Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Dalam Hidup Pasti Ada yang Membenci
6 Juli 2023 15:47 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan, kita pasti akan menemui pelbagai jenis orang dengan sikap dan pandangan yang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin akan menyukai kita, sementara yang lain mungkin tidak. Memahami bahwa tidak semua orang akan menyukai kita, dan bahwa hal ini adalah bagian dari kehidupan, sangat penting untuk keseimbangan mental dan emosional kita.
ADVERTISEMENT
Sering kali, orang yang membenci kita bukanlah karena kita melakukan sesuatu yang salah, tetapi bisa jadi karena mereka tidak memahami kita, iri dengan apa yang kita miliki, atau karena konflik nilai. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons dan memaknainya situasi seperti ini.
Manusia paling mulia di muka Bumi ini, tidak pernah berbuat dosa, dan Allah Swt senantiasa menjaga Beliau dari dosa, serta bisa dibilang makhluk sempurna, yakni Nabi Muhammad saw. Dalam hidupnya pun, masih dijumpai yang membenci Rasulullah saw.
Bahkan, yang membenci Rasulullah adalah pamannya sendiri, yakni Abdul Uzza bin Abdul Muthalib alias Abu Lahab. Abu Lahab sangat menentang dakwah Rasulullah dan berusaha menghalang-halangi penyebaran ajaran Islam. Lahab pun sering kali mencoba mengejek, mencemooh, dan menyakiti Rasulullah serta para pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Abu Lahab merupakan orang yang sangat gigih untuk membenci dan mengalahkan Rasulullah, sehingga ia pun termasuk orang yang rugi dan celaka karena sikap dan sifatnya itu, hal ini sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an surat Al-Lahab.
Meskipun Nabi Muhammad SAW memiliki musuh dalam keluarga sendiri seperti Abu Lahab, beliau tetap berdakwah dengan sabar dan tekun, menunjukkan kebaikan dan kebenaran ajaran Islam. Ini adalah contoh penting dari bagaimana seseorang dapat tetap teguh pada keyakinannya meski menghadapi penentangan dan kebencian dari orang lain, bahkan dari keluarga sendiri.
Rasulullah tidak hanya dibenci oleh Abu Lahab, dalam sejarah Islam dikisahkan ada juga Abu Jahal, Abu Sufyan, Hindun binti Utbah, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam banyak situasi ketika Rasulullah dihadapkan pada permusuhan atau kebencian, Beliau tidak membalas dengan kebencian yang sama, melainkan terus berbuat baik.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan salah satu aspek kepribadian yang mulia dari Rasulullah yang mesti kita teladani. Rasulullah sering kali menghadapi penentangan dan permusuhan dari orang-orang yang membencinya. Mereka melakukan pelbagai tindakan untuk mencelanya, mengolok-olok, dan melecehkannya.
Meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit, Rasulullah tetap menunjukkan kesabaran dan kebaikan dalam perlakuan terhadap mereka. Salah satu contoh terkenal adalah ketika Rasulullah dan pengikut-pengikutnya menderita perlakuan buruk di Makkah dan dipaksa untuk berhijrah ke Madinah.
Walaupun telah mengalami berbagai penindasan, Rasulullah tidak membawa dendam dan tidak membalas perlakuan buruk tersebut. Sebaliknya, setelah tiba di Madinah, Beliau membangun hubungan yang baik dengan penduduk setempat, memperjuangkan keadilan, dan menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang penuh kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Ketabahan dan kebaikan hati Rasulullah dalam menghadapi kebencian adalah salah satu contoh inspiratif bagi umat Muslim. Beliau menunjukkan bahwa dalam menghadapi situasi yang sulit dan orang-orang yang membenci kita, sikap sabar, pengampunan, dan berbuat baik adalah jalan yang lebih baik daripada membalas dengan kebencian.
Rasulullah, manusia mulia dan sempurna saja ada orang-orang yang membenci. Apalagi kita, manusia biasa, manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Kebencian dan permusuhan dapat timbul dari pelbagai alasan, termasuk perbedaan pandangan, kecemburuan, ketidakpahaman, atau bahkan prasangka tanpa dasar.
Kemudian, jika kita membaca sejarah, di balik adanya tokoh-tokoh baik, pasti ada tokoh yang membenci, jahat, ataupun penindas. Dalam sejarah Indonesia, kita bisa melihat para pendiri bangsa kita, orang-orang yang berjuang meraih kemerdekaan dan menghilangkan penindasan, tetapi sering dicemooh dan dibenci oleh para penjajah.
ADVERTISEMENT
Para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan menghadapi pelbagai tantangan dan perlakuan yang tidak adil dari penjajah kolonial. Mereka berjuang untuk mengakhiri penindasan, meraih kemerdekaan, dan memperjuangkan hak-hak rakyat.
Akan tetapi, penjajah sering kali mencemooh, membenci, dan bahkan menganiaya para pejuang kemerdekaan. Hal ini bisa dipahami sebagai respons dari pihak penjajah yang merasa terancam oleh perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan.
