Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ismet Raja Tengah Malam : Membawa Isu Lingkungan Lewat Tour Suara dari Sumatera
2 Oktober 2024 13:58 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Rahmat Iskandar Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah euforia hari terakhir Pestapora 2024 di kawasan Jakarta Pusat yang penuh dengan animo dan sesak oleh para pendengarnya, kita menepi sejenak ke Jakarta Selatan atau lebih tepatnya di Kampung Gallery yang ada di sisi timur Stasiun Kebayoran untuk menyimak sebuah Gigs yang merefleksikan tentang keresahan-keresahan dari Belantara Sumatera lewat tournya Ismet Raja Tengah Malam yang bertajuk “Suara dari Sumatera”.
ADVERTISEMENT
Tour yang dimulai dari pertengahan bulan September ini menyinggahi Kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya serta Jakarta, diharapkan agar pesannya bisa menjangkau lebih banyak audiens dan bisa menyadarkan banyak pihak tentang isu sosial dan lingkungan, mengingat isu-isu besar yang ada di Sumatera ini jarang sekali muncul menjadi sorotan publik secara nasional ditambah lagi belum tertangani dengan baik.
Lewat irama serta lirik-liriknya yang lugas dan menggebrak, sang Troubadour asal Sarolangun ini membuat kita sadar bahwa Konservasi Hutan Lindung, Pencemaran Sungai, Perampasan Lahan hingga Isu-isu sosial di tengah keserakahan-keserakahan manusia dan sikap abai pemerintah inilah yang perlahan-lahan membuat ekosistem alam semakin hancur.
Lagu-lagunya seperti Peradaban Manusia Tidak Beradab, Suku Anak Dalam hingga Pojok Sudut Kota merupakan bentuk respon terhadap kondisi kota dan desa saat ini, sebut saja penambangan Emas ilegal, Ekploitasi tambang Batubara, hingga Eksvansi Kelapa Sawit yang akhirnya membabat habis hutan-hutan Sumatera. Dampak yang paling nyata dirasakan ialah soal Kabut Asap akibat dari pembakaran hutan untuk pembukaan lahan dan Ismet menyenandungkan perlawanannya terhadap hal tersebut lewat lagu Selamatkan Hutan Rimba.
ADVERTISEMENT
Meskipun namanya belum sebesar musisi-musisi nasional yang juga lantang dalam meyuarakan aspirasi seperti Iksan Skuter, Sisir Tanah, Fajar Merah ataupun Iwan Fals tapi kalau soal nyali dan keberaniannya dalam menyuarakan hak-hak, saya rasa sama besarnya. Bahkan di tengah pertunjukkannya kali ini, lewat puisi yang berjudul “Suara dari Sumatera” dan dibacakan oleh seorang penyair lokal bernama Ari terdapat pesan menampar, ini bisa kita lihat dari penggalan bait puisinya yang berbunyi :
“Hembusan angin membawa kisah dari puncak Bukit Barisan hingga pesisir
Hutan yang hijau rumah bagi satwa kini terancam ditebang tanpa rasa
Kawasan yang subur, tanah yang kaya dari sawit hingga tambang, semua berpesta !”
Yap, sebuah pesan yang sangat tajam bahkan menampilkan sebuah ironi pada penggalan “Hutan yang hijau rumah bagi satwa, kini terancam ditebang tanpa rasa”, cukup merinding ketika mendengarkannya dibaca secara langsung apalagi kalau mengingat dampak kedepannya akan dirasakan oleh anak-cucu kita nantinya.
ADVERTISEMENT
Ambil contoh saja soal Konflik Agraria yang juga terjadi di Sumatera tepatnya di Pulau Rempang, Kepulauan Riau dimana para warganya diusir demi kelancaran Proyek Strategis Nasional bernama Rempang Eco City, sebuah proyek yang melibatkan PT MEG Group Artha Graha milik Tommy Winata, serta investor dari Singapura dan Malaysia. Dari sini pun kita tahu pula bahwa ini menunjukan adanya kesenjangan kuasa atas tanah di negara ini. Oleh karena itulah, rasanya menyuarakan pesan-pesan melalui kesenian utamanya musik bisa menjadi opsi yang pas dalam menyuarakan keresahan dan Ismet Raja Tengah Malam ada di situ.
Tak hanya Ismet saja yang menyuarakan keresahannya, beberapa musisi muda pun turut ambil bagian dalam meramaikan panggung tournya di Jakarta, sebut saja Almamosca yakni pelaku seni rap perempuan yang bergerak melalui lirik-lirik sosial dan politiknya di skena hip hop Indonesia, lalu ada Maghribi dan Ojosh yang kesemuanya turut memanaskan gelanggang pertunjukkan lewat lirik-lirik perlawanan.
ADVERTISEMENT
Semoga sukses untuk Tour “Suara dari Sumatera” serta semakin banyak mata yang melihat dan ikut menyuarakan soal isu-isu sumbang dari belantara tanah emas Swarnadwipa, dan pesan-pesan yang ingin disampaikan inipun bisa menempel di kepala masing-masing orang yang menyaksikannya di tengah hiruk pikuk belantara Kota Jakarta.