Konten dari Pengguna

Membacakan Nyaring untuk Membangun Budaya Literasi yang Berkelanjutan

Rahmi Munfangati
Dosen PBI UAD, peneliti sastra anak, sekaligus pegiat literasi anak.
5 Februari 2025 17:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmi Munfangati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia merayakan Hari Membacakan Nyaring pada hari Rabu pertama di bulan Februari. Sebuah hari yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca, terutama melalui kegiatan membacakan nyaring, yang diharapkan dapat mengembalikan budaya membaca dan membacakan serta membantu memperbaiki tingkat literasi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data tahun 2024 yang dirilis oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), ada peningkatan pada Tingkat Gemar Membaca (TGM) masyarakat Indonesia, yakni dari 66,70 menjadi 72,44. Skor ini menandakan bahwa TGM Indonesia berada pada kategori sedang, setara dengan tahun sebelumnya. Seiring dengan kenaikan skor TGM, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) juga menunjukkan perkembangan yang positif. IPLM nasional tahun 2024 mencatat pencapaian luar biasa dengan skor 73,52, melampaui target 71,4 dan hasil tahun lalu yang berada di angka 69,42. Namun, meski ada pencapaian patut diapresiasi, faktanya tingkat literasi di Indonesia masih menjadi masalah memerlukan perhatian lebih.
Salah satu buktinya adalah hasil studi Program for International Student Assessment (PISA) 2022. Meskipun peringkat literasi Indonesia naik 5 posisi jika dibandingkan dengan PISA 2018, skor rata-rata mengalami penurunan dan berada di bawah rata-rata internasional. Indonesia memperoleh skor rata-rata 359 (turun 12 poin dari PISA sebelumnya) pada kemampuan literasi. Skor ini di bawah batas rata-rata internasional, yakni 476. Penurunan skor pada literasi ini merupakan penurunan paling signifikan dalam 5 PISA edisi terakhir. Ini mengindikasikan bahwa banyak pelajar Indonesia yang belum mampu memahami bacaan dengan baik dan secara mendalam. Meskipun sejak 2016 telah ada upaya peningkatan literasi di Indonesia, seperti Gerakan Literasi Nasional (GLN), masih ada gap besar dalam kemampuan pelajar Indonesia untuk memahami bacaan secara mendalam.
ADVERTISEMENT

Membacakan Nyaring sebagai Metode Efektif untuk Meningkatkan Literasi Anak

Dalam kebijakan yang digulirkan melalui program Merdeka Belajar episode ke-23, Kemendikbudristek mendorong pemanfaatan buku bacaan bermutu dalam kegiatan belajar mengajar, dan Read Aloud (membacakan nyaring) menjadi salah satu metode yang diangkat.
Membacakan nyaring dapat menjadi salah satu metode yang efektif dalam membantu meningkatkan literasi. Membacakan nyaring bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Membacakan nyaring melibatkan mendengarkan, membaca, dan memahami teks yang dapat meningkatkan konsentrasi, mengembangkan keterampilan bahasa, memperkaya imajinasi, serta mempererat hubungan antara anak dan orangtua. Dengan rutinitas yang konsisten, membacakan nyaring dapat menjadi cara efektif untuk memperbaiki kemampuan literasi anak. Membacakan nyaring ini dapat diintegrasikan dengan Gerakan Literasi Sekolah, sehingga tidak hanya anak-anak di rumah yang mendapatkan manfaatnya, tetapi juga para pelajar di sekolah.
Ilustrasi membacakan nyaring. Sumber: dokumen pribadi
Namun, tantangan terbesar masih ada pada minimnya peran orangtua dalam mendukung literasi anak sejak dini, seperti yang ditunjukkan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024. Data BPS mengungkapkan bahwa peran orangtua dalam meningkatkan literasi anak dari usia dini masih minim. Publikasi Profil Anak Usia Dini BPS 2024 menunjukkan hanya sekitar 17,21% anak yang dibacakan buku cerita/dongeng oleh orangtua/wali, dan 11,12% yang melakukan belajar/membaca buku bersama orang tua/wali. Padahal, kedua aktivitas ini sangat efektif untuk mendukung perkembangan literasi anak sejak usia dini.
ADVERTISEMENT
Sejak 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) juga telah melaksanakan Gerakan Nasional Orangtua Membacakan Buku (Gernas Baku) untuk menumbuhkan minat baca anak usia dini dan mendukung pengembangan kemampuan literasi anak melalui peran orangtua. Meskipun telah ada upaya ini, kenyataannya kegiatan literasi yang digalakkan masih belum mampu membentuk budaya literasi yang kuat di masyarakat.

Membangun Budaya Literasi Melalui Kolaborasi dan Membacakan Nyaring

Kolaborasi antara sekolah, orangtua, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan budaya literasi yang lebih kuat dan berkelanjutan. Pentingnya kolaborasi ini juga harus diimbangi dengan kesadaran yang lebih besar akan pentingnya literasi di kalangan orangtua dan masyarakat. Orangtua memiliki peran yang sangat strategis dalam mengembangkan kecintaan terhadap membaca pada anak-anak sejak dini. Rutinitas membacakan nyaring di rumah, misalnya, bisa menjadi langkah awal yang efektif untuk menumbuhkan kebiasaan literasi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, sekolah juga memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa program literasi yang dijalankan tidak hanya sekadar formalitas, tetapi benar-benar dapat melibatkan pelajar dalam kegiatan membaca yang lebih menyeluruh, termasuk diskusi dan refleksi terhadap bacaan yang telah dipelajari. Implementasi program seperti GLN perlu didorong untuk melibatkan elemen-elemen yang lebih interaktif, agar para pelajar tidak hanya membaca, tetapi juga dapat mengaplikasikan hasil bacaan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Membacakan nyaring juga bisa menjadi metode yang efektif untuk diterapkan di sekolah, di mana guru dapat membacakan cerita atau teks dengan intonasi yang tepat, diikuti dengan diskusi yang mendalam. Hal ini akan memperkaya pengalaman literasi pelajar dan membantu mereka membangun pemahaman yang lebih baik terhadap teks yang mereka baca.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun memegang peran penting dalam menyediakan kebijakan dan fasilitas yang mendukung literasi. Pemerintah harus terus berupaya untuk memperbaiki distribusi buku berkualitas di berbagai daerah, termasuk daerah-daerah terpencil. Selain itu, evaluasi berkala terhadap efektivitas kebijakan literasi yang ada, seperti GLN, Gernas Baku, Sastra Masuk Kurikulum, dan program serupa, perlu dilakukan agar dapat menghasilkan rekomendasi program yang lebih tepat guna untuk meningkatkan literasi di Indonesia.
Pemerintah juga perlu mendorong lebih banyak inisiatif yang mengintegrasikan membacakan nyaring sebagai kegiatan rutin di rumah, sekolah, dan masyarakat, dengan memberikan pelatihan kepada orangtua dan guru tentang bagaimana cara efektif melibatkan anak-anak dalam aktivitas membaca yang menyenangkan dan bermakna.
Selamat Hari Membacakan Nyaring Sedunia! Ayo membacakan buku!
ADVERTISEMENT