk Jatiluhur yang menyebabkan semakin meningkatnya pencemaran dan menurunnya kualitas air.
Dari hasil pemeriksaan kualitas air setiap bulannya yang dilakukan oleh Loka Riset Pemacuan Stok Ikan Jatiluhur, terjadi penurunan kualitas air di sekitar KJA, seperti terlihat pada trend penurunan kualitas air untuk kandungan BOD5, SO4 dan H2S pada titik-titik pemantauan. Adanya gas H2S ini telah menyebabkan bau busuk seperti telur busuk terutama pada saat dibukanya hollow jet. Hal ini berpengaruh buruk pada estetika, usaha kepariwisataan, dan penduduk sekitar.
ADVERTISEMENT
Upaya pengendalian Keramba Jaring Apung di waduk Ir. H. Djuanda dilakukan dengan cara:
1. Pembatasan jumlah petak Keramba Jaring Apung
2. InventarisasiMeneliti izin-izin yang ada apakah masih memenuhi persyaratan yang berlaku, baikpersyaratan administrasi maupun teknis dan opersional serta kepemilikan Keramba Jaring Apung.
3. Pemantauan kualitas air secara rutin pada masing-masing zona Keramba Jaring Apung untuk melihat tingkat pencemaran yang terjadi dan untuk menghindari terjadinya bahaya kematian ikan akibat perubahan kualitas air serta mengetahui tingkat penurunan daya dukung lingkungan waduk terutama sekitar Keramba Jaring Apung
4. Perbaikan teknologi budidaya ikan.
Dengan penggunaan pakan rumah lingkungan akan dapat mengurangi dampak negatif budidaya ikan di Keramba Jaring Apung.