Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dumping Panel Surya China: Tantangan Uni Eropa dan AS
27 Desember 2024 18:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Raihana Nandyaraisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Industri panel surya global tengah diguncang oleh tuduhan praktik dumping yang dilakukan oleh produsen asal China. Uni Eropa dan Amerika Serikat menuduh China menjual panel surya di pasar internasional dengan harga di bawah biaya produksi, yang merugikan produsen lokal dan mengancam keberlanjutan industri energi terbarukan di negara-negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Investigasi Uni Eropa terhadap Produsen China
Pada April 2024, Komisi Eropa meluncurkan penyelidikan terhadap dua konsorsium perusahaan yang mencakup produsen panel surya asal China. Investigasi ini bertujuan untuk meninjau apakah subsidi asing memungkinkan kedua konsorsium tersebut mengajukan penawaran kompetitif yang "berlebihan" dalam proyek pembangunan dan pengoperasian taman tenaga surya di Rumania, yang sebagian didanai oleh dana Uni Eropa. Jika terbukti, Uni Eropa mungkin akan mengenakan tarif pada impor panel surya dari China.
Tindakan Amerika Serikat terhadap Impor Panel Surya
Sementara itu, Amerika Serikat pada November 2024 mengumumkan tarif impor baru untuk panel surya dari empat negara Asia Tenggara—Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand—yang diduga menjadi jalur bagi produk China untuk menghindari tarif sebelumnya. Departemen Perdagangan AS menetapkan bea masuk dumping antara 21,31% hingga 271,2%, tergantung pada perusahaannya. Langkah ini diambil setelah produsen panel surya domestik mengeluhkan bahwa perusahaan-perusahaan di negara-negara tersebut membanjiri pasar dengan produk murah yang merugikan industri lokal.
ADVERTISEMENT
Dampak Global dan Respons China
Praktik dumping yang dituduhkan kepada China telah memicu ketegangan perdagangan dan mendorong negara-negara Barat untuk mengambil langkah protektif guna melindungi industri domestik mereka. China, di sisi lain, membantah tuduhan tersebut dan mengklaim bahwa tindakan mereka sesuai dengan aturan perdagangan internasional. Konflik ini tidak hanya berdampak pada hubungan dagang antara negara-negara besar tetapi juga mempengaruhi pasar global panel surya, termasuk negara-negara berkembang yang bergantung pada impor panel surya murah untuk proyek energi terbarukan mereka.
Kasus ini menggambarkan kompleksitas hubungan perdagangan internasional dan tantangan yang dihadapi dalam menyeimbangkan antara persaingan pasar bebas dan perlindungan industri domestik. Dengan meningkatnya permintaan akan energi terbarukan, penting bagi komunitas global untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan dalam menghadapi praktik perdagangan yang merugikan.
ADVERTISEMENT