Konten dari Pengguna

Politik itu Suci dan Mulia, Berbeda dengan Politikus?

Raihan Muhammad
Manusia biasa yang senantiasa menjadi pemulung ilmu dan pengepul pengetahuan - Direktur Eksekutif Amnesty UNNES
22 Januari 2023 9:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gedung Nusantara. Sumber foto: dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Nusantara. Sumber foto: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak orang yang beranggapan bahwa politik itu kotor, menjijikkan, dan kejam. Orang-orang yang terjun ke dunia politik dinilai sebagai orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan serta tak mengenal aturan dan batasan. Sifat dan sikapnya juga mencirikan seperti hewan yang tak bermoral. Namun, pada hakikatnya politik itu suci dan memiliki makna yang mulia.
Secara etimologi, politik berasal dari bahasa Yunani ‘politeia’ (polis berarti negara dan teia berarti urusan) yang berarti urusan kehidupan bernegara. Seorang filsuf Yunani, Aristoteles, menyatakan bahwa seharusnya politik dipakai masyarakat untuk mencapai suatu kebaikan bersama yang dianggap terdapat nilai moral yang lebih tinggi dibandingkan kepentingan kedudukan (kekuasaan).

Mengapa Politik Dianggap Buruk?

Ilustrasi politik identitas. Foto: Shutter Stock
Seorang diplomat, filsuf, sekaligus politisi Italia bernama Niccolò Machiavelli di dalam bukunya Il Principe atau yang berarti Sang Penguasa, beranggapan bahwa kekuasaan bisa dicapai dan dipertahankan dengan menghalalkan segala cara. Buku ini juga sebagai pedoman para diktator di dunia, seperti Adolf Hitler, Napoleon Bonaparte, Mussolini, Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin, dan Ioseb Besarionis dze Jughashvili alias Stalin.
ADVERTISEMENT
Ajaran kelicikan, kekejaman, serta menghalalkan segala cara demi kekuasaan seperti yang tertuang di dalam Il Principe sangat bertentangan dengan tujuan politik, khususnya politik di Indonesia. Tujuan politik ialah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, serta mewujudkan kebaikan bersama sehingga untuk mencapai tujuan politik, kita harus memakai cara yang baik dan bermoral.
Pada hakikatnya politik itu suci dan mulia, yang membuat kotor dan hina adalah aktornya, yakni manusia. Politik bisa diibaratkan dengan pisau, sebuah alat yang digunakan untuk memotong daging dan sebagainya atau mengupas buah-buahan dan sebagainya yang tentu berguna untuk kehidupan manusia. Khususnya apabila yang memakai adalah seorang ahli masak yang bisa membuat makanan yang nikmat. Namun, politik juga bisa berubah menjadi benda yang merugikan jika dipakai oleh penjahat yang digunakan untuk membunuh.
ADVERTISEMENT
Seorang ahli hukum, Prof. Jacob Elfinus Sahetapy, juga pernah menyatakan bahwa politik tidak kotor yang kotor adalah manusia-manusia yang tidak bermoral dan tidak mempunyai hati nurani. Sama halnya dengan seks, perbuatan yang tidak kotor (karena tujuannya untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia dan melanjutkan keturunan), yang kotor itu manusia-manusia bejat (yang melakukan pelecehan ataupun pemerkosaan).

Kondisi Politik di Indonesia

Jika kita melihat realitas politik yang ada–khususnya di Indonesia–banyak politikus yang justru membuat politik menjadi kotor dengan melakukan tindakan-tindakan tercela, seperti kebohongan, korupsi, black campaign, melakukan politik uang, dan lain-lain. Para politikus bukannya memberikan citra yang baik bagi politik, tetapi tindakannya malah melecehkan politik itu sendiri yang menimbulkan stigma negatif.
Maraknya politikus yang berperilaku tercela dan cenderung menghalalkan segala cara untuk meraih ataupun mempertahankan kekuasaan membuat banyak dari masyarakat yang beranggapan bahwa politik itu kotor, rusak, dan menjijikkan. Perilaku yang ditampilkan (oknum) para politisi tidak mencerminkan politik ideal, serta tujuan politik yang mulia, yakni menyejahterakan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Imam al-Ghazali dalam kitab Faishilut Tafriqah bainal Islâm wal Zindiqah menyatakan bahwa karena orang-orang dungulah terjadi banyak kontroversi di antara manusia. Seandainya orang-orang yang bodoh berhenti bicara, niscaya berkuranglah pertentangan di antara sesama. Perbuatan dari para (oknum) politisi memang banyak yang memicu kontroversial sehingga bisa menimbulkan perpecahan di antara masyarakat, seperti yang terjadi pada saat Pilpres.
Sejatinya, politik merupakan seni dengan berbagai strategi untuk meraih ataupun mempertahankan kekuasaan untuk bisa mempengaruhi orang lain dan sekumpulan orang. Strategi yang dipakai dalam berpolitik seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang sehat serta menawarkan ide-ide dan gagasan yang baik supaya politik tidak dinilai buruk, dan masyarakat tidak takut ataupun skeptis.

Politik itu penting

Ilustrasi seminar politik. Foto: Shutter Stock
Politik itu merupakan hal yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hampir segala aspek kehidupan manusia di dalam suatu negara diatur oleh keputusan politik, seperti aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Sehingga masyarakat harus melek terhadap kondisi politik karena arah perkembangan politik ditentukan oleh masyarakat, apabila masyarakat abai terhadap politik, maka penyimpangan ataupun penyalahgunaan kekuasaan bisa terjadi, dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Apabila masyarakat buta politik, maka bisa terjadi kekacauan di dalam negeri karena tidak ada kontrol sosial sehingga bisa menimbulkan kesewenang-wenangan pemegang kekuasaan, segala aspek kehidupan bisa dikuasai untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi suatu negara, sehingga bisa mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara secara adil dan seimbang.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan masyarakat dalam keputusan politik sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan penyimpangan kekuasaan, sehingga perlu adanya peran dari elite politik, partai politik, dan juga pemerintah untuk memberantas buta politik supaya masyarakat turut mengawal proses demokrasi ke arah yang maju dan ikut andil untuk meraih tujuan politik yang baik.
Politik merupakan hal yang penting, sudah seharusnya dikembalikan pada fitrahnya yang suci. Para elite politik memiliki peran yang penting dalam upaya mewujudkan tujuan politik yang baik.
Selain itu, partai politik juga harus ikut berperan aktif, sesuai dengan salah satu tujuan umumnya, yakni mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perwujudan itu harus betul-betul dijalankan dengan baik tanpa ugal-ugalan yang menimbulkan dampak buruk.
Masyarakat harus cerdas dan melek terhadap politik supaya tidak dibohongi dan dibodohi oleh politisi yang suka mengobral janji demi ambisi nafsu kekuasaan, serta pada kenyataannya mereka tidak sepenuhnya mengutamakan kesejahteraan masyarakat, tetapi lebih mementingkan dirinya dan kelompoknya, hal ini bisa kita saksikan bahwa banyak di antara politisi yang korupsi, kolusi, dan melakukan tindakan-tindakan tak terpuji.
ADVERTISEMENT
Pada fitrahnya, politik merupakan hal yang baik dan suci, sehingga tidak boleh dinodai oleh perilaku buruk para politisi yang justru membuat citra buruk. Untuk menghasilkan tujuan yang baik, maka harus dilakukan dengan proses-proses yang baik pula, sehingga hal ini harus diresapi dan betul-betul diimplementasikan dengan baik.
Betapa hebatnya Indonesia, suatu negeri yang didirikan oleh para pencinta buku yang melawan: melawan kebodohan, ketidakadilan, dan kemunafikan. Berpolitiklah dengan moral dan gunakan pengetahuan sebagai penerang dalam mencapai tujuan yang baik, jangan nodai politik dengan kesewenang-wenangan dan ambisi bodoh yang merugikan.