Konten dari Pengguna

Perpisahan Sahabat

Rahmawati
Mahasiswa Universitas Pamulang S1 Sastra Indonesia
19 Desember 2021 7:21 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto by pixabay
zoom-in-whitePerbesar
foto by pixabay
ADVERTISEMENT
Tak kenal maka tak sayang. Sama seperti sebuah persahabatan, awalnya memang saling tidak kenal tetapi seiring berjalannya waktu pasti akan saling mengenal hingga akhirnya sangat dekat. Sampai-sampai di antara salah satu sahabat itu tidak ada yang menginginkan sebuah perpisahan. Percayalah ketika kita sudah mempunyai sahabat pasti kita tidak mau lepas dari sahabat kita. Bawaannya ingin selalu sama dia terus kalau ke mana-mana, tidak ingin pisah, walaupun pisah sebentar pasti sudah rindu lagi. Dan saat berada di dekatnya, kita selalu bahagia karena banyaknya tawa yang dihadirkan.
ADVERTISEMENT
Sama seperti yang dialami oleh dua sahabat ini. Yang satu namanya Gita Amalia dan yang satu lagi namanya Maharani adelia. Awalnya mereka memang tidak kenal dan juga akrab, tetapi karena satu sekolahan terus dan sering bertemu, mereka akhirnya jadi akrab sampai akhirnya dekat. Bahkan sangat dekat. Mereka kenal sejak masuk sekolah smp. Waktu itu ceritanya sedang dibikin sebuah kelompok, Gita dan Adel satu kelompok. Pada tiap-tiap kelompok harus memperkenalkan diri terlebih dahulu di depan kelas. Dan juga harus tau tentang atau hal yang berkaitan dengan temannya di kelompok itu. Dan sejak kejadian itu mereka jadi saling kenal satu sama lain.
“Eh tadi kamu bagus banget mendeskripsikan diri aku. Bukan cuma bagus, tetapi juga jelas dan detail. Aku suka gaya kamu bercerita," ucap Gita memuji Adel, lalu duduk di sampingnya sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
“Wahh...terima kasih atas pujiannya,” Adel pun mengucapkan terima kasih kepada Gita karena sudah memberikan tanggapan yang positif kepada dirinya.
“Namaku Gita amalia, panggil aja Gita. Oh iya salam kenal ya, semoga kita bisa lebih dekat”. Gita mengulurkan tangannya.
“kalau namaku Maharani adelia. Salam kenal juga, aamiin semoga kita bisa makin dekat," Jawab Adel sambil tersenyum kepada Gita.
“Jujur, aku ingin sekali punya sahabat. Memangnya kamu mau sahabatan sama aku?" tanya Gita pada Adel dengan sedikit ragu. Wajar saja Gita ragu, karena belum tentu kalau Adel mau menjadi sahabatnya.
“aku rasa, sekarang kita jalani aja. Persahabatan itu ada karena selalu ada. Mari kita jalani ini bersama, aku senang bisa kenal kamu Git,” jelas Adel ke Gita.
ADVERTISEMENT
Jawaban Adel memang ada benarnya, tidak seharusnya Gita bertanya seperti itu. Sebuah persahabatan ada karena keduanya selalu ada. Menemani kapan pun dan di mana pun kita berada. Jadi, kata sahabat itu bukan hanya sebatas ucapan semata. Melainkan dari tindakan yang nyata.
“Iya del kamu benar. Terima kasih ya del, aku juga senang bisa kenal kamu,” senyum Gita seketika mengembang.
Sejak saat itu keduanya memulai persahabatan, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2020. Ke mana-mana mereka berdua selalu bersama. Suatu hari mereka jalan berdua, mereka pergi ke sebuah rumah pohon yang telah mereka bangun. Rumah pohon itu adalah rumah persahabatan mereka berdua. Dan di rumah pohon itu terjadilah sebuah percakapan antara Gita dan Adel.
ADVERTISEMENT
“Del, gimana kalau seandainya kita berdua tiba-tiba berpisah? Tanpa ada yang merencanakan itu semua.” Gita memulai percakapan. tetapi Adel hanya terdiam. Dia tidak menghiraukan apa yang dikatakan Gita barusan. Adel mendengarnya, hanya saja dia bingung harus menjawab apa.
“Hey, Del” Gita membangunkan lamunan Adel.
“Jujur, aku gak mau adanya perpisahan di antara kita.” Adel pun akhirnya menjawab pertanyaan Gita.
“Aku pun berharap seperti itu. Tetapi kita gak ada yang tahu del apa yang akan terjadi ke depannya,” jelas Gita ke adel.
“Ah yaudahlah Git gak usah bahas itu,” Adel mengalihkan pembicaraan karena merasa takut akan ucapan Gita.
