Konten dari Pengguna

Mitos Sumpah Pemuda yang Menyatukan Bangsa Indonesia

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Direktur Eksekutif Amnesty UNNES
8 Juli 2023 18:29 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Relief mengenai Sumpah Pemuda. Foto: farzand01/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Relief mengenai Sumpah Pemuda. Foto: farzand01/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebuah ikrar yang sering didengungkan setiap tanggal 28 Oktober ketika memperingati Hari Sumpah Pemuda. Akan tetapi, realitanya, tidak pernah terucap ikrar atau sumpah oleh para pemuda tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Keith Foulcher di dalam tulisannya, Sumpah Pemuda: The Making and Meaning of A Symbol of Indonesian Nationhood alias Sumpah Pemuda: Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia, istilah “Sumpah Pemuda” tidak ada kala itu.
Di dalam tulisannya, Foulcher menyatakan, “sejarah Sumpah Pemuda sebagai simbol kebangsaan Indonesia ternyata lebih kompleks dari yang terlihat pada awalnya.” Bahasa yang digunakan di antara delegasi 1928 pun bahasa Belanda—bahasa sehari-hari kala itu. Bahasa Belanda pun dipakai ketika kongres pemuda pertama.
Meskipun begitu, resolusi tahun 1928 merupakan tonggak penting yang menandai pelepasan simbolis bahasa kolonial di ranah publik. Dengan mengungkapkan niat untuk menghormati bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, kongres tersebut mengambil langkah dalam membagi antara dunia nasionalisme pribadi dan publik di kalangan pemuda terpelajar Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penyair Indonesia dalam kongres tersebut menyatakan tekad mereka untuk setia kepada tanah Indonesia. Berbeda dengan tahun 1926, bahasa utama yang digunakan dalam sidang Oktober 1928 adalah bahasa Melayu atau Indonesia—meskipun masih ada yang menggunakan bahasa Belanda.
Keputusan ini tampaknya menyebabkan kebingungan di dalam konferensi. Pejabat-pejabat Belanda yang mengamati kongres mencatat dengan ejekan bahwa bahasa Melayu yang digunakan oleh ketua konferensi.
Dalam tulisannya, Sumpah Pemuda: The Making and Meaning of A Symbol of Indonesian Nationhood, Keith Foulcher menggarisbawahi evolusi Sumpah Pemuda menjadi suatu lambang nasional yang signifikan.
Ilustrasi Sumpah Pemuda. Foto: akww/Shutterstock
Beliau menelusuri perjalanan Sumpah Pemuda dari 1928 sampai sekarang, kemudian berpendapat bahwa Sumpah Pemuda yang kita tahu saat ini adalah hasil dari penambahan nilai-nilai sepanjang waktu sejak 93 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Maksudnya bukan untuk meragukan relevansi peristiwa tersebut, tetapi untuk membangkitkan kesadaran kita akan eksploitasi sejarah Sumpah Pemuda untuk kepentingan politik. Beliau menyerukan pemahaman yang berbasis historis tentang Sumpah Pemuda, menjadikannya simbol nasional yang esensial dalam rangka pemahaman tentang Indonesia.
Peristiwa kongres yang dilakukan oleh pemuda nyata, tetapi ketika Kongres Pemuda II belum ada Istilah “Sumpah”. Pasca-Kongres Pemuda II, sejak saat itulah penyerapan gerakan pemuda beridentitas kedaerahan ke dalam politik persatuan PNI mulai meningkat.
Pada awal 1929, ada keinginan untuk menggabungkan gerakan pemuda karena organisasi-organisasi yang terpisah menyatakan diri mereka mendukung satu badan. Perwakilan Jong Java, Pemuda Sumatera, dan Pemuda Indonesia berkumpul pada bulan Oktober 1929 untuk membentuk organisasi baru, yang diberi nama Indonesia Muda.
ADVERTISEMENT
Pihak yang awal-awal memakai istilah “Sumpah Pemuda” adalah Harian Rakjat, sebuah surat kabar yang dianggap sebagai surat kabar resmi milik Partai Komunis Indonesia (PKI), tepatnya pada tahun 1953.
