Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pilpres Usai, Fadli Zon Tetap Jadi Pencaci Jokowi
29 Juni 2019 14:37 WIB
Tulisan dari Rahmat Sahid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hiruk pikuk dan panasnya tensi politik terkait Pipres 2019 sudah usai. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan demikian sekaligus menguatkan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang telah menetapkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin sebagai pemenang dengan selisih perolehan suara lebih dari 16 juta.
ADVERTISEMENT
Dengan berakhirnya babak final pasca dibacakan putusan MK tanggal 27 Juni lalu, sikap legawa pun sudah ditunjukkan oleh mereka yang dalam kompetisi kemarin berada di barisan Koalisi Adil dan Makmur.
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, dalam konferensi pers dengan tegas menyatakan bahwa, "Koalisi yang mengusung pasangan presiden dan calon presiden di dalam pemilu presiden ini 17 April lalu tugas Koalisi Adil dan Makmur dianggap selesai. Oleh karena itu sejak hari ini beliau menyampaikan terima kasih, dan Koalisi Adil dan Makmur selesai," kata Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, saat jumpa pers di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Jumat (28/6).
Memang sudah seharusnya demikian dalam berdemokrasi. Ada yang kalah, ada yang menang. Dan untuk kedewasaan politik, yang menang tak perlu jumawa, yang kalah harus lapang dada.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam setiap era atau dalam setiap zaman, atau dalam setiap gelaran kompetis sebagai bagian dari proses demokrasi, selalu saja ada sosok yang kalau dalam film atau sinetron berperan antagonis.
Ia seolah tidak mau melihat suatu nilai kebenaran, pun juga tak mau menerapkan etika bagaimana berperilaku dan berucap yang menunjukkan bahwa ia punya kewarasan umumnya manusia. Hanya bedanya, kalau dalam sinetron atau film sosok antagonis itu hanyalah peran, kalau dalam politik sosok itu memang nyata.
Salah satu yang paling nyata adalah Fadli Zon, Wakil Ketua DPR yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. Dalam laku politiknya selama ini, hampir susah melihat sikap politiknya yang tidak nyinyir terhadap pemerintahan Presiden Jokowi, dan terhadap pribadi atau kepemimpinan Jokowi. Fadli seolah menjadi orang yang paling pintar dalam mencari diksi untuk melecehkan dan mencaci Jokowi, dan di sisi lain ia menjadi seolah orang paling bodoh dalam hal melihat kebaikan serta prestasi kepemimpinan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Tak percaya? Bisa dilihat dari sekian banyak puisi yang ia ciptakan, tidak sedikit yang dialamatkan untuk mencaci Jokowi. Demikian pula dari ribuan kicauannya di akun Twitter, pasti akan ditemukan ratusan narasi yang menunjukkan bahwa ia memang seorang pencaci Jokowi. Mencari narasi yang positif dan objektif dari Fadli tentang kinerja dan sosok Jokowi itu bagaikan mencari jarum yang jatuh ditumpukan jerami. Wajar, karena memang ia adalah pemaki dan pencaci Jokowi.
Bukankah apa yang disampaikan Fadli selama ini adalah kritik yang memang harus dilakukan oleh dirinya selaku wakil rakyat dan merepresentasikan politik oposisi?
Sangat sederhana untuk bisa membedakan antara kritik dan caci-maki. Contohnya adalah diksi yang sangat jelas tendensi meremehkan dan melecehkan Jokowi. Beberapa diksi yang dialamatkan untuk melecehkan Jokowi diantaranya Pemimpin planga plongo; dan ra iso opo-opo (tidak bisa apa-apa).
ADVERTISEMENT
Kini, di saat banyak politisi menunjukkan sikap kenegarawanannya dengan narasi yang semangatnya menyatukan, Fadli yang memang selama ini cenderung menjadi pencaci Jokowi justru masih menggunakan diksi yang semangatnya melecehkan. Di satu sisi, ia memang mengakui pasangan Jokowi-KH Ma’ruf sebagai pemenang dan memuji sikap Prabowo yang ia sebut sebagai sosok negarawan. Namun, ia tetap menyampaikan pesan sarkastik yang melecehkan Presiden Jokowi, dengan menyebutnya sebagai pemimpin ' salesman, amatiran, atau politikus yang sering bicara ngawur.
Sampai kapan, Fadli Zon akan seperti itu? Mungkin sampai ia tak lagi punya posisi dan otoritas untuk mengatasnamakan apa yang keluar dari mulutnya menyuarakan suara rakyat.