“Pulang yuk... udah sore, aku takut dicariin sama mama dan papa,” Gita mengajak Adel untuk segera pulang.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua pulang karena matahari sudah mulai tenggelam. Percakapan itu terus menghantui pikirannya Gita. Sepertinya, Gita mempunyai firasat bahwa suatu saat nanti dia dan Adel akan berpisah. Hingga waktu terus berjalan, kini mereka berdua telah naik ke kelas 3 SMA. Yang artinya sebentar lagi keduanya akan lulus. Dan tak terasa persahabatan mereka sudah hampir 3 tahun lebih.
"Anak ibu terkena kanker otak stadium akhir," kata dokter dengan nada yang merendah.
Duaarrr!!
Bak disambar petir, penjelasan dokter itu sudah membuat Gita jatuh sejatuh-jatuhnya. Jiwanya seketika runtuh. Ternyata inilah penyebabnya setelah dirinya dirawat berhari-hari di Rumah Sakit. Namun, ada satu hal yang Gita ingat. Yaitu ucapannya dahulu yang pernah dia lontarkan kepada Adel tentang bagaimana seandainya jika mereka berdua berpisah. Dan ketakutan inilah yang ditakuti oleh Gita, ternyata firasatnya selama ini benar. Bahwa dia dan Adel nanti akan berpisah.
ADVERTISEMENT
"Gita kita harus ke London pindah. Sekalian mengurus pengobatan kamu." Perintah mamah ke Gita.
Tidak ada yang bisa Gita lakukan saat ini, selain menurut yang mamanya katakan dan berdoa. Gita sadar, kesembuhannya sekarang lebih penting. Dan pergi ke London adalah jalan satu-satunya karena mempunyai penyakit kanker otak yang sudah sangat parah. Bukan hanya berobat, tetapi Gita juga akan pindah bersama keluarganya dan menetap di London, Inggris. Namun Gita bingung, apa yang harus dia katakan pada Adel jika dirinya dan Adel akan berpisah selamanya. Karena Gita sadar, penyakitnya ini belum tentu sembuh dan belum tentu umurnya akan panjang. Selain itu, Gita juga harus banyak kemoterapi ke sana ke mari.
Saat detik-detik menjelang banyaknya ujian sekolah, Gita masih masuk ke sekolah padahal dirinya masih dalam kondisi sakit. Biarpun sudah dilarang oleh sang mama, Gita tetap kekeh untuk masuk sekolah karena itu adalah hari terakhir dirinya sekolah di situ. Namun yang membuat pikiran Gita kacau saat ini adalah, Gita bingung harus bagaimana mengatakannya pada Adel sahabatnya itu. Adel pasti sangat sedih, Gita yakin itu.
ADVERTISEMENT
(bel istirahat berbunyi) kriiiiingggg.....kriiingggg....
“Del ke taman belakang yuk, ada yang ingin aku bicarakan,” ajak Gita.
“Mau ngomong apa si? Kok kayaknya serius banget.” Tanpa menjawab rasa pertanyaan Adel, Gita berjalan mendahului Adel dengan disusul Adel di belakangnya. Dan mereka berdua berjalan menuju taman.
“Del maafkan akuuu......” Air mata Gita sudah mengalir padahal dia belum mengatakan sepatah kata pun pada Adel. Gita merasa tidak sanggup untuk mengatakan ini semua pada Adel.
“Mengapa harus minta ma.af?” Adel pun terlihat sangat bingung dan raut wajahnya terlihat cemas yang melihat Gita menangis.
“Ma.af..aku harus pergi dan ma.af sepertinya kita akan berpisah. Entah untuk sementara atau selamanya” Gita mengatakan dengan suara yang sangat lirih.
ADVERTISEMENT
“Mengapa?” air mata Adel akhirnya berhasil lolos membasahi pipinya.
“Aku dan keluargaku akan pindah ke London, sebab...sebab...aku punya penyakit kanker otak del.. dan aku harus banyak kemoterapi. Aku harus melakukan berobat, rumah sakit di Indonesia tidak ada yang bisa menanganinya, jadi terpaksa aku dan keluargaku harus pindah ke luar negeri.. maafkan aku del.. aku tidak pernah cerita kepadamu, karena aku takut membuatmu sedih,” jelas Gita ke Adel diiringi air mata Gita yang jatuh terus membasahi seluruh wajahnya.
"Aku sayang kamu Gita, aku akan mendukung apa pun itu. Selama itu yang terbaik buat kamu. Ma.af, kalau selama ini perhatian yang aku berikan ke kamu kurang. Sampai-sampai aku sendiri tidak mengetahui penyakit yang kamu derita." Adel memeluk Gita dengan sesenggukan. Dunianya runtuh seketika saat tahu sahabatnya akan berpisah darinya.
ADVERTISEMENT
"Aku besok berangkat jam 8 pagi, mari ikut antar aku. Karena itu pertemuan kita yang terakhir." Gita melepaskan pelukannya dan menyeka air mata yang membasahi wajah Adel, sahabatnya.
