Konten dari Pengguna

Inflansi Global: Bagaimana Negara Berkembang Bisa Bertahan?

Raihana Nandya
Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret
26 Desember 2024 16:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihana Nandya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar Membakar Uang. (Sumber Foto: https://pixabay.com/id/photos/uang-membakar-dolar-limbah-4418858/)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Membakar Uang. (Sumber Foto: https://pixabay.com/id/photos/uang-membakar-dolar-limbah-4418858/)
Inflasi global disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Pandemi COVID-19 telah mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan biaya produksi, sementara kebijakan stimulus besar-besaran yang diterapkan oleh berbagai negara mendorong permintaan yang lebih tinggi. Selain itu, perang Rusia-Ukraina menjadi pemicu lonjakan harga energi dan pangan, mengingat kedua negara tersebut merupakan penghasil utama gas alam, minyak, dan gandum. Ketegangan geopolitik yang muncul serta sanksi ekonomi terhadap Rusia memperburuk ketidakpastian pasar, yang pada gilirannya meningkatkan inflasi di banyak negara, termasuk negara berkembang. Gabungan faktor-faktor ini menyebabkan peningkatan biaya hidup dan memberikan tekanan besar pada ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Inflasi global kini menjadi tantangan besar bagi ekonomi dunia, terutama bagi negara-negara berkembang yang lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar internasional. Kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi di tingkat global dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pandemi, gangguan rantai pasokan, dan ketidakstabilan geopolitik. Bagi negara berkembang, dampak inflasi terasa lebih berat, mengingat mereka harus menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat mereka.
Penyebab Inflasi Global
1. Kenaikan Harga Energi dan Pangan
Pandemi COVID-19 menyebabkan gangguan besar pada rantai pasokan global, yang menghambat distribusi barang dan meningkatkan biaya produksi. Di sisi lain, perang Rusia-Ukraina memperburuk kondisi ini dengan memicu lonjakan harga energi, seperti minyak dan gas, serta pangan, terutama gandum dan jagung. Kenaikan harga energi ini langsung berdampak pada biaya produksi dan distribusi barang, yang akhirnya memengaruhi hampir semua sektor ekonomi secara global.
ADVERTISEMENT
2. Kebijakan Moneter Bank Sentral Besar
Sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi dan krisis lainnya, bank sentral utama, seperti The Fed (Federal Reserve AS), menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi domestik. Namun, kebijakan ini menyebabkan arus modal keluar dari negara berkembang, yang memperburuk tekanan inflasi di negara-negara tersebut dan melemahkan mata uang lokal mereka, sehingga meningkatkan biaya impor dan memperburuk kondisi ekonomi.
Dampak pada Negara Berkembang
1. Penurunan Daya Beli Masyarakat
Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli masyarakat di negara berkembang, terutama untuk kelompok berpenghasilan rendah dan menengah. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok membuat kehidupan semakin sulit, sementara kebijakan moneter yang ketat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, menambah beban bagi keluarga dengan pendapatan terbatas.
ADVERTISEMENT
2. Peningkatan Biaya Produksi dan Ekspor
Kenaikan harga bahan baku dan energi memperbesar biaya produksi, yang mengurangi daya saing produk lokal di pasar global. Hal ini menghambat ekspor, terutama bagi negara berkembang yang mengandalkan sektor manufaktur dan pertanian sebagai sumber utama pendapatan.
3. Tekanan pada Nilai Tukar Mata Uang
Inflasi global menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang negara berkembang, yang pada gilirannya meningkatkan biaya impor dan memperburuk beban utang luar negeri. Hal ini memberikan tekanan lebih pada perekonomian domestik, mempersulit stabilitas finansial negara tersebut.
4. Kenaikan Suku Bunga dan Dampaknya pada Investasi
Kenaikan suku bunga global mengurangi aliran investasi asing ke negara berkembang, membatasi akses mereka ke pinjaman yang lebih murah. Hal ini menghambat proyek-proyek ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi, memperburuk tantangan bagi negara berkembang.
ADVERTISEMENT
5. Dampak Sosial dan Ketidakstabilan Politik
Lonjakan harga yang tajam dapat memperburuk kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi, menciptakan ketegangan sosial. Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ini berpotensi memicu protes dan ketidakstabilan politik, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan iklim investasi di negara tersebut.
Langkah-langkah Negara Berkembang
1. Diversifikasi Ekonomi
Mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tertentu dan memperluas basis ekonomi dapat membantu negara berkembang mengurangi risiko yang timbul akibat fluktuasi harga global. Diversifikasi sektor seperti industri manufaktur, teknologi, dan jasa dapat menciptakan ketahanan yang lebih baik terhadap goncangan eksternal.
2. Kebijakan Moneter dan Fiskal yang Bijaksana
Negara berkembang perlu mengadopsi kebijakan moneter yang fleksibel dan kebijakan fiskal yang dapat mendukung kestabilan harga tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Misalnya, menjaga inflasi tetap terkendali melalui kebijakan suku bunga yang hati-hati, sambil memastikan adanya stimulus yang cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
3. Pengelolaan Nilai Tukar
Mengendalikan volatilitas nilai tukar mata uang melalui intervensi pasar valuta asing dapat membantu menjaga stabilitas harga impor dan melindungi daya beli masyarakat. Pengelolaan yang baik terhadap mata uang juga dapat membantu negara berkembang mengurangi dampak negatif dari fluktuasi pasar global.
4. Pengembangan Infrastruktur dan Teknologi Lokal
Negara berkembang dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan energi dengan berfokus pada pengembangan infrastruktur dan teknologi lokal. Investasi dalam sektor-sektor ini dapat menurunkan biaya produksi dan membantu mengurangi dampak inflasi global terhadap ekonomi domestik.
5. Kerjasama Regional seperti ASEAN
Kerjasama antarnegara dalam kawasan regional seperti ASEAN dapat memainkan peran penting dalam menghadapi krisis global secara bersama. Negara-negara dalam satu kawasan dapat saling mendukung untuk mengatasi lonjakan harga, memperkuat ketahanan pangan, serta menciptakan pasar yang lebih terintegrasi, yang dapat memberikan stabilitas ekonomi di tingkat regional.
ADVERTISEMENT
Dampak inflasi global pada negara berkembang sangatlah kompleks, memengaruhi berbagai aspek ekonomi, mulai dari daya beli masyarakat, nilai tukar, hingga kestabilan politik. Oleh karena itu, negara berkembang perlu mengimplementasikan strategi yang adaptif dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan ini. Dengan melakukan diversifikasi ekonomi, menerapkan kebijakan moneter dan fiskal yang bijaksana, serta mengembangkan kapasitas lokal, negara-negara berkembang dapat meminimalkan dampak negatif inflasi global dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.