Konten dari Pengguna

Der Panzer yang Keblinger di Hadapan The Three Lions

Rahmat Tri Prawira Agara
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
30 Juni 2021 15:16 WIB
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmat Tri Prawira Agara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Pertandingan lanjutan pada babak knockout Euro 2020 pada Selasa (29/6) kemarin malam, menghadirkan partai big match yang mempertemukan dua negara favorit, Inggris dan Jerman. Laga ini merupakan laga ulangan dari perempat final piala dunia pada tahun 2010. Pada saat itu, Inggris dipermalukan tim Der Panzer dengan skor 4-1, dengan gol Frank Lampard yang dianulir menjadi salah satu insiden yang menjadi momen yang paling diingat oleh para fans karena menyebabkan tersingkirnya Inggris di Piala Dunia pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
Bila melihat dari riwayat pertandingan antara kedua negara, Inggris belum pernah sekalipun menang dari Jerman ketika bermain di Wembley. Maka dari itu, cukup beralasan di awal, banyak yang lebih menjagokan Jerman untuk melaju ke babak selanjutnya daripada Inggris.
Secara strategi, kedua tim sebenarnya memiliki pola permainan yang hampir mirip. Baik Inggris dan Jerman sama-sama menggunakan formasi 3-4-3 serta membangun serangan dari sisi sayap. Bedanya, Inggris menggunakan pendekatan yang lebih direct dengan banyak menggunakan bola panjang, sedangkan Jerman lebih menggunakan pendekatan bola-bola pendek dengan Possesion game untuk membongkar pertahanan lawan.
Pada pertandingan kemarin, ada dua perubahan utama yang dilakukan oleh pelatih kedua tim dengan mengganti satu pemain dari Starting line-up masing-masing tim. Dari sisi Jerman, Joachim Loew menurunkan pemain yang sama di laga melawan Hungaria sebelumnya di fase grup. Neuer di posisi penjaga gawang. Rudiger-Hummels-Ginter sebagai trio bek. Kimmich-Kroos-Goretzka-Gosens di posisi tengah. Bedanya, jika di posisi pemain depan biasanya diisi oleh trisula Gnabry-Muller-Havertz, Loew mengganti Gnabry dengan Timo Werner. Pergantian ini sepertinya dimaksudkan Loew untuk memberikan kecepatan dan flexibilitas pada lini depan Jerman agar dapat lebih efektif dalam melakukan counter attack.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Inggris juga melakukan perubahan dengan mengganti Jack Grealish dan memasukkan pemain Atletico Madrid, Kieran Trippier, di posisi bek sayap kanan. Tujuannya, agar Inggris dapat memiliki kedalaman di sisi sayap untuk meredam serangan-serangan sisi sayap dari Jerman. Disamping itu, Gareth Southgate juga sedikit menggeser posisi Bukayo Saka menjadi lebih menyerang di posisi sayap kiri dengan instruksi agar Saka lebih bermain lebih ke dalam untuk berfungsi sebagai penghubung antara lini tengah dan lini depan inggris.
Pada babak pertama kedua tim bermain dengan sangat hati-hati. Jerman yang biasanya banyak memegang bola, kali ini memilih untuk lebih bermain bertahan dengan garis pertahanan rendah untuk memancing pemain inggris keluar menyerang dan sesekali mengincar serangan balik melalui kombinasi kecepatan dan one-two pass dari orang pemain Chelsea, Kai Havertz dan Timo Werner. Strategi Jerman ini beberapa kali hampir berhasil, salah satunya dengan peluang satu lawan satu yang didapat oleh Werner pada pertengahan babak pertama. Untungnya, Jordan Pickford, berhasil mengamankan gawang Inggris dari sepakan mendatar yang dilepaskan Werner.
ADVERTISEMENT
Inggris pun sebenarnya bukan tanpa peluang. Dengan lebih banyak memegang bola, berkali-kali tim The Three Lions menggempur pertahanan Jerman dengan mencoba melakukan penetrasi dari sisi sayap. Sayangnya, rapatnya pertahanan Jerman membuat Saka maupun Sterling kesulitan dalam melakukan kreasi serangan di sisi sayap. Dan membuat Inggris mencoba untuk melakukan alternatif serangan melalui tendangan-tendangan jarak jauh, seperti yang dilakukan oleh Sterling pada awal pertandingan. Secara keseluruhan, babak pertama berjalan dalam tempo yang lambat dengan posisi permainan kedua tim yang relatif berimbang.
Di babak kedua, pertandingan menjadi lebih menarik. Jerman lebih banyak mengambil inisiatif permainan dengan melakukan permainan sirkulasi bola-bola pendek di area sayap. Menghadapi hal ini, Inggris justru menjadi berbalik untuk bermain lebih bertahan dengan menumpuk permain di sepertiga akhir lapangan, dengan hanya meninggalkan Kane dan Sterling di depan untuk mengincar serangan balik.
ADVERTISEMENT
Titik balik pertandingan terjadi ketika kedua tim melakukan pergantian pemain. Saka digantikan oleh Jack Grealish, untuk memberikan kreativitas di lini tengah inggris. Dan Loew mengganti Werner dengan Gnabry agar serangan Jerman menjadi lebih mengalir di area tengah.
Agresivitas Jerman dalam menyerang pun semakin terlihat ketika mereka mulai menerapkan taktik high pressing dengan menekan pemain inggris hingga area tengah lapangan. Perubahan pola permainan ini juga memungkinkan Toni Kross menjadi lebih leluasa dalam mengalirkan bola ke daerah saya kanan maupun kiri, dimana Joshua Kimmich dan Robin Gosens sebagai wing back didorong untuk ke depan, berfungsi sebagai pemain yang bermain melebar untuk membuka ruang.
Namun, agresivitas serangan Jerman ini rupanya juga menjadi salah satu kelemahan yang dimanfaatkan timnas Inggris. Dengan naiknya kedua wing back, ini menyebabkan kosongnya area pertahanan di sisi samping timnas Jerman. Celah ini kemudian berhasil dimanfaatkan Inggris dengan skema counter attack dengan melakukan serangan di kosongnya sisi sayap kanan timnas Jerman, yang terlambat untuk di cover oleh Kimmich. Pola serangan ini kemudian membuahkan dua gol inggris yang masing-masing dicetak oleh Sterling dan Kane.
ADVERTISEMENT
Meskipun Jerman kemudian merespon dengan memasukkan pemain dengan karakter lebih menyerang seperti Leroy Sane dan Jamal Musiala di menit-menit akhir pertandingan, rapatnya pertahanan Inggris yang sampai saat ini belum kebobolan satu pun gol, membuat serangan Jerman kandas.
Rapatnya lini pertahanan serta efektifitas serangan balik timnas Inggris, bila dipertahankan secara konsisten, tentu tidak menutup kemungkinan jika Inggris dapat menjadi salah satu kandidat alternatif untuk menjuarai Euro tahun ini. Jerman sudah membuktikan keganasan timnas Inggris.
Apakah edisi Euro 2020 kali ini akan menjadi piala pertama yang diraih Inggris sejak piala dunia 1966 silam?
Is football will going home this year?
ADVERTISEMENT