"Tanpa kamu minta, aku sudah pasti ikut," jawab Adel kepada Gita.
"Jangan nangis lagi dong, cengeng ih," ledek Gita dan dibalas dengan senyuman Adel.
Keesokan harinya tepat jam 5 pagi Gita dan keluarganya berangkat ke Bandara. Tidak lupa, Gita menelepon Adel karena takut sahabatnya kesiangan. Bukan kesiangan, lebih tepatnya takut Adel tidak ikut mengantarnya ke Bandara. Dan ternyata Adel ada di belakang taksi yang Gita naiki bersama mama dan papanya. Bukan hanya itu saja, Gita juga sudah menyiapkan sebuah kotak yang berisi foto-fotonya dan Adel. Selain foto, ada juga sebuah boneka yang nantinya akan di kasih ke adel sebagai kenang-kenangan.
ADVERTISEMENT
2 jam berlalu, setelah ditunggu-tunggu akhirnya Gita bersama orang tuanya dan juga Adel sampai di bandara. Sampainya di dalam bandara, dia meminta izin sama mama dan papanya untuk mengobrol sebentar dengan Adel. Dan dia hanya diberi waktu 10 menit.
“Git, semangat yaaa.. apa pun yang terjadi di antara kita, jangan terlalu dibawa sedih, kan kita masih bisa bersabar lewat gmail, lewat sosial media” Adel berkata sambil tersenyum. Gita tahu, senyumannya itu bukan senyuman bahagia. Melainkan senyuman kekecewaan. Kecewa karena Adel akan berpisah dengan dirinya.
“Ma.af ya gara-gara aku, kita jadi berpisah. Dan aku masih gak percaya kalau kita akan berpisah. Oh iya, aku punya kenang-kenangan buat kamu nih. Tolong dijaga baik-baik yaaa.” Gita memberikan kotak yang sudah disiapkannya untuk Adel.
ADVERTISEMENT
“Aku juga ada sesuatu buat kamu. Nanti dibaca ya kalau sudah naik pesawat.” Tanpa Gita sangka, ternyata Adel juga memberikan sebuah kotak yang sama. Meskipun tidak terlalu besar.
“Adel, ingat ya. Hidup kamu tidak hanya selalu tentang aku. Kamu boleh menemukan sahabat barumu nanti. Dan ajaklah ke rumah pohon kita. Aku mau, rumah pohon itu tetap terawat meskipun kita berpisah.”
“Biarlah itu menjadi urusanku. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhan dan kesehatanmu Gita. Pergilah, ini sudah 10 menit. Aku tidak mau kalau kamu telat landing.” Nasehat Adel untuk Gita sambil bersedih.
“Aku akan selalu rindu kamu del....” air mata Gita seketika mengalir lagi dan dia langsung memeluk Adel dengan sangat erat.
ADVERTISEMENT
“i love you Git..”
“Udah ya aku pergi... bye Adel..” pamit Gita ke Adel sambil melambaikan tangannya.
Perlahan Gita dan kedua orang tuanya pergi meninggalkan Adel yang masih berdiri. Kini, Gita sudah pergi meninggalkan Adel. Di dalam pesawat, Gita terus memikirkan Adel. Dia merasa kasihan dengan Adel, karena harus pisah dengan dirinya. Saat di dalam pesawat, Gita membuka kotak pemberian Adel dan membaca surat yang ada di dalamnya. Yang isinya
Hei Gita..pasti kamu udah naik pesawat dan sekarang kamu pasti lagi baca surat dari aku. Di dalam surat ini aku cuma ingin bilang ke kamu. Aku senang dan bahagia sekali... bisa bertemu kamu, bisa kenal kamu, dan bisa sahabatan dengan kamu. Aku bangga kita mempunyai rumah pohon sebagai rumah persahabatan kita, punya baju kembar, suka jalan bersama, ke mana-mana bersama. Jika kita sekarang harus berpisah, ya tidak masalah kan? Aku sedih? Ya sudah pasti sedih. Dan aku akan selalu rindu kamu nantinya ...
ADVERTISEMENT
Baik-baik ya di sana.... sering-sering kabari aku. Jangan lupa simpan dan jaga pemberian aku untukmu. Aku akan merasa kesepian di sekolah tanpa hadirnya kamu. Aku tidak bisa membayangkan kalau kita akan berpisah. tetapi tidak masalah, aku harus semangat walaupun kita berbeda jarak. Selamat tinggal sahabatku.. semoga kita bertemu lagi nanti
~adelia putri~
"Aku benci Del, mengapa sih kita harus berpisah? Padahal aku udah nyaman berada di dekat kamu. Aku sangat bahagia kalau bersama kamu. Melakukan semuanya bersama-sama. Canda dan tawamu akan selalu kuingat, Del. Ini adalah sebuah perpisahan yang tidak direncanakan. I Love You My best friend," ucap Gita setelah mengakhiri bacaan surat dari Adel.