Membaca Buku: Melawan Lupa dan Memperluas Imajinasi

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
18 Mei 2023 11:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Membaca: Melawan Lupa dan Memperluas Imajinasi. Foto: Shutterstock/SvetaZi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Membaca: Melawan Lupa dan Memperluas Imajinasi. Foto: Shutterstock/SvetaZi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Buku, sekumpulan kertas yang berisi tulisan-tulisan dan/atau gambar-gambar, yang kemudian dijilid dan diselimuti sampul. Orang bijak pernah berkata, buku adalah jendela dunia, dengan membaca buku, kita bisa menambah ilmu dan memperkaya wawasan.
ADVERTISEMENT
Membaca memiliki manfaat yang besar dalam melawan lupa dan memperluas imajinasi. Selama proses membaca, kemampuan otak kita dapat diasah, daya ingat meningkat, dan kreativitas serta imajinasi kita berkembang.
Refleksi Hari Buku Nasional
Perpustakaan buku. Foto: Shutterstock/fortovik
Setiap tanggal 17 Mei, kita memperingati Hari Buku Nasional. Tanggal 17 Mei dipilih karena bersamaan dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 17 Mei 1980. Perayaan Hari Buku Nasional (Harbuknas) dimulai sejak tahun 2002, atau dua puluh tahun setelah diusulkan oleh Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan pada era Kabinet Gotong Royong.
Peringatan Hari Buku Nasional ini merupakan momen yang penting untuk mengapresiasi pentingnya membaca dan pengaruh buku dalam kehidupan kita. Hari ini memberikan kesempatan bagi kita untuk merefleksikan manfaat membaca dan dampaknya baik secara pribadi maupun dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hari Buku Nasional mengingatkan kita akan kegunaan membaca dalam pengembangan diri. Dengan membaca, kita dapat memperoleh pengetahuan baru, meluaskan wawasan, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Buku memberi kita akses kepada ide-ide yang dapat mengubah pemahaman kita terhadap dunia dan memperkaya kehidupan kita. Selain itu, Hari Buku Nasional juga merupakan kesempatan untuk memperkuat budaya literasi dalam masyarakat.
Dengan meningkatkan minat membaca, kita dapat membantu membangun masyarakat yang lebih cerdas, kreatif, dan kompetitif. Ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, perpustakaan, dan komunitas untuk mempromosikan pentingnya membaca dan memberikan akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan.
Hari Buku Nasional juga menjadi waktu yang tepat untuk menghidupkan semangat membaca pada generasi muda. Dengan mengajarkan anak-anak dan remaja tentang pentingnya membaca, kita dapat membantu mereka mengembangkan cinta terhadap literatur, meningkatkan keterampilan literasi, dan membantu mereka mencapai potensi penuh dalam belajar dan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Selain merayakan pencapaian dalam bidang literasi, Hari Buku Nasional juga menjadi kesempatan untuk menghadapi tantangan yang masih ada. Misalnya, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan akses terhadap buku, terutama di daerah terpencil atau yang kurang berkembang. Selain itu, penggunaan teknologi digital dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan minat membaca di era digital.
Sehingga, peringatan Hari Buku Nasional ini merupakan hari yang penting untuk merenungkan pentingnya membaca dalam kehidupan kita. Melalui membaca, kita dapat melawan lupa dan memperluas imajinasi. Dengan menghargai dan merayakan buku, kita dapat membangun masyarakat yang mempunyai pengetahuan baik, kreatif, dan imajinatif.
