Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Budaya Childfree Pada Populasi Manusia di Masa Depan
9 November 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari raihanrizqiardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memiliki anak setelah menikah tentu menjadi pilihan masing-masing dari setiap manusia. Banyak pertimbangan untuk memiliki anak, makin bertambah besarnya biaya ekonomi yang menyebabkan kebutuhan sehari-hari melonjak naik dan alasan personal lainnya. Hal ini lah yang mungkin menjadikan seseorang enggan memiliki anak. Dengan banyaknya orang-orang yang berkeinginan untuk tidak memiliki anak lalu muncullah istilah childfree. Jika budaya childfree makin meluas tentu akan berdampak pada populasi manusia di dunia. Budaya yang semakin lama akan mengurangi populasi manusia dapat dilihat sebagai hal positif bagi masyarakat oleh beberapa orang, karena hal ini dapat membawa manfaat. Namun, bagi beberapa orang lainnya hal ini bisa menjadi ancaman di masa depan.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya Budaya Childfree di Indonesia
Fenomena childfree mulai dikenal lebih luas dan menjadi topik perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia setelah salah satu kanal YouTube mengunggah sebuah video yang menghadirkan Gita Savitri Devi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gitasav sebagai tamu. Dalam video tersebut, Gita Savitri Devi mengungkapkan bahwa ia dan suaminya memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa anak, atau dikenal dengan istilah childfree, karena mereka lebih memilih untuk menikmati hidup berdua saja. Pernyataan Gita ini memicu beragam reaksi dari para penonton video tersebut. Beberapa penonton memberikan komentar yang menentang keputusan Gita, mengungkapkan ketidaksetujuan mereka terhadap pilihan hidup tanpa anak. Di sisi lain, ada juga penonton yang berpendapat bahwa keputusan Gita dan suaminya pasti didasarkan pada pertimbangan dan alasan yang kuat dan pribadi, sehingga mereka menghormati pilihan tersebut. Reaksi beragam ini menunjukkan bagaimana topik childfree mulai menarik perhatian dan menjadi bahan diskusi di masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Alasan Memilih Childfree
Ada banyak alasan yang mendorong seseorang untuk memilih gaya hidup childfree, seperti yang dibahas dalam buku "No Kids: 40 Reasons For Not Having Children" karya penulis asal Paris, Corinne Maier. Salah satu alasan utama yang disebutkan dalam buku tersebut adalah kekhawatiran terhadap dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan. Corinne Maier menyoroti isu-isu seperti overpopulasi, pencemaran, dan kelangkaan sumber daya alam sebagai faktor yang signifikan dalam keputusan untuk tidak memiliki anak.
Populasi manusia yang terus meningkat memang membawa konsekuensi serius. Overpopulasi dapat menyebabkan tekanan besar pada lingkungan, dengan semakin banyaknya kebutuhan akan tempat tinggal, makanan, dan air. Selain itu, peningkatan populasi juga berkontribusi pada peningkatan pencemaran udara dan air, karena lebih banyak limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Mempertimbangkan faktor ini, banyak individu merasa bahwa memilih untuk tidak memiliki anak adalah cara untuk mengurangi dampak negatif mereka terhadap planet ini.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Populasi Manusia Dunia
Pada awal tahun 2024, populasi dunia diperkirakan telah mencapai lebih dari 8 miliar jiwa. Pada 9 Desember 2023, Biro Sensus AS melalui situs resminya, mempublikasikan penjelasan dari seorang ahli demografi bernama Anne Morse. Menurut Morse, meskipun ada kelahiran sebanyak 75 juta orang sepanjang tahun 2023, hal ini tidak serta merta menambah jumlah total penduduk bumi. Faktanya, tren penurunan populasi telah terjadi dan terus berlangsung sejak tahun 1960. Fenomena penurunan populasi ini membawa berbagai konsekuensi dan dampak yang signifikan bagi dunia. Populasi yang semakin menurun tentu akan mempengaruhi banyak aspek kehidupan dan menghasilkan berbagai dampak yang perlu diperhatikan secara serius.
Berkembangnya budaya childfree di masa di mana populasi manusia semakin berkurang tentu saja akan mempercepat penurunan jumlah populasi. Fenomena ini akan membawa berbagai dampak yang signifikan. Dari sisi positif, penurunan populasi manusia dapat berdampak baik pada lingkungan karena konsumsi akan berkurang, yang berarti penggunaan sumber daya alam juga akan menurun. Selain itu, dengan jumlah populasi yang lebih sedikit, kebutuhan akan pembangunan infrastruktur juga akan berkurang, sehingga banyak lahan yang dapat tetap terjaga dan tidak dieksploitasi untuk pembangunan.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, penurunan populasi juga membawa sejumlah dampak negatif yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam bidang ekonomi. Salah satu dampak negatifnya adalah semakin sedikitnya tenaga kerja yang tersedia. Dengan berkurangnya jumlah orang yang bisa bekerja, sektor-sektor industri dan layanan akan mengalami kekurangan tenaga kerja yang dapat menghambat produktivitas. Selain itu, penurunan populasi juga berarti penurunan jumlah konsumen yang bisa membeli barang dan jasa, sehingga permintaan dalam perekonomian akan menurun. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi akan melambat karena rendahnya aktivitas ekonomi dan investasi. Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa keuntungan lingkungan dari berkurangnya populasi manusia, tantangan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat dan negara akan menjadi signifikan. Keseimbangan antara manfaat dan tantangan ini harus dipertimbangkan dengan baik dalam merencanakan masa depan yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT