Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Puisi Muda Desa, Harapan Bangsa
19 Agustus 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Raihan Aldi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dosen Pembimbing: Bogi Budi Jayanto, S.Pi., M.Si
Ketundan(16/8) Minat membaca buku baik itu berupa puisi atau novel di Indonesia dinilai masih sangat rendah. Faktanya UNESCO menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% atau jika diibaratkan ada 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Banyak sekali faktor yang menyebabkan minat literasi di Indonesia rendah, bisa dari faktor lingkungan mereka yang tidak kondusif atau tidak pernah mengenalkan buku dari kecil. Faktor lain seperti tidak adanya waktu mereka untuk dibiasakan membaca dan menulis di luar jam pelajaran dan bermain, justru mirisnya anak zaman sekarang lebih suka membaca chatting Whatapps ketimbang membaca buku. Contoh faktor lain yang sering terjadi dan dialami oleh orang-orang yang gemar membaca buku adalah adanya julukan “Kutu Buku” yang terkesan memiliki pandangan negatif seolah-olah mereka sibuk membaca buku dan tidak suka bergaul.
ADVERTISEMENT
.
Stigma inilah yang sedang coba diubah oleh Raihan Aldi Pramana seorang Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia yang merupakan anggota Tim II KKN Universita Diponegoro di daerah Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Melalui puisi dan cerita pendek (cerpen) yang kemudian dikemas sedemikian rupa menjadi pembinaan tentang pentingnya Literasi dan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk target sasarannya adalah warga sekitar terutama pemuda dengan cara memberikan pembinaan materi serta pelatihan kepada warga sekitar. Salah satu bukti nyata bahwa literasi juga hidup di kota adalah dengan adanya Mas Rangga selaku pemuda sekaligus pelaku kesenian. Dalam hal ini Mas Rangga awalnya hanya tertarik akan kata-kata indah yang sering ia liat di Tiktok. Setelah diberikan pembinaan materi dan pelatihan tentang kepenulisan kreatif puisi pada akhirnya Mas Rangga yang dibantu oleh Raihan berhasil menelurkan satu karya antologi puisi berjudul Aksara Tresno. “Saya merasa sangat bersyukur bisa bertemu Mas Raihan yang kebetulan juga memiliki minat yang sama terhadap kata-kata indah, sehingga dapat menyalurkan patah hati saya dengan cara yang baik dan sehat melalui menulis puisi” ucap Mas Rangga.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya rangkaian program yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa Tim II KKN Universitas Diponegoro diharapkan dapat meningkatkan minat membaca di Desa Ketundan serta menarik minat mereka dalam menulis berbagai karya seperti puisi, cerpen, dan lain sebagainya.
Live Update