Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
MENGELOLA ORGANISASI ALA DOMPET DHUAFA
15 Juni 2017 21:29 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Rahman Abbas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam mengembangkan organisasi tidak cukup dengan Blue Print (Cetak Biru) namun juga dibutuhkan juga Way Print (Buku Putih) dimana blue print berisikan beberapa point yaitu Target, ekspansi, cabang dan SDM. Dengan melihat beberapa poin ini maka bisa dilihat peran dan tujuan buku biru yaitu sebagai pedoman organisasi, perubahan dan posisi lembaga. Sedang buku putih memiliki tujuan dan peran sebagai perawat lembaga. Secara sederhana dikatakan bahwa Blue Print berbicara tentang membuat miskin atau kaya sementara Way Print berbicara tentang membuat bahagia atau susah.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya cetak biru maka lembaga lebih terpadu arah langkahnya dan cetak putih digunakan membangun kelembagaan yang menghidupkan corporate culture. Sedang isi dari corporate culture adalah nilai nilai, saling merawat itulah timbal balik yang sempurna yang disebut corporate way atau institution way.
Dompet Dhuafa sebagai lembaga nirlaba dengan memahami konsep nir, nilai nilai moral telah bersemayam dengan baik. Dengan menghidup hidupkan sikap tanpa pamrih, ini merawat dan memperkuat nilai moral yang sudah ada. Cara ini mengikis sifat egois yang cenderung serakah atau tamak. Itulah persoalah yang paling sulit dihadapi manusia.
Dengan posisi Dompet Dhuafa sebagai lembaga masyarakat maka DD disebut juga sebagai lembaga milik masyarakat. Maka didalam pengelolaan lembaganya memiliki aturan atau rukun, jika Rukun Islam terdiri dari dua arus besar yaitu arus pribadi berupa syahadat dan shalat sementara dalam aspek sosial ada satu yaitu zakat. Maka Dompet Dhuafa juga memiliki hal yang sama dengan Rukun Islam yaitu arus pribadi atau rukun pribadi dan rukun masyarakat. Dari segi manfaat rukun pribadi dinikmati sendiri sementara rukun masyarakat dinikmati oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
“Erie Sudewo” merupakan seorang ideolog Dompet Dhuafa. Bapak Erie Sodewo bukan hanya sekedar executor ulung namun juga sebagai pemikir dan konseptor handal, dengan melihat beberapa hal yang ada dalam buku DD WAY ini merupakan salah satu contoh nyata dalam merawat lembaga, lebih khusus pada lembaga nirlaba. Mungkin menjadi contoh adalah organisasi organisasi sebelumnya adalah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama yang telah berganti kepemimpinan namun tetap eksis dalam melakukan perbaikan. Namun suatu yang berbeda dengan Dompet Dhuafa yang mengelola dana umat atau dana zakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam buku ini begitu banyak inspirasi yang membantu merekonstruksi nilai organisasi dan merawat semangat yang dilahirkan dari hasil refleksi perjalanan Dompet Dhuafa dalam melayani umat.
ADVERTISEMENT