Konten dari Pengguna

Sekilas Artikel: Anak Berkebutuhan Khusus

Muhammad Raihan Adzka
Penulis adalah Mahasiswa Aktif Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al-Azhar Indonesia
27 Januari 2021 21:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Raihan Adzka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekilas Artikel: Anak Berkebutuhan Khusus
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Tuhan hidup di dunia ini tidak sempurna. Setiap manusia dalam kehidupannya pasti memiliki keterbatasan. Ada yang memiliki keterbatasan secara fisik dan ada yang memiliki keterbatasan secara materi. Namun terkadang, seperti sudah menjadi sudut pandang yang biasa, melabel seseorang berdasarkan keterbatasan yang dimilikinya. Padahal melabel seseorang berdasarkan keterbatasan yang dimilikinya merupakan hal yang berbahaya. Apalagi terutama menyangkut keterbatasan secara fisik yang pada dasarnya hal tersebut merupakan sesuatu yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada dirinya. Dampaknya, label bagi orang-orang yang menyandang keterbatasan tersebut dapat membuat mereka merasa rendah diri atau dapat menyebabkan orang lain memperlakukan mereka secara berbeda dari orang-orang pada umumnya. Memang pada dasarnya mereka memiliki keterbatasan, namun cara pandang dan sikap labeling kita terhadap mereka yang patut diubah agar sudut pandang kita terhadap mereka tidak terpaku pada keterbatasan yang mereka miliki. Namun, terdapat kelebihan serta potensi dari diri mereka yang dapat dimaksimalkan.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan dapat dialami oleh setiap orang baik dewasa maupun anak-anak, dan penyebab dari keterbatasan tersebut bermacam-macam, ada yang memiliki keterbatasan yang merupakan penyakit atau kelainan bawaan sejak lahir dan ada pula keterbatasan yang diderita ketika dewasa. Keterbatasan tersebut yang paling disoroti salah satunya seperti anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau menyimpang dari sebagian besar anak normal berdasarkan ciri fisik, mental, emosional, perilaku, serta kemampuan dalam komunikasi dan peranannya dalam bidang sosial.
Disini penulis ingin berbagi cerita dan pengalaman penulis ketika bertemu dan berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan pengalaman penulis, ketika penulis bertemu dan berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus yang mungkin dapat dikatakan sebagai penyandang autis, penulis pada saat itu belum mengetahui lebih dalam mengenai autis oleh karena itu penulis hanya menganggap bahwasanya anak tersebut memiliki kelainan yang spesial atau berbeda dari anak-anak lain seusianya. Kemudian, setelah penulis membaca-baca dari berbagai sumber yang telah penulis baca, mungkin karakteristik yang muncul dari anak tersebut dapat dikatakan sebagai penyandang autis. karakter yang penulis perhatikan dari mereka yang paling menonjol yaitu mereka sangat aktif sekali dan bahkan dapat dikatakan hyperaktif dibanding teman-teman lain disekitarnya, dan juga karakteristik-karakteristik lain seperti ketika mereka bermain, mereka hanya terfokus pada apa yang sedang mereka sukai dan mereka senangi dibanding dengan teman-teman disekitarnya dan itu dalam jangka waktu yang lama dan mereka lebih senang bermain sendiri.
ADVERTISEMENT
Meskipun penulis jarang untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan mereka, namun seringkali penulis memperhatikan mereka dari kejauhan. Selain itu, karakteristik yang menonjol pula pada diri mereka, terkadang mereka seringkali menangis dan berteriak-teriak yang diri kita sendiri pun tidak tahu apa sebabnya. Kemudian, terkadang ketika kita berinteraksi dengan mereka, kita mengerti apa yang mereka maksud, namun terkadang kita juga tidak mengerti apa yang mereka maksud tersebut. Selain itu, terkadang mereka sering marah, mengamuk dan bahkan sesekali sering menyakiti dirinya sendiri apabila ada yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Jika ada seseuatu yang membuat mereka takut mereka juga terlihat ketakutan meskipun hal tersebut adalah hal yang terdengar biasa bagi kita, misalnya seperti suara-suara keras seperti suara petir dan suara- suara lain yang membuat mereka menjadi merasa ketakutan.
ADVERTISEMENT
Sebagai orangtua, ketika mendapati anaknya lahir dengan penyandang keterbatasan atau disabilitas pasti memunculkan reaksi yang bermacam-macam. Reaksi orangtua yang mengetahui bahwasanya anaknya merupakan penyandang diasabilitas ada yang menerima dan ada juga yang menolak. Ada Sebagian orangtua yang menyesal ataupun merasa bersalah, dan ada juga orangtua yang sangat mencintai anaknya karena keterbatasannya dan ada juga orangtua yang menjadi sangat protektif terhadap anaknya atau bahkan sebaliknya yaitu mengabaikan anak yang memiliki keterbatasan tersebut.
