Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Diplomasi Buah: dari Kebun ke Meja Negosiasi
2 Juli 2023 5:58 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita mungkin sering mengonsumsi buah-buahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buah diartikan sebagai bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji). Buah merupakan sumber makanan yang penting karena mengandung banyak nutrisi.
ADVERTISEMENT
Dengan nutrisi yang melimpah, seperti vitamin, mineral, serat, dan antioksidan, buah-buahan punya peran penting dalam memelihara kesehatan. Antioksidan yang terkandung dalam buah berperan penting dalam melawan peradangan dan kerusakan oksidatif, membantu mencegah penyakit kronis termasuk penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.
Buah juga mendukung fungsi pencernaan yang sehat, berkat kandungan seratnya yang tinggi, dan membantu dalam pengendalian berat badan dengan memberikan rasa kenyang tanpa menambah kalori berlebih.
Kemudian, buah-buahan, seperti pisang dan jeruk, yang kaya akan kalium, serta mangga dan pepaya yang kaya vitamin A, berkontribusi pada kesehatan jantung dan mata. Pelbagai buah yang kaya akan antioksidan, seperti buah beri, bisa membantu menjaga kulit agar tetap sehat dan bercahaya.
ADVERTISEMENT
Buah sebagai Alat Diplomasi
Karena banyaknya kandungan manfaat, buah juga biasa dipakai sebagai alat diplomasi oleh pelbagai negara di dunia. Di dalam ilmu hubungan internasional (HI), diplomasi buah tergolong ke dalam gastrodiplomasi—yang menjadikan makanan sebagai instrumen diplomasi—karena buah-buahan merupakan salah satu turunan gastrodiplomasi.
Dalam KBBI, gastrodiplomasi diartikan sebagai diplomasi yang menggunakan makanan sebagai media untuk meningkatkan citra dan membentuk reputasi tertentu bagi sebuah negara dalam kancah internasional.
Kemudian, merujuk pada laporan penelitian yang diketuai oleh Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA., sejarah telah mencatat bahwa meja makan sering kali menjadi tempat yang ideal untuk menjalankan diplomasi dan negosiasi. Saat ini, makanan—termasuk buah—sudah menjadi bagian integral dari gaya hidup suatu bangsa dan hubungan antarnegara.
ADVERTISEMENT
Hal ini menunjukkan bahwa elemen kuliner kini telah menjadi komponen penting dalam mempromosikan dan memperkenalkan budaya dan tradisi suatu bangsa. Misalnya, ritual teh hijau di Jepang, atau tradisi minum kopi di Prancis, yang mana hal tersebut bukan cuma menjadi rutinitas sehari-hari, tetapi juga berhasil mengungkapkan karakteristik dan identitas budaya mereka.
Di dalam HI, gastrodiplomasi termasuk ke dalam soft diplomacy alias kekuasaan lunak, suatu konsep yang diperkenalkan oleh ilmuwan politik asal Amerika Serikat (AS), Joseph Nye, pada tahun 1990, merujuk pada strategi dalam HI yang mana suatu negara menggunakan daya tarik, bukan koersi atau kekuatan, untuk memengaruhi negara lain.
Melalui pelbagai alat, seperti diplomasi budaya, publik, promosi nilai dan ideologi, media, dan pertukaran pendidikan, negara menciptakan citra yang menarik dan positif untuk dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan lunak memungkinkan negara untuk membujuk negara lain untuk menerima dan menerapkan nilai, norma, atau kebijakan yang mereka dorong tanpa perlu menggunakan kekuatan atau ancaman militer.
Gastrodiplomasi bertujuan untuk mempromosikan budaya dan tradisi kuliner—termasuk buah-buahan sebagai makanan turunannya. Sebagai alat diplomasi, kekuasaan lunak juga memungkinkan pencapaian tujuan global dengan cara yang lebih damai dan berkelanjutan.
Buah-buahan merupakan salah satu instrumen dalam diplomasi, sehingga makanan sehat ini menjadi penting untuk dijadikan sebagai alat diplomasi banyak negara.
Diplomasi Buah di Banyak Negara
Kita tahu, banyak negara di dunia yang memanfaatkan buah sebagai alat diplomasi. Dalam sejarahnya, Amerika Serikat (AS) pernah melakukan diplomasi dengan Pakistan menggunakan mangga.
Diplomasi buah mangga menandai sejarah baru ketika Hillary Rodham Clinton—Menteri Luar Negeri AS pada saat itu—menawarkan bantuan kepada Pakistan untuk mengekspor mangga mereka ke AS, sebagai bagian dari upaya meredam sentimen anti-Amerika Serikat. Kita tahu, mangga merupakan buah favorit di Pakistan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kita tahu, belakangan negara Cina sedang mendekati negara-negara di Asia Tenggara. Sebagaimana yang juga diberitakan SCMP, bahwa Cina beralih ke diplomasi durian untuk meningkatkan hubungan dengan Asia Tenggara. Selama ini, kita tahu bahwa yang terkenal dari negara Cina adalah diplomasi panda.
Melalui diplomasi durian, Malaysia juga sudah merintis jalan dalam memperkuat hubungan dan perdagangan internasional. Sebagai negara penghasil durian, Malaysia telah bekerja keras untuk meningkatkan ekspor buah ini ke pelbagai belahan dunia, termasuk ke Cina.
Misalnya, pada tahun 2019, Malaysia berhasil meraih kesepakatan penting dengan Cina yang memungkinkan mereka untuk mengekspor durian beku ke pasar Cina. Ini adalah hasil dari perjanjian protokol fitosanitari yang mereka tanda tangani, yang membuka akses pasar ke China untuk varietas durian musang king yang populer.
ADVERTISEMENT
Konsep diplomasi durian ini membawa dua keuntungan besar. Pertama, ini membantu Malaysia untuk memperluas dan mendiversifikasi pasar ekspornya, sekaligus meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian.
Kedua, ini memperkuat hubungan Malaysia dengan negara-negara importir seperti Cina, dengan menciptakan lebih banyak peluang untuk kerja sama dan dialog mengenai pelbagai topik.
Oleh karena itu, Malaysia, serta negara-negara lain di Asia Tenggara, telah melihat nilai dalam memanfaatkan buah durian sebagai instrumen diplomasi, dan manfaat yang bisa didapat dari penggunaannya sebagai sarana untuk memperkuat hubungan internasional.
Kemudian, Selandia Baru, sebagai negara produsen kiwi terbesar, juga memanfaatkan buah kiwi sebagai alat diplomasi. Selandia Baru melakukan kerja sama dengan Cina untuk melakukan kerja sama, buah kiwi merupakan salah satu instrumen penting dalam hubungan ini. Di Indonesia, Selandia Baru juga melakukan diplomasi makanan sehat, termasuk buah kiwi dan apel.
ADVERTISEMENT
Thailand juga merupakan salah satu negara penghasil buah terbesar di Asia Tenggara. Buah-buahan dari Thailand begitu terkenal, seperti mangga Bangkok, durian Bangkok, dan sebagainya.
Buah-buahan dari Thailand juga diolah menjadi pelbagai makanan dan minuman, sehingga terkenal di dunia. Buah-buahan juga merupakan instrumen yang digunakan Thailand untuk melakukan gastrodiplomasi.
Diplomasi Buah Indonesia
Mangga, dengan variasi rasa dari manis hingga agak asam dan banyak varietas seperti Arum Manis dan Harum Manis, juga menempati posisi penting dalam buah-buahan lokal.
Rambutan dan salak, buah-buahan yang dikenal dengan kulit luar yang unik, menawarkan rasa manis segar dan manis sedikit asam masing-masing. Buah jeruk kikit bodhi sering digunakan dalam kuliner tradisional karena aroma khasnya, sedangkan jambu biji dikenal luas karena kaya vitamin C dan serat.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga menawarkan pelbagai jenis pisang, seperti pisang ambon, raja, dan tanduk. Nanas, umumnya dimanfaatkan dalam pelbagai hidangan dan minuman karena rasanya yang segar, dan sirsak dengan tekstur lembut dan rasa manis sedikit asam, sering juga diolah menjadi jus. Sementara itu, pepaya dengan rasa manis dan tekstur lembutnya sering dinikmati secara langsung atau dijadikan rujak.
Buah-buahan juga dijadikan sebagai alat diplomasi oleh Indonesia. Gastrodiplomasi sudah dilakukan, misalnya ketika acara-acara kenegaraan dengan negara lain, disajikan makanan-makanan tradisional Indonesia yang berbahan dasar buah, seperti kolak pisang, pisang goreng, dan sebagainya.
Kemudian, buah-buahan yang dipetik dari kebun di Indonesia juga disuguhkan oleh pemerintah Indonesia kepada tamu-tamu ataupun investor dari negara lain. Misalnya, pada 2019 lalu, ketika delegasi Uni Emirat Arab dihidangkan buah-buahan, dan pada pertemuan itu tercapai kesepakatan yang menghasilkan nota kesepahaman, dengan investasi yang mencapai nilai Rp136 triliun.
ADVERTISEMENT
Buah-buahan di Indonesia juga sudah diekspor ke banyak negara, salah satunya Kamboja. Salak yang dihasilkan dari kebun di Indonesia sangat diminati oleh Kamboja, sehingga ini menguntungkan kedua negara. Salak menjadi salah satu alat diplomasi Indonesia di Kamboja.
Selain itu, buah-buahan Indonesia juga diminati oleh Uni Emirat Arab, yang mana pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Uni Emirat Arab. Dengan adanya kerja sama ini, bisa membuka peluang untuk kerja sama dalam bidang lainnya.
Potensi Indonesia sebagai negara tropis sangat besar untuk melakukan diplomasi buah. Sebagai salah satu produsen buah terbesar di dunia, kita harus yakin dan percaya bahwa dengan buah-buah yang dihasilkan Indonesia akan berdampak baik bagi perekonomian, dan dapat menjalin kerja sama dengan negara lain.
ADVERTISEMENT
Keberagaman dan kualitas buah-buahan di Indonesia, yang merupakan salah satu produsen buah terbesar di dunia, menjadikannya memiliki kapasitas yang signifikan untuk memanfaatkan buah sebagai alat diplomasi.
Melalui ekspor buah-buahan ke pelbagai negara di dunia, Indonesia bisa mempererat hubungan dengan negara-negara lain, mempromosikan budaya dan keanekaragaman hayati, serta membuka peluang ekonomi baru.
Selain itu, diplomasi buah juga dapat menjadi cara untuk mempromosikan keberlanjutan dan pertanian yang ramah lingkungan, sejalan dengan tujuan global untuk menjaga keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak perubahan iklim. Diplomasi buah: menyebarkan citra Indonesia melalui rasa!