Para pejuang tersebut mengusik kepentingan penjajah, dan hal itu memicu respons negatif dari pihak yang merasa kekuasaannya terancam. Namun, penting untuk dicatat bahwa kebencian dan penindasan yang dihadapi oleh para pejuang kemerdekaan tidak menghalangi mereka untuk terus berjuang demi tujuan yang mereka yakini.
Mereka tetap teguh dalam prinsip-prinsip mereka dan berusaha mengatasi tantangan yang dihadapi dengan kesabaran, ketekunan, dan semangat juang yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Kisah-kisah dari sejarah Indonesia mengajarkan kita tentang keberanian, ketabahan, dan semangat perjuangan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang mulia.
Mereka menunjukkan bahwa meskipun dihadapkan pada kebencian dan penindasan, perjuangan yang dilakukan dengan integritas dan tekad yang kuat dapat mencapai hasil yang signifikan dan memberikan kebebasan kepada banyak orang.
Sebagai generasi penerus, kita dapat mengambil inspirasi dari perjuangan para pendiri bangsa kita dan mengapresiasi pengorbanan mereka. Kita juga bisa belajar dari pengalaman mereka dan bekerja untuk membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis, dengan menghargai nilai-nilai demokrasi, kebebasan, dan keadilan.
Tidak mungkin untuk menyenangkan setiap orang di sekitar kita, dan tidak semua orang akan menyukai atau setuju dengan kita. Betapa lelah dan bodohnya jika kita berusaha menyenangkan semua orang. Hampir mustahil semua orang suka, sependapat, dan sepemikiran dengan kita.
ADVERTISEMENT
Setiap individu memiliki preferensi, pendapat, dan pandangan yang berbeda-beda. Meskipun kita mungkin berusaha untuk berbuat baik dan bertindak dengan itikad baik, tetap ada kemungkinan bahwa beberapa orang tidak akan menyukai atau setuju dengan kita. Menghabiskan energi dan usaha untuk mencoba menyenangkan semua orang dapat menjadi lelah dan tidak produktif.
Fokus yang terlalu besar pada keinginan untuk disukai oleh semua orang dapat menghambat kita dari mengembangkan identitas dan keunikan kita sendiri. Alih-alih berusaha menyenangkan semua orang, lebih baik kita berfokus pada menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, dan memperjuangkan apa yang kita percayai dengan integritas.
Penting untuk menghormati perbedaan pendapat dan pandangan orang lain. Kita tidak harus setuju dengan semua orang, tetapi kita dapat menjaga sikap saling menghormati dan membuka ruang untuk dialog yang konstruktif. Dalam berinteraksi dengan orang lain, penting untuk memperhatikan nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Jika ada orang yang tidak menyukai atau tidak setuju dengan kita, bukan berarti kita harus merasa bodoh atau gagal. Setiap individu memiliki hak untuk memiliki pendapatnya sendiri.
Yang terpenting adalah kita tetap setia pada nilai-nilai kita sendiri, berusaha menjadi pribadi yang baik, dan berkontribusi positif dalam lingkungan kita. Ingatlah bahwa penting untuk memiliki jaringan dukungan yang positif dan membangun hubungan dengan orang-orang yang menghargai dan mendukung kita.
Fokuslah pada hal-hal yang bisa kendalikan, sebagaimana dalam ajaran stoikisme, serta kita mesti bergaul kepada mereka yang mencintai dan menghargai kita dengan tulus, daripada membuang energi kita pada orang-orang yang terus-menerus membenci atau mengkritik tanpa alasan yang jelas.
Sehingga, penting untuk menjadi diri sendiri, berpegang pada nilai-nilai yang benar bagi kita, dan berinteraksi dengan orang lain dengan saling menghormati. Tidak semua orang akan menyukai atau setuju dengan kita, tetapi yang terpenting adalah menjalani hidup dengan integritas dan membangun hubungan yang positif dengan mereka yang menghargai dan mendukung kita.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita mungkin melakukan kesalahan dan dosa. Namun, penting untuk diingat bahwa kebaikan, pengampunan, dan perbaikan diri juga merupakan bagian dari karakter kita.
Jika kita melakukan kesalahan, penting untuk mengakui kesalahan tersebut, meminta maaf, dan berupaya memperbaiki diri. Dalam hal ini, sikap yang baik dan kemauan untuk berubah dapat mempengaruhi persepsi orang-orang terhadap kita.
Kita dapat mengambil teladan dari Rasulullah saw dalam menghadapi kebencian. Beliau tetap sabar, memaafkan, dan terus berbuat baik meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit. Meskipun kita sebagai manusia biasa tidak bisa mencapai kesempurnaan beliau, kita dapat berupaya mengikuti teladan beliau untuk memperbaiki hubungan dan meningkatkan kualitas kehidupan kita.