Kemudian, berdasarkan surat kabar Harian Rakjat istilah “Sumpah Pemuda” juga disebut oleh Presiden Sukarno saat pidato pada tahun 1956,
Presiden Sukarno. Foto: AFP
Kata sumpah pemuda pun kemudian juga dipakai Presiden Sukarno sebagai alat politik, dan menyudutkan kelompok-kelompok dianggap memberontak pada tahun 1958, seperti PRRI-Permesta. Presiden Sukarno menegaskan komitmen Indonesia sebagai negara kesatuan melalui Sumpah Pemuda di sebuah pidato yang disampaikan pada malam 28 Oktober 1958 di Jakarta di depan para pejabat.
Pada saat itu, Sumpah Pemuda dijadikan sebagai representasi yang menguatkan pernyataan komitmen dari kelompok yang progresif terhadap visi baru dari negara kesatuan, berlawanan dengan kesetiaan yang kuno dan usang terhadap daerah dan kesukuan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, gerakan pemberontakan PRRI-Permesta yang sebelumnya menantang integritas negara kesatuan mulai meredup, dan Sumpah Pemuda berfungsi sebagai lambang keberhasilan mengatasi tantangan tersebut.
Pada tahun 1958, Merdeka juga memberitakan mengenai peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-30,
Peringatan Hari Sumpah Pemuda juga baru ditetapkan sebagai hari nasional oleh Presiden Sukarno melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari Libur, ditetapkan di Jakarta tertanggal 16 Desember 1959. Sehingga, munculnya istilah Sumpah Pemuda secara resmi baru ada pada tahun 1959.
Kalau kata sejarawan, JJ Rizal, Sumpah Pemuda merupakan “mitos peneguh”. Meskipun tidak ada “ikrar” ataupun “sumpah” dalam peristiwa tersebut, tetapi peristiwanya ada dan dilakukan oleh para pemuda.
Ilustrasi Sumpah Pemuda. Foto: Bangun Stock Productions/Shutterstock
Istilah “Sumpah Pemuda” merupakan gagasan yang tidak sepenuhnya akurat, tetapi telah diterima secara luas dan sering diulang-ulang, berfungsi untuk memperkuat identitas dan tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
Sumpah Pemuda berperan sebagai "peneguh", sebuah penguat atau stabilisator yang memperkuat identitas nasional dan komitmen bersama terhadap tujuan kemerdekaan.
Meskipun mungkin memiliki lebih banyak nilai simbolis daripada faktual, Sumpah Pemuda sangat penting dalam mempertahankan identitas nasional dan komitmen bersama rakyat Indonesia terhadap kemerdekaan.
Peringatan Sumpah Pemuda merupakan peringatan terhadap peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Peringatan ini memiliki beberapa makna penting, yakni momen untuk mengenang perjuangan generasi sebelumnya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Pemuda pada masa itu telah berani menyatakan satu identitas—sebagai bangsa Indonesia—meskipun pada saat itu Indonesia masih dalam genggaman kolonial.
Kemudian juga menegaskan makna penting untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Meskipun Indonesia terdiri dari pelbagai suku bangsa dan memiliki keanekaragaman budaya, semua adalah satu, yaitu bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peringatan Sumpah Pemuda juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus berjuang mencapai cita-cita dan tujuan bangsa. Ini mengingatkan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam membangun masa depan negara.
Adanya Kongres Pemuda juga menegaskan pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Oleh karena itu, peringatan ini juga menjadi momen untuk merayakan dan menghargai bahasa Indonesia.
Adanya peringatan Sumpah Pemuda adalah peringatan terhadap semangat persatuan, perjuangan, dan cinta tanah air yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Istilah “Sumpah Pemuda”, yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 sering disebut sebagai "mitos", tetapi juga yang menyatukan bangsa Indonesia. Namun, penggunaan kata "mitos" di sini bukan berarti peristiwa itu tidak terjadi, tetapi lebih kepada makna simbolis dan ideologis yang dipegang erat dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Ilustrasi Indonesia. Foto: hyotographics/Shutterstock
Pada momen tersebut, para pemuda berkumpul. Meskipun realitas sejarah mungkin lebih kompleks dan penuh dengan konflik dan perbedaan, Sumpah Pemuda telah menjadi sebuah "mitos peneguh" yang memainkan peran penting dalam membentuk identitas nasional dan menyatukan bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mitos ini telah menjadi bagian penting dari narasi nasional dan pendidikan sejarah Indonesia, mengajarkan nilai-nilai persatuan, solidaritas, dan patriotisme kepada generasi muda.
Sumpah Pemuda sebuah istilah "mitos" merupakan simbol penting dari perjuangan dan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu dalam mencapai kemerdekaan dan membentuk bangsa yang berdaulat, berlandaskan satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.