Buta Mata Hati dan Nurani

Rahman Hakim
Seoranng Mahasiswa Jurnalistik yang suka menulis.
Konten dari Pengguna
11 Mei 2020 9:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahman Hakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : google
zoom-in-whitePerbesar
Foto : google
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah angan besar mencapai kesejahteran dalam kehidupan, ini adalah cita-cita dari setiap insan yang ada di bumi, sekolah tinggi, memiliki pekerjaan impian dan memiliki keluarga yang harmonis jua bahagia.
ADVERTISEMENT
Hal ini sudah menjadi cita-cita semua orang, dengan memiliki itu semua kehidupan akan berjalan lancar dan tenang karena segalanya terpenuhi, kendaraan bagus, memiliki kerabat banyak, pekerjaan mumpuni dan penghasilan yang lebih dari cukup.
Namun, semua itu tidak bisa dirasakan oleh semua orang, dengan artian bahwa masih banyak orang di luar sana yang terlunta-lunta, sebatang kara tak memiliki keluarga dan harus memikirkan apakah ia bisa makan esok hari?
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, jumlah penduduk miskin pada September 2019 sebesar 24,79 juta orang, bagaimana nasib mereka ini yang masih di bawah rata-rata kesejahteraanya.
Lulus pendidikan sarjana, magister bahkan doktor dari sekolah yang kita impikan merupakan sebuah cita-cita dari sebagaian orang, lalu memiliki pekerjaan dan bekerja dengan menerima upah yang layak untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Nyatanya tidak semua orang mengenyam pendidikan, dari data yang dimiliki Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), mengungkapkan bahwa tahun 2019 jumlah anak Indonesia yang tidak bersekolah mencapai 4.586.332.
Angka ini sungguh menjadi Pekerjaan Rumah (PR) untuk pemerintah dalam menanggulanginya, tatkala kita dilahirkan dari keluarga yang mampu, bisa mengenyam pendidikan formal, ikut bimbingan dan kegiatan yang memerlukan material itu sudah menjadi hal yang luar biasa.
Karena pada dasarnya masih banyak orang yang kurang beruntung, dilahirkan dari keluarga miskin, tidak memiliki orang tua lengkap bahkan ada yang mengalami kecacatan sehingga terganggunya kegiatan dalam segala aspek kehidupanya.
Sebagaian dari mereka ada yang iri melihat kebahaian orang lain yang tidak dimiliki oleh dirinya sendiri, mereka harus bertahan hidup demi menyambung kehidupannya, ada yang mengamen, mengemis, mememulung bahkan ada juga yang melakukan kejahatan demi bisa makan esok hari.
ADVERTISEMENT
Ketika ini menyangkut tentang perut manusia, ini menjadi hal yang rumit, dia harus tetap makan setiap harinya, memenuhi kebutuhan keluarga, seperti membeli susu, baju untuk anak, dan keperluan pokok lainnya.
Karena ketika menyangkut masalah perut manusia semua orang bisa melakukan apa saja, bahkan bisa mengambil hak orang lain demi terpenuhinya kebutuhan mereka, sehingga mereka menutup akal dan pikiran demi bisa memberi makan anak dan istri.
Kejadian ini sungguh sudah banyak terjadi di bumi Indonesia tercinta, masyarakat kecil harus lebih diperhatikan, masih banyak yang mengalami kekurangan makanan dan susah untuk bertahan hidup.
Marilah kita semua untuk bisa membuka mata dan hati kita semua untuk bisa memikirkan sekitar kita yang lebih membutuhkan uluran tangan kita, sedikit bantuan kita untuk mereka sudah menjadi kebahagian mereka.
ADVERTISEMENT
Mungkin mereka berharap lebih kapada kita semua yang memiliki kondisi ekonomi yang baik, peran kita sebagai warga negara dalam membantu bagi sasama manusia, indah rasanya bagi jika berbagi dengan sesama.
Memang bukanlah hal besar, namun dengan cara ini kita bisa meringakan mereka dan membantu mereka dalam menyambung kehidupan mereka. Dunia ini sungguh fana, memiliki jabatan dan kekayaan adalah hal yang sementara, perbuatan baik akan selalu tercatat dan menjadi amal bagi.
Janganlah surgra duniawi menutupi hati nurani kita, menjadi orang baik bukan soal kesucian kita, kebaikan akan terus bersmbung kepada yang lain, tak melihat kaya dan miskin orang itu, jangan biarkan kita menjadi buta hati, mata dan tuli, tak melihat dan tak mendengarkan bahwa mereka sedang membutuhkan kita. (Rahman Hakim/PNJ)
ADVERTISEMENT