Konten dari Pengguna

Budaya People Pleaser yang Menyulitkan Diri Sendiri

Rahmita Zahra Oktiawalia
Mahasiswi di Universitas Negeri Semarang.
25 Juni 2022 18:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahmita Zahra Oktiawalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Aduh, aku enggak enak kalau nolak ajakan dia, tetapi aku sebenarnya juga enggak nyaman kalau nerima.”
ADVERTISEMENT
Pernah berpikiran atau mengucapkan kalimat semacam itu? Kalau iya, kamu harus segera menghilangkan dan membuang jauh-jauh rasa tidak enak tersebut. Memilih untuk menjadi baik dan menolong orang lain adalah hal yang mulia, tetapi jika itu sudah sampai menyusahkan dirimu sendiri, kebiasaan tersebut haruslah dihilangkan. Istilah orang-orang yang gemar menyenangkan orang lain meskipun harus mengorbankan diri sendiri disebut people pleaser.
Ilustrasi People Pleaser (Foto: Pixabay).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi People Pleaser (Foto: Pixabay).
People pleaser ini ditandai dengan sulitnya untuk menolak atau mengatakan “tidak” pada orang lain. Mereka tetap berusaha untuk melakukan apa yang diminta oleh orang lain dengan tidak memedulikan keadaan diri sendiri. Padahal, kamu memiliki opsi untuk menolak jika memang tidak mampu ataupun tidak nyaman akan permintaan tersebut. Tidak semua masalah atau ajakan orang lain harus kamu tangani dengan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor atau penyebab orang-orang menjadi seorang people pleaser. Beberapa di antaranya adalah tidak ingin terlibat di dalam konflik dan ingin menghindari perdebatan. Mereka menyetujui permintaan seseorang karena takut akan menimbulkan rasa amarah dari orang tersebut atau jika menolak, mereka akan terserang rasa bersalah yang berkepanjangan karena takut menyakiti hati. Mereka akan terus-menerus memikirkan perasaan orang lain, hingga tidak menyadari bahwa di beberapa keadaan, perasaan diri sendiri yang seharusnya lebih penting dan diprioritaskan.
Selain itu, orang-orang yang mengalami people pleaser biasanya menginginkan agar dirinya tetap disukai oleh orang lain serta tetap merasa dirinya dianggap berguna dan sangat dibutuhkan, sehingga mereka tidak melakukan penolakan. Bahkan, terkadang mereka membutuhkan pujian dari orang lain sebagai bentuk penghargaan. Jika tidak bisa memuaskan orang lain, mereka akan merendahkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri bahwa kebiasaan “tidak enakan” ini sudah tertanam sejak kecil, bahwa mereka harus terlebih dahulu memprioritaskan orang lain. Misalnya, saat kecil kamu diperlakukan jahat oleh teman. Namun, kamu merasa bingung harus melakukan apa karena takut. Teman-temanmu yang lain pun ikut menyuruhmu untuk sabar dan mengalah, hingga akhirnya kamu berpikir bahwa jika kamu membalasnya atau menegurnya maka akan membuat masalah akan makin besar dan berpikir perbuatan tersebut akan menyakiti hatinya. Penyangkalan ini dilakukan untuk menghindari konflik dan menutupi fakta bahwa temanmu telah menyakiti hatimu.
Karena para people pleaser selalu mengesampingkan perasaan dirinya sendiri dan tetap memprioritaskan perasaan orang lain, mereka menjadi sulit dalam mengenali dirinya sendiri dan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Mereka pun sukar untuk menjadi diri sendiri karena beresiko tidak disukai oleh orang lain serta jarang sekali mencurahkan isi hati yang sebenarnya karena memilih untuk memendamnya sendirian. Hal yang mereka pikirkan adalah rasa kasih sayang dan cinta dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Tentunya, budaya ini harus segera kamu hilangkan karena bisa berpengaruh pada kesehatan mental. Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memahami keadaan diri sendiri kecuali dirimu sendiri. Hal pertama yang dapat kamu lakukan adalah belajar mengenali dirimu sendiri, apa yang sebenarnya kamu suka dan tidak suka. Dengan begitu, kamu lebih bisa mencintai diri sendiri dengan tidak memaksakan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman. Selain itu, coba dengan perlahan untuk berani mengatakan “tidak” pada orang lain karena penolakan yang kamu lakukan bukanlah suatu kesalahan dan kamu tidak bertanggung jawab atas hal tersebut.
Menolong orang lain tentunya merupakan perbuatan terpuji. Akan tetapi, bukan berarti kamu harus merelakan keadaan diri sendiri demi membahagiakan orang lain. Kamu tidak perlu takut untuk tidak disukai karena hal tersebut berada di luar kendalimu dan orang-orang secara natural akan datang dan pergi. Berusahalah untuk tetap berbuat baik pada orang lain tetapi dengan tidak secara berlebihan. Prioritaskan kebahagiaanmu dan belajar untuk memberanikan diri mengemukakan pendapatmu, mulai dari hal-hal kecil dan topik-topik yang ringan.
ADVERTISEMENT
Budaya people pleaser memang tidak mudah untuk diubah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Beberapa cara tersebut bisa kamu lakukan dengan berproses. Jika kamu merasa tidak mampu untuk mengatasinya sendiri, kamu bisa berkonsultasi pada ahlinya untuk diberikan bantuan serta saran yang terbaik kepadamu.