Membaca, melawan lupa dan memperluas imajinasi
Sekumpulan anak kecil yang sedang membaca buku. Foto: Shutterstock/Africa Studio
Budaya kurangnya minat membaca buku di Indonesia telah menjadi permasalahan yang berkelanjutan. Situasi ini terkait dengan tingkat melek huruf yang rendah di negara ini. Menurut survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara, atau termasuk dalam 10 negara dengan tingkat literasi rendah yang terendah.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menjadi menjadi permasalahan kita bersama karena beberapa tahun ke depan, kita diproyeksikan akan menghadapi bonus demografi, salah satu tantangan dalam menghadapi bonus demografi ini adalah pendidikan. Nah, literasi berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Membaca membantu melawan lupa karena melibatkan otak dalam memproses informasi baru. Dalam membaca, kita perlu fokus dan memperhatikan detail-detail dalam teks, yang melibatkan memori jangka pendek untuk menyimpan informasi sebelum diproses lebih lanjut. Dengan membaca secara rutin, otak kita dilatih untuk lebih baik dalam menyimpan dan mengingat informasi tersebut, sehingga membantu mengatasi masalah lupa. Selain itu, membaca juga memperluas imajinasi kita.
Ketika membaca, kita diperkenalkan pada berbagai dunia, karakter, dan konsep yang berbeda dengan pengalaman sehari-hari. Hal ini memungkinkan kita melihat dunia dari perspektif yang berbeda, mengembangkan imajinasi, dan memperluas pengetahuan kita. Buku fiksi, khususnya, membawa kita ke dunia baru yang sarat dengan detail dan imajinasi, memungkinkan kita berimajinasi dan mengalami hal-hal yang mungkin tak terjadi dalam kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Selain itu, membaca juga meningkatkan kosakata kita. Dengan membaca berbagai jenis buku, baik fiksi maupun nonfiksi, kita akan terpapar pada berbagai kata dan frasa yang meningkatkan pemahaman bahasa kita. Hal ini juga membantu meningkatkan kemampuan komunikasi dan ekspresi ide secara lebih efektif.
Para pendiri bangsa Indonesia adalah pencinta buku
Mohammad Hatta. Foto: Wikimedia Commons
Indonesia merupakan negeri yang didirikan oleh orang-orang yang mencintai buku dan memiliki semangat intelektual yang tinggi. Peran para pencinta buku dan intelektual dalam sejarah Indonesia sangat penting dalam membentuk pergerakan nasional, perjuangan kemerdekaan, dan pembentukan identitas nasional.
Sejak zaman kolonial, buku dan tulisan-tulisan intelektual telah menjadi sarana penting untuk menyebarkan gagasan-gagasan kebangsaan, membangkitkan semangat perlawanan, dan memperjuangkan kemerdekaan. Sukarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, dan masih banyak lainnya menyampaikan ide-ide mereka lewat lisan dan tulisan sehingga bisa menggetarkan para penjajah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada masa pergerakan nasional, terdapat banyak kelompok intelektual yang terorganisir, seperti Budi Utomo, Indische Partij, dan Sarekat Islam, yang mempunyai fokus pada isu-isu sosial dan politik serta mempromosikan kebangkitan nasional. Mereka menerbitkan majalah, surat kabar, dan buku-buku yang berperan penting dalam membentuk opini publik dan mempersatukan perjuangan menuju kemerdekaan.
Setelah proklamasi kemerdekaan, semangat intelektual terus berlanjut dalam membangun Indonesia sebagai negara merdeka. Pendidikan dan sastra menjadi fokus utama dalam upaya membangun bangsa yang maju dan memiliki identitas nasional yang kuat. Pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara, membawa revolusi pendidikan dengan prinsip inklusivitas dan penghormatan terhadap kebudayaan lokal.
Peran para pencinta buku dan intelektual dalam mendirikan dan membangun Indonesia sebagai negara adalah sangat penting. Mereka telah menyebarkan gagasan kebangsaan, memperjuangkan kemerdekaan, dan membentuk identitas nasional melalui tulisan-tulisan mereka. Indonesia adalah bukti nyata betapa kehebatan dan kekuatan ide-ide yang dihasilkan oleh para pencinta buku dan intelektual dalam membentuk suatu bangsa. Semua berkat apa? Membaca.
ADVERTISEMENT