Konten dari Pengguna

Akademisi Jadi Presiden

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Direktur Eksekutif Amnesty UNNES
2 Juli 2023 13:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi akademisi. Foto: nuvolanevicata/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi akademisi. Foto: nuvolanevicata/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Hal ini berkaitan dengan pengertian tentang pentingnya posisi guru dalam kehidupan manusia. Digugu merujuk pada konsep guru sebagai rujukan atau sumber pengetahuan dan kebijaksanaan, mereka memberikan arahan dan petunjuk yang esensial untuk muridnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ditiru menekankan peran guru sebagai contoh atau model dalam perilaku, sikap, etika, dan nilai-nilai kehidupan yang baik. Ini berarti seorang guru tidak hanya bertugas menyampaikan pengetahuan secara teoritis, tetapi juga diharapkan menjadi panutan dengan kualitas pribadi yang baik.
Sehingga, pentingnya peran guru dalam pendidikan, bukan hanya sebagai penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai sosok inspiratif yang bisa membantu murid mencapai potensi mereka.
Guru, khususnya yang bekerja di institusi perguruan tinggi yang dikenal dengan istilah dosen, seperti universitas atau perguruan tinggi, sering kali dianggap sebagai akademisi karena mereka terlibat dalam penelitian dan publikasi akademik selain dari tugas pengajarannya, sehingga menjadikan mereka bagian integral dari komunitas akademik.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akademisi atau akademikus diartikan sebagai orang yang berpendidikan perguruan tinggi. Seorang akademisi adalah orang yang beraktivitas atau memberikan kontribusi dalam ranah akademik.
Seorang pria melompat dari atap menggunakan buku seperti sayap. Foto: nuvolanevicata/Shutterstock
Profesor, dosen, peneliti, dan lainnya yang melakukan kegiatan penelitian dan pengajaran. Selain itu, ahli yang tidak bekerja di perguruan tinggi juga biasanya disebut sebagai akademisi.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, seorang akademisi memiliki tingkat pendidikan tinggi, seperti gelar master atau doktor, dan mereka berperan aktif dalam memajukan pengetahuan melalui penelitian, publikasi di jurnal ilmiah. Selain itu, mereka juga sering terlibat dalam pelbagai acara konferensi atau simposium, dan melakukan kolaborasi dengan kolega dari berbagai institusi lainnya.
Kita memasuki tahun politik, menjelang hajatan Pilpres 2024 santer terdengar berita mengenai bakal calon presiden yang akan bertarung memperebutkan kursi RI-1. Mereka dari pelbagai latar belakang karier, ada yang pengusaha, politikus, akademisi, dan sebagainya. Yang ditunggu-tunggu adalah presiden dari kalangan akademisi.
Sejauh ini, sosok yang menjadi nakhoda Indonesia hanya dari kalangan berlatar belakang militer, pengusaha, dan politikus. Belum ada presiden Indonesia yang memiliki latar belakang akademisi yang menghabiskan sebagian besar kariernya dalam penelitian dan pengajaran di universitas. Sedangkan, orang-orang berlatar belakang akademisi hanya menghiasi jabatan-jabatan pembantu presiden, salah satunya menjadi menteri.
ADVERTISEMENT
Padahal, banyak akademisi di Indonesia yang punya pemikiran hebat mengenai bangsa ini, pengetahuan yang dimiliki berupa pemahaman mendalam tentang teori dan penelitian dalam bidang tertentu, yang memungkinkan untuk membantu mereka dalam menentukan kebijakan publik dan memahami pelbagai isu yang kompleks.
Meskipun, dalam realitanya seorang presiden juga perlu punya keterampilan politik dan pemahaman yang baik tentang tata cara pemerintahan, diplomasi, dan pelbagai aspek lain dari kepemimpinan suatu negara. Akan tetapi, sosok dengan latar belakang akademis juga perlu dipertimbangkan untuk menciptakan sistem epistokrasi dalam negara demokrasi dianut oleh Indonesia selama ini.
Ilustrasi orang yang sedang membaca buku. Foto: nuvolanevicata/Shutterstock
Presiden Indonesia dengan latar belakang akademisi bisa memberikan beberapa manfaat. Pertama, kebiasaan mereka menggunakan pendekatan berbasis penelitian dapat berkontribusi pada pembuatan kebijakan dan keputusan yang didasarkan pada bukti dan data ilmiah, daripada sekadar opini atau dugaan.
ADVERTISEMENT
Kedua, pengetahuan spesifik dan mendalam yang mereka miliki dari bidang studi mereka dapat sangat berharga jika berkaitan dengan isu-isu penting di Indonesia.
Kemudian, ketiga, keterampilan analitis yang biasanya mereka miliki bisa sangat efektif dalam menangani isu-isu yang kompleks. Keempat, presiden dengan latar belakang akademisi cenderung lebih mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian, dan pendidikan, yang dapat merangsang inovasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Terakhir, akademisi biasanya dihargai karena objektivitas dan keterbukaan mereka, kualitas yang bisa membantu presiden dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Meskipun, pada realitanya, sulit juga pasti akan berbenturan dengan kepentingan-kepentingan politik.
Akademisi bisa menjadi opsi bagi bangsa kita untuk menyambut negara yang menyongsong peradaban maju. Seorang akademisi bisa menjadi pilihan penting untuk masa depan kepemimpinan Indonesia dalam mencapai kemajuan.
ADVERTISEMENT
Akademisi biasanya memiliki pengetahuan yang luas, mengerti tentang penelitian dan metode ilmiah, dan memiliki keterampilan analitis. Semua ini bisa membantu mereka membawa pandangan baru ke dalam kepemimpinan.
Di dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan ini, kita membutuhkan pemimpin yang bisa mengatasi berbagai isu dari banyak disiplin ilmu. Akademisi, dengan pengetahuan khusus mereka, mungkin bisa sangat membantu dalam hal ini.
Biasanya, akademisi punya segudang gagasan, sehingga ini juga yang bisa ditawarkan dalam menyambut politik gagasan. Pertempuran gagasan lebih diperlukan oleh bangsa kita daripada politik transaksional ataupun politik adu domba yang justru merugikan demokrasi, dan membuat bangsa kita terpecah belah. Orang yang tidak punya gagasan cenderung memakai cara-cara amoral, yang mana bisa merugikan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah, kita bisa melihat seorang presiden intelektual berlatar belakang akademisi, sebut saja Presiden ke-28 Amerika Serikat (AS), Thomas Woodrow Wilson. Beliau merupakan salah satu orang yang berjasa bagi AS dan juga dunia.
Foto Presiden Woodrow Wilson. Foto: Everett Collection/Shutterstock
Sebelum menjadi Presiden AS, Woodrow Wilson aktif mengajar di Universitas Princeton, dan beliau merupakan peraih gelar PhD. Selain itu, Wilson juga pernah menjabat sebagai Presiden Universitas Princeton.
Setelah menjabat sebagai Presiden AS, banyak jasa dan prestasi yang ditorehkan. Woodrow Wilson meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah AS dan dunia. Sebagai arsitek di balik pendirian Liga Bangsa-Bangsa, organisasi perdamaian global pasca-Perang Dunia I, beliau merancang kerangka kerja yang kemudian menjadi fondasi bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Wilson juga terkenal dengan 14 Pasalnya (14 Pasal Wilson), yang menjadi landasan bagi Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I, menekankan perdamaian, otonomi bangsa, dan kolaborasi internasional.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1919, Wilson meraih Nobel Perdamaian atas usahanya dalam mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, walaupun hal tersebut tidak mendapatkan dukungan penuh dari Senat Amerika.
Di ranah domestik, Wilson mempromosikan reformasi signifikan melalui agenda "New Freedom" yang berfokus pada peningkatan demokrasi ekonomi, termasuk pembentukan Federal Reserve System, pelaksanaan undang-undang anti-trust, dan peningkatan hak-hak pekerja.
Tentu, Woodrow Wilson bukan satu-satunya pemimpin dengan latar belakang akademisi yang sukses memimpin negara dan berprestasi, ada Kanselir Jerman tahun 2005—2021, Angela Merkel, yang merupakan fisikawan penelitian dan meraih gelar PhD dalam fisika. Selain Wilson dan Merkel, masih banyak pemimpin dunia dengan berlatar belakang akademisi.
Kita masih menanti sosok pemimpin yang akan menjadi nakhoda Indonesia dengan latar belakang akademisi pada 2024 mendatang, dan harapannya tentu bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan bisa menciptakan iklim kehidupan berbangsa dan bernegara menuju peradaban Indonesia maju.
ADVERTISEMENT