Konten dari Pengguna

Membudayakan Literasi Pada Anak Usia Dini di Era Digital

rahmat ramdhani
Mahasiswa STAI Al-Hamidiyah Jakarta
21 Mei 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rahmat ramdhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelompok 2 PKM-KKN STAI Al-Hamidiyah Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok 2 PKM-KKN STAI Al-Hamidiyah Jakarta
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi menimbulkan fenomena baru di masyarakat yakni dengan beralihnya aktifitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata beralih ke dunia maya. Sampai saat ini teknologi digital terus merangsek kehidupan keluarga tanpa terbendung. Baik orang tua maupun anak-anak menjadi pengguna media digital dalam berbagai bentuk seperti komputer, smartphone, internet, dan lain-lain. Penggunaan media digital di rumah ternyata tidak selalu meningkatkan kualitas kehidupan berkeluarga. Tidak jarang anggota keluarga justru terpisahkan karena lebih tertarik untuk menghabiskan waktu dengan perangkat digital mereka daripada berinteraksi secara langsung. Dan pada tingkat yang lebih jauh anak-anak bisa mengalami masalah kecanduan gadget. Maka dari itu orang tua perlu mengembangkan cara baru mendidik anak di era digital saat ini.
ADVERTISEMENT
Di era yang semakin canggih dengan kemampuan teknologi saat ini, selain menimbulkan masalah kecanduan gadget ada permasalahan lain yang harus menjadi perhatian bersama yaitu rendahnya minat literasi pada anak usia dini. Literasi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak-anak sejak dini, yaitu anak yang memiliki rentang usia 0-6 tahun. Usia ini memiliki ciri khas dalam perubahan tingkah laku. Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang biasa disebut dengan masa golden age.
Seorang ahli mengatakan bahwa kemampuan literasi dapat diperkenalkan atau diajarkan kepada anak usia dini sejak anak masih bayi. Stimulasi perkembangan literasi pada anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Bayi (Infants)
ADVERTISEMENT
Sejak bayi idealnya anak distimulasi atau diperkenalkan berbagai aktifitas yang membuat kemampuan literasinya berkembang. Pengenalan literasi bisa dilakukan pada saat anak berbaring, tengkurap atau duduk. Bahkan di atas tempat tidur anak perlu disediakan buku-buku berwarna (full colour) atau orang tua membacakan buku cerita. Pengenalan literasi pada periode ini hanya sebatas memperkenalkan saja bukan memaksa anak untuk menghafal.
2. Toddlers (usia 2-3 tahun)
Pada dasarnya toddlers sangat menggemari buku. Jika stimulasi pada masa ini berhasil, anak-anak akan mempunyai kecenderungan untuk menyukai buku. Umumnya pada masa ini anak-anak mulai membaca dan gemar memberikan nama pada objek-objek yang ada di dalam buku tersebut. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kosakata atau tanda yang dikenali, anak dapat dikenalkan untuk membaca tetapi bukan untuk menghafal. Pembacaan buku secara nyaring dan dengan intonasi yang tepat merupakan langkah yang paling srategis menstimulasi pendengaran anak.
ADVERTISEMENT
3. Usia 3-6 tahun
Pada masa ini kesenangan anak terhadap buku cerita mulai meningkat tajam. Anak menyukai buku-buku cerita yang masih banyak ilustrasi gambar-gambar dan warna-warna cerah. Pada hakikatnya periode literasi anak dimulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Dengan demikian pemberian literasi yang paling baik bagi anak pada tahap ini adalah membacakan ulang cerita tersebut walaupun tidak selengkap cerita aslinya.
Pada penerapannya, budaya literasi pada anak usia dini memiliki hambatan-hambatan yakni: a). Kebiasaan literasi di lingkungan keluarga belum menjadi prioritas utama. Terkadang kegiatan membaca dimulai dengan paksaan hanya sekedar pemenuhan kewajiban semata bukan sebagai sarana hiburan yang menyenangkan dari setiap individu; b). Kurangnya buku bacaan atau sumber bacaan yang tersedia; c). Lingkungan yang kurang mendukung terhadap pembiasaan membaca; d). Literasi merupakan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi dan tidak bisa dilakukan dengan kegiatan lain dalam waktu yang bersamaan karena akan berpengaruh pada tingkat pemahaman pembaca. Lantas apa yang harus dilakukan untuk menumbuhkan budaya literasi pada anak usia dini? Berikut ini pembahasannya.
ADVERTISEMENT
1. Peran “Pojok Baca”
Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut bangunan sebagai tempat membaca. Salah satu pojok baca yang dapat dikunjungi adalah pojok baca posyandu Wijaya Kusuma dan Mawar yang berada di Jl. H. Kimah RT.03/01 kelurahan Rangkapan Jaya Baru kecamatan Pancoran Mas kota Depok Jawa Barat. Pojok Baca adalah upaya membangun dan menumbuhkan budaya literasi khususnya pada anak usia dini. Berbagai macam buku disedia sesuai dengan kategorinya mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa
Pojok Baca Posyandu Wijaya Kusuma dan Posyandu Mawar
Pojok baca ini disambut baik oleh ketua RW.01, ketua RT.03, dan ketua posyandu Wijaya Kusuma serta ketua posyandu Mawar. Mereka berharap dengan adanya pojok baca di lingkungan RW.01 dapat menjadi penyemangat anak-anak untuk belajar sehingga akan mengurangi kebiasaan anak-anak bermain game online.
Kegiatan Literasi di Pojok Baca Posyandu Wijaya Kusuma dan Posyandu Mawar
Kesimpulannya, budaya literasi pada anak usia dini di era digital menawarkan peluang dan tantangan yang unik. Penting untuk memahami dampaknya secara holistik dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa anak-anak dapat memanfaatkan teknologi dengan bijaksana sambil tetap mengembangkan keterampilan literasi yang penting.
ADVERTISEMENT
Rahmat Ramdhani, mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Al-Hamidiyah Jakarta