Islam juga membahas mengenai anak berkebutuhan khusus. Sebagaimana QS. An-Nur Ayat 61, yang artinya:
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (QS. An-Nur: 61)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan ayat tersebut jelas, bahwasanya orang yang memiliki keterbatasan termasuk anak berkebutuhan khusus jelas memiliki hak yang sama dengan orang normal. Oleh karena itu, kita sebagai sesama Muslim, wajib untuk menyamaratakan hak antara Muslim yang satu dengan Muslim yang lain tanpa memandang apakah mereka memiliki keterbatasan maupun tidak. Karena pada ayat tersebut sudah dijelaskan secara detail bagaimana kita memperlakukan orang yang berkebutuhan khusus selayaknya sama seperti orang normal pada umumnya, bukan hanya dalam hal makan namun dalam kehidupan kita sehari-hari.
Selain itu dalam pandangan Islam, bahwasanya semua manusia diciptakan oleh Allah SWT itu adalah dalam keadaan yang sama dan setara. Namun yang membedakan hanyalah ketakwaannya. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surah Al-Hujurat Ayat 11 dan Al-Qur’an Surah 13 yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,boleh jadi mereka yang diperolok-olok lebih baik dari mereka , dan jangan pula perempuan mengolok-olok perempuan yang lain, boleh jadi perempuan yang diperolok-olok lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela suatu sama lain, dan janganlah memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Hujurat:11)
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (QS. Al-Hujurat:13)
ADVERTISEMENT
Selain itu hal ini sejalan dengan Hadist Rasulullah SAW yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk rupa kalian dan harta-harta kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal perbuatan dan hati kalian.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Berdasarkan Ayat dan Hadist tersebut, bahwasanya kita sesama Muslim harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan kita harus peduli terhadap orang yang menngidap disabilitas maupun orang yang berkebutuhan khusus. Karena sesunguhnya dalam ayat tersebut jelas, bahwasanya setiap manusia itu sesungguhnya diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang sama dan sepadan, dan yang membedakan hanyalah iman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Selain itu, kita sebagai sesama Muslim dilarang untuk saling membeda-bedakan baik secara fisik, mental, maupun material. Alangkah baiknya kita sebagai sesama Muslim saling peduli kepada orang lain yang mengidap keterbatasan termasuk anak berkebutuhan khusus, tidak menghina, merendahkan dan bahkan mengucilkan mereka. Alangkah baiknya, kita mengulurkan tangan kita untuk membantu mereka, membimbing mereka dan merangkul mereka, agar mereka dapat memaksimalkan kekurangan yang ada pada diri mereka serta agar mereka dapat mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini, khususnya di Indonesia, pendidikan anak berkebutuhan khusus sudah mulai menjadi perhatian dan sorotan bagi pemerintah maupun instansi-instansi pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Pendidikan anak berkebutuhan khusus ini dinamakan dengan pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi sendiri dapat dikatakan sebagai wadah untuk menaungi anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat dengan mudah untuk mendapatkan layanan bagi keterbatasan yang mereka alami serta agar mereka dapat memaksimalkan keterbatasan mereka secara optimal. Selain itu, pendidikan insklusi juga merupakan wadah bagi mereka, agar mereka dapat mengembangkan potensi pada diri mereka dibalik keterbatasan yang mereka miliki.
Selain pendidikan inklusi yang menjadi wadah bagi anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan potensi dirinya dan memaksimalkan keterabatasan yang mereka miliki, kita juga perlu berperan dan berkontribusi dalam membangun masyarakat inklusi sebagai bentuk dukungan kepada mereka yang menyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus. Cara-cara yang dapat kita tempuh bagi diri kita dan masyarakat untuk membentuk masyarakat inklusif antara lain yaitu, Pertama, menyamaratakan hak dalam kehidupan bermasyarakat baik itu orang normal maupun orang yang mengidap disabilitas atau berkebutuhan khusus. Kedua, setiap masyarakat merupakan golongan yang sama. Oleh karena itu, kita harus tetap saling berkomunikasi dan berinteraksi antar masyarakat satu dengan yang lain, saling membantu, merangkul, dan mengarahkan dalam hal apapun, saling mengutamakan sifat tenggang rasa dan kasih sayang antara satu dengan yang lain, menerima kenyataan bahwa meskipun terkadang orang yang menderita keterbatasan memang memiliki perilaku dan sifat yang berbeda namun kita tetap harus tetap saling menghargai dan menghormati. Ketiga, saling membantu, bekerjasama, dan tolong menolong antara satu dengan yang lain, baik itu orang yang normal maupun orang yang berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Demikianlah, sekilas artikel mengenai anak berkebutuhan khusus yang dapat penulis sampaikan. Penulis berpesan kepada kita semua agar tetap aware dan tanggap dalam membantu, merangkul serta mebimbing orang-orang disekitar kita yang memiliki keterbatasan, terutama anak berkebutuhan khusus. Karena, kita harus tetap saling menghargai, menghormati, mengayomi agar tercipta keselarasan dan keserasian dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekian yang dapat penulis sampaikan jika ada kesalahan dalam penulisan redaksi kata maupun kalimat mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